MacArthur dan Penuntasan Janjinya yang Terkenal

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
9 Januari 2021 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jenderal Douglas MacArthur dan pasukannya ketika kembali ke Filipina. Dok: SOFREP.com
zoom-in-whitePerbesar
Jenderal Douglas MacArthur dan pasukannya ketika kembali ke Filipina. Dok: SOFREP.com
ADVERTISEMENT
Pada 9 Januari 1945 atau tepat 76 tahun yang lalu, Jenderal Douglas MacArthur dan pasukan Amerika ke-6 kembali lagi ke Filipina untuk membuktikan sumpahnya untuk melawan kembali Jepang yang menguasai sejumlah wilayah dan sebelumnya sempat menang dalam pertempuran pada tahun 1942.
ADVERTISEMENT
MacArthur dan pasukannya mendarat di Teluk Lingayen, Luzon, Filipina. Langkah tersebut merupakan salah satu usaha Amerika untuk merebut sejumlah pulau-pulau di Filipina dari tangan Jepang saat itu.
Jenderal Douglas MacArthur. Dok: IAFOR
Selain itu, kembalinya MacArthur ke Filipina juga merupakan pembayaran atas janji terkenalnya yang masih diingat hingga saat ini, "I Shall Return".
Sebagaimana diketahui, ketegangan yang terjadi antara dua negara besar tersebut begitu tinggi saat Perang Dunia II. Sebelumnya, Jepang berhasil menguasai Filipina sejak bulan Mei tahun 1942.
Kesuksesan Jepang menguasa Filipina tersebut dapat diraih ketika Jepang berhasil memukul mundur pasukan Amerika dengan menangkap Jenderal Jonathan Wainwright.
Hal tersebut yang membuat pasukan lain yang dipimpin oleh Jenderal MacArthur harus meninggalkan Filipina.
Pada Oktober tahun 1944, pasukan Amerika lainnya tiba, dengan jumlah pasukan sekitar 100,000 prajurit Amerika yang mendarat di Leyte Island. Saat itu, pasukan Amerika dilaporkan sukses memenangkan pertempuran berdarah terbesar dalam sejarah perang pasifik. Pada saat itu pula merupakan awal dari kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.
Pendaratan Jenderal MacArthur dan pasukannya di Leyte Island. Dok: historydaily
Sejumlah kantor surat kabar menangkap momen saat Jenderal MacArthur berhasil mendarat di Leyte Island pada 20 Oktober. Sebelumnya, kemenangan pasukan Jepang atas pasukan Amerika membuat Jenderal MacArthur harus melarikan diri dan Jenderal Jonathan Wainwright harus ditangkap oleh pasukan Jepang.
ADVERTISEMENT
Kekalahan yang dialami MacArthur tersebut membuat sang Jenderal berjanji pada dirinya dan rakyat Amerika untuk kembali ke Filipina suatu saat nanti. Janji MacArthur yang sampai saat ini masih diingat oleh para pecinta sejarah berbunyi, "I Shall Return".
Salah satu surat kabar yang membahas janji MacArthur. Dok: Wikimedia Commons.
Sekitar 55,000 tentara Jepang diperkirakan gugur dalam pertempuran yang terjadi selama dua bulan tersebut. Kemudian diperkirakan lebih dari 25,000 prajurit Jepang terbunuh dalam pertempuran skala kecil di areal terbuka. Sementara itu, pasukan Amerika Serikat dilaporkan telah kehilangan sekitar 3,500 pasukan.
Pasukan Amerika dengan mudah menguasai daratan Luzon, Filipina pada minggu-minggu pertama lantaran mereka berhasil menemukan jaringan pertahanan tersembunyi dalam gua dan terowongan yang bangun oleh pasukan Jepang di Luzon.
Tujuan dari dibangunnya gua dan terowongan tersebut merupakan sebagai strategi dari pihak Jepang untuk menarik pasukan Amerika agar lebih masuk ke dalam. Begitu pasukan Amerika dapat ditarik lebih ke dalam, pasukan Jepang melakukan pertempuran besar sesuai dengan strategi yang mereka rencanakan.
Pertempuran Luzon, antara pasukan Amerika dan pasukan Jepang. Dok: Wikimedia Commons.
Sebenarnya, pihak Amerika sendiri juga mengimbangi pasukan Jepang dengan mengerahkan kekuatan besarnya. Terlepas dari seberapa kuat kedua pasukan dari kedua negara, pihak Jepang akhirnya harus mengakui kekalahan mereka dalam pertempuran di Luzon sekaligus kekalahannya dalam menguasai seluruh wilayah Filipina.
ADVERTISEMENT
***
Referensi: