'Little Boy' dan 'Fat Man', Bom Atom Amerika Penghancur Hiroshima dan Nagasaki

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
11 Agustus 2020 9:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dok. Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dok. Wikimedia Commons.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada 6 Agustus 1945, pesawat pembom B-29 "Enola Gay" Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom yang dijuluki Little Boy di atas kota Hiroshima, Jepang. Ledakan itu segera menewaskan sekitar 80.000 orang; puluhan ribu lainnya terpapar radiasi dan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Tiga hari kemudian, B-29 "Bockscar" menjatuhkan bom atom kedua, Fat Man, di Nagasaki, menewaskan sekitar 40.000 orang. Pengeboman itu membuat Jepang akhir menyerah tanpa syarat kepada Sekutu dari Perang Dunia ke-2 di Pasifik. Penyerahan diumumkan Kaisar Hirohito dalam pidato melalui siaran radio pada 15 Agustus 1945.

Proyek Manhattan

Peta lokasi Proyek Manhattan. Bom Hiroshima, Little Boy, dibuat di di Oak Ridge. Bom Nagasaki, Fat Man, dibuat di Richland. Uji coba Trinity Test bom Gagdet dilakukan di Gurun Pasir Alamogordo, sedangkan perakitannya di Laboratorium Los Alamos, New Mexico. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Little Boy dan Fat Man merupakan bom atom yang menjadi bagian dari Proyek Manhattan. Bahkan sebelum pecahnya perang pada tahun 1939, sekelompok ilmuwan AS--banyak dari mereka pengungsi dari rezim fasis di Eropa—menjadi prihatin dengan penelitian senjata nuklir yang dilakukan di Nazi Jerman.
Pada tahun 1940, pemerintah AS mulai mendanai program pengembangan senjata atomnya sendiri, yang berada di bawah tanggung jawab Kantor Penelitian dan Pengembangan Ilmiah dan Departemen Perang AS setelah Pengeboman Pearl Harbor oleh Jepang--awal AS ikut dalam Perang Dunia ke-2.
Bom atom Little Boy yang akan dijatuhkan di Hiroshima - bom atom (Hiroshima) diperiksa sebelum dimuat dalam lambung pesawat Enola Gay oleh ilmuwan Proyek Manhattan, A. Birch (kiri) dan Dr. Norman Foster Ramsey (kanan). Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Korps Insinyur Angkatan Darat AS ditugaskan untuk membangun fasilitas besar yang diperlukan untuk program rahasia, dengan nama sandi "Proyek Manhattan". Selama beberapa tahun berikutnya, para ilmuwan program bekerja untuk menghasilkan bahan utama untuk fisi nuklir—uranium-235 dan plutonium (Pu-239).
ADVERTISEMENT
Mereka mengirimnya ke Los Alamos, New Mexico, tempat tim ilmuwan dipimpin J. Robert Oppenheimer bekerja untuk mengubah bahan-bahan ini menjadi bom atom penghancur massal.
16 Juli 1945 waktu dini hari, bom atom plutonium pertama bernama Gadget dari Proyek Manhattan berhasil diledakkan di Gurun Alamogordo, New Mexico, dalam uji coba yang sebut Trinity Test.

Pemantik Penyerahan Jepang

Warga Kota Tokyo mengevakuasi diri setelah pengeboman malam sebelumnya oleh Angkatan Udara Amerika pada Maret 1945. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Menurut laporan nationalgeographic.com, Mayor Jenderal Leslie R. Groves, kepala Proyek Manhattan, mengatakan kepada J. Robert Oppenheimer, direktur ilmiah dari proyek tersebut, akan diperlukan penjatuhan tiga bom atom dengan satu bom cadangan untuk membuat pihak militeris Jepang menyerah. Sebab pengeboman konvensional yang selama ini dilakukan tidak cukup berhasil.
Diketahui. pengeboman konvensional AS sudah menghancurkan kota-kota Jepang sejak Maret 1945. Seperti pengeboman massal terhadap Tokyo menewaskan lebih dari 100.000 dan menyebabkan satu juta orang kehilangan tempat tinggal selama satu malam.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Juli 1945, Amerika Serikat telah membom lebih dari 60 kota Jepang lainnya. Namun pemerintah militeris Jepang menolak permintaan Sekutu untuk menyerah.
Kepala Proyek Manhattan, Mayor Jenderal Leslie R. Groves, berdiskusi dengan Direktur Penelitian Proyek Manhattan, J. Robert Oppenheimer--dikenal juga Bapak Bom Atom Amerika. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Para pemimpin Sekutu--Presiden AS Harry Truman, Perdana Menteri Soviet Joseph Stalin, dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill--bertemu di Konferensi Postdam pada 17 Juli 1945 dan meminta Jepang menyerah tanpa syarat; Hirohito menolak dan Sekutu mengancam sebuah kehancuran total Negeri Sakura dengan bom atom yang telah sukses diuji coba sebagai senjata revolusioner.
Penggunaan bom atom untuk mengakhiri perang sempat ditentang Panglima Pasukan Pasifik AS, Jenderal Douglas MacArthur, dan beberapa perwira tinggi lainnya yang ingin melanjutkan rencana invasi besar-besaran ke daratan Jepang dengan nama sandi "Operation Downfall." Di satu sisi, Truman juga mempertimbangkan invasi tersebut bisa menimbulkan korban lebih besar sekitar 1 juta jiwa di pihak AS.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari tingginya jumlah korban, Truman memutuskan--atas pertimbangan dampak moral dari Secretary of War, Henry Stimson, Jenderal Dwight Eisenhowerdan, dan sejumlah ilmuwan Proyek Manhattan--untuk menggunakan bom atom dengan harapan perang bisa berakhir cepat.

Petaka 'Little Boy' dan 'Fat Man'

Armada pembom jarak jauh B-29 di Pangkalan Udara AS Pulau Tinian, Kepulauan Mariana, Pasifik. Pangkalan ini menjadi markas misi pemboman atom ke daratan Jepang pada Juli-Agustus 1945. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Target dijatuhkannya bom atom harus merupakan daerah perkotaan besar dengan luas sekitar 3 mil. Hingga akhir April 1945, ada sekitar 17 nama kota di Jepang yang dipertimbangkan sebagai target; Teluk Tokyo, Kawasaki, Yokohama, Nagoya, Osaka, Kobe, Kyoto, Hiroshima, Kure, Yamata, Kokura, Shimosenka, Yamaguchi, Kumamoto, Fukuoka, Nagasaki, dan Sasebo.
Perintah pengeboman dirancang oleh Groves dan ditunjukkan kepada Truman, lalu disetujui Stimson dan Kepala Staf Angkatan Darat AS, Jenderal George Marshall dan dikeluarkan pada 25 Juli 1945 dengan 4 target akhir yaitu Hiroshima, Kokura, Niigata, atau Nagasaki.
ADVERTISEMENT
Misi bom atom ini berpusat di landasan udara AS di Pulau Tinian, Utara di Kepulauan Mariana. Mulai Mei 1945, infrastruktur untuk merakit bom atom didirikan di Tinian, sementara komponen Little Boy tiba pada 29 Juli, dan bomnya siap dijatuhkan di akhir bulan. Komponen bom Fat Man baru tiba pada 2 Agustus, dan perakitannya selesai pada 7 Agustus.
Anggota kru pesawat B-29 Enola Gay (Kolonel Paul Tibbets di tengah). Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Pada 5 Agustus 1945, malam hari, Little Boy dimasukkan ke dalam pesawat pengebom B-29 Enola Gay--diambil dari nama ibu kandung sang pilot, Kolonel Paul Tibbets--untuk mengebom tiga pilihan target; Hiroshima, Kokura, atau Nagasaki. Sekitar jam 1 pagi tanggal 6 Agustus, pesawat lepas landas.
Tutupan awan terlihat tipis di atas Hiroshima, dan tak lama setelah pukul 08:00, kota itu mulai terlihat. Pada pukul 8:15, bom atom uranium itu dijatuhkan dan meledak dengan kekuatan sekitar 15.000 ton TNT setelah jatuh sekitar 44 detik.
Efek bom atom di Hiroshima. Pemandangan ke arah ke barat laut dari atas sisa bangunan Rumah Sakit Palang Merah pada Agustus 1945. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Seketika, Hiroshima--berpenduduk sekitar 350 ribu orang--membara dan hancur, puluhan ribu nyawa melayang dalam beberapa menit, dan mungkin 100.000 lainnya akan mati setelahnya. Enola Gay sempat mengamati ledakan bom seberat 4,3 ton ini dari ketinggian 32.700 kaki, berputar-putar selama kurang dari satu jam, dan kembali menuju ke Tinian.
ADVERTISEMENT
Namun, kehancuran Hiroshima gagal membuat Jepang segera menyerah, dan pada 9 Agustus Mayor Charles Sweeney menerbangkan pembom B-29 Bockscar dari Tinian. Awan tebal berkumpul di atas target utama, kota Kokura, sehingga Sweeney memutuskan terbang ke target kedua, Nagasaki.
Citra udara Kota Nagasaki, Jepang, sebelum (atas) dan sesudah (bawah) pemboman atom 9 Agustus 1945. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Kondisi awan di atas Nagasaki cukup baik untuk menjatuhkan Fat Man, bom atom plutonium kedua setelah Gadget, pada pukul 11.02 pagi itu. Ledakan bom gambot ini lebih kuat dari Little Boy, sekitar 22 kiloton TNT dengan bobot 4,5 ton.
Topografi Nagasaki yang terletak di lembah sempit di antara pegunungan mengurangi efek bom sehingga jumlah korban jiwa diperkirakan sekitar 60.000 hingga 80.000 orang, baik dari efek langsung ledakan dan efek samping radiasi jangka panjang.
ADVERTISEMENT

Usai Kehancuran

Perwakilan Kekaisaran Jepang di atas kapal USS Missouri (BB-63) saat upacara penyerahan diri pada 2 September 1945. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Pada 10 Agustus, Jepang sempat menyampaikan pernyataan menyerah bersyarat dan didiskusikan dengan cermat oleh Truman dan kabinetnya. Hari yang sama, Kepala Staf Angkatan Udara AS, Jenderal Carl Andrew Spaatz membuat rekomendasi target bom atom berikutnya adalah Tokyo, agar lebih menimbulkan efek psikologis ke pejabat militeris dan Kekaisaran Jepang.
Sementara para lmuwan di New Mexico sudah siap dengan komponen bom berikutnya dan akan dikirim ke Tinian pada 13 Agustus 1945. Keputusan pengeboman selanjutnya di Tokyo akan dibuat pada 15 Agustus 1945.
Kaisar Hirohito (kanan) dan Jenderal MacArthur (kiri), pada pertemuan pertama mereka, di Kedutaan Besar AS, Tokyo, pada 27 September 1945. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Namun, pada 14 Agustus 1945 waktu AS--15 Agustus 1945 waktu Jepang dan Indonesia, Jepang mengumumkan penyerahan tanpa syarat. Penyerahan ini langsung diungkapkan Kaisar Hirohito melalui siaran radio.
ADVERTISEMENT
Berita penyerahan menyebar dengan cepat, dan perayaan Victory in Japan atau V-J Day bergemuruh di seluruh AS dan negara Sekutu lainnya. Perjanjian penyerahan resmi ditandatangani pada 2 September, di atas kapal perang USS Missouri yang berlabuh di Teluk Tokyo, Jepang.
***
Referensi:
ADVERTISEMENT