Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Fridtjof Nansen, Sang Penjelajah Kutub Utara
8 Juli 2021 18:58 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:50 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang penjelajah dan negarawan asal Norwegia, Fridtjof Nansen, dilahirkan di Store Froen pada 1861. Ekspedisi pertamanya dilakukan pada 1882, dengan mengunjungi pantai timur Greenland. Di sana, Nansen melakukan penelitian dan mencari beberapa spesimen hewan untuk dibawa ke negaranya.
ADVERTISEMENT
Setelah kembali dari Greenland, Nansen ditunjuk sebagai kurator di Museum Sejarah Nasional di Bergen. Ia pun menerbitkan sebuah buku pada 1890 yang berjudul The First Crossing of Greenland. Buku tersebut berisi catatan perjalanan Nansen selama menjelajahi Greenland dan berbagai prestasi yang telah ia lakukan.
Pada 1893, Nansen diberi tugas mengepalai sebuah ekspedisi ke Kutub Utara bersama tim peneliti dari Norwegia. Ia melakukan pelayaran dari Fram ke Pulau New Siberian. Namun ketika memasuki zona es Kutub Utara, kapal yang ditumpanginya bergerak tanpa kendali ke arah utara pada sebuah bongkahan es. Nansen dan timnya teombang-ambing selama dua tahun di wilayah bongkahan es yang sangat besar, yang terpisah dari daratan utama.
Pada 1895, Nansen bersama dengan F.H. Johansen meninggalkan kapal tersebut untuk menuju titik lokasi yang dituju, sedangkan anggota tim yang lain diperintahkan untuk kembali ke Norwegia. Nansen dan Johansen pergi dengan mengunakan ski yang ditarik oleh beberapa anjing.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan perjalanan beberapa hari, mereka sampai di titik tempuh yang lebih jauh 256 kilometer ke arah utara dari eksepdisi para penjelajah lainnya yang pernah ke sana. Nansen lalu menghabiskan musim dingin tahun itu di Pulau Franz Josef. Setelah cukup lama berada di Kutub Utara, mereka kembali ke Norwegia bersama-sama dengan ekspedisi Jackson-Harmsworth.
Selain dikenang sebagai penjelajah yang sangat handal, Nansen juga merupakan seorang tokoh pergerakan yang mengusung perdamaian, dalam proses pemisahan diri Norwegia dan Swedia. Nansen juga negarawan besar dan menjadi orang Norwegia pertama yang menjadi menteri untuk Inggris pada 1906.
Nansen mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri dan memilih untuk menjadi profesor bidang kelautan di Universitas Christiania. Ia mendedikasikan dirinya untuk berbagai penelitian kelautan, salah satunya dengan melakukan sejumlah perjalanan laut ke Samudra Atlantik sebelum Perang Dunia I.
ADVERTISEMENT
Prestasi terbesar yang pernah dilakukan Nansen sebagai seorang negarawan adalah ketika ia berhasil mengembalikan 450.000 tawanan perang ke rumah mereka selama Perang Dunia I. Saat itu, ia menjabat sebagai ketua Liga Nasional Asosiasi Norwegia. Ia juga mengawasi dengan kerja tim penyelamat di antara pengungsi Rusia, Yunani, dan Amerika.
Atas jasanya mengarahkan bantuan kelaparan dari Palang Merah di lembah Volga dan wilayah selatan Ukraina, Nansen menerima penghargaan Hadiah Nobel pada tahun 1922. Bahkan namanya diabadikan menjadi nama sertifikat identitas khusus bagi para pengungsi, “paspor Nansen”.
Sebelum kematiannya, Nansen pernah merencanakan sebuah perjalanan dengan menggunakan pesawat tanpa sayap, sejenis pesawat Zappelin, ke wilayah Kutub Utara. Walau tidak terwujud, tetapi hal itu menunjukkan semangat besarnya dan kecintaannya terhadap Kutub Utara, yang telah memberikan banyak pengalaman berharga selama perjalanan hidupnya.
ADVERTISEMENT
***
Referensi: