Konten dari Pengguna

Nastar, Kue Khas Lebaran dari Zaman Kolonial

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
13 April 2020 14:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi nastar Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nastar Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Saat menyambut momen Lebaran, kue nastar sudah tentu menjadi salah satu sajian wajib yang mulai dipersiapkan. Kue kering dengan isian selai nanas ini selalu menjadi camilan yang ditunggu-tunggu oleh setiap orang. Namun, tahukah Anda bagaimana asal-usul kue nastar hingga menjadi kue Lebaran yang populer di Indonesia? Yuk kita simak ceritanya berikut ini!
ADVERTISEMENT
Kue nastar ternyata sudah dikenal sejak zaman kolonial Belanda. Kata nastar sendiri berasal dari bahasa Belanda; ananas dan taartjes. Kata ‘ananas’ berarti nanas, sedangkan ‘taartjes’ berarti tart atau kue tart. Gabungan kedua kata ini kemudian membentuk kata ‘nastar’ agar lebih mudah dilafalkan oleh masyarakat Indonesia. Dalam bahasa Inggris, kue nastar biasa disebut pineapple roll. Pada mulanya resep kue nastar mengadopsi resep kue pie khas Eropa yang biasanya dibuat dalam sebuah loyang berisi selai strawberry, blueberry, atau apel. Karena jenis buah-buahan yang digunakan tersebut agak sulit ditemukan di Indonesia, akhirnya masyarakat Indonesia mengganti dengan isian buah nanas.
Cita rasa nanas yang asam dan manis membuat komposisi kue nastar hampir sama dengan resep aslinya. Selai nanas tersebut dibalut oleh adonan yang terbuat dari terigu, mentega, gula, dan telur. Dari yang semula dicetak dalam sebuah loyang, kue nastar dimodifikasi menjadi bentuk bulat-bulat kecil agar menjadi camilan yang lebih praktis saat dimakan. Kue nastar khas di Indonesia juga dimodifikasi dengan menambahkan cengkeh di atas bulatan untuk menambah aroma wangi.
ADVERTISEMENT
Naztar isi Selai Nanas. Dok: Wikimedia/Taman Renyah
Jika saat ini kue nastar dapat dinikmati oleh semua kalangan, dulunya kue bercita rasa legit ini justru hanya disajikan untuk para bangsawan, kaum priayi, dan orang-orang kaya. Kue ini juga disajikan khusus untuk perayaan hari-hari besar saja. Seiring berjalannya waktu, kue ini semakin tersebar ke berbagai kalangan hingga akhirnya dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Meski demikian, kue ini tetap identik dengan perayaan hari besar tertentu.
Saat ini, selain hari raya Idul Fitri atau lebaran, kue nastar biasanya hadir di momen natal atau perayaan tahun baru Imlek. Masyarakat Tionghoa biasa menyebut kue nastar dengan nama ong lai atau buah pir emas. Bentuknya yang bulat dan berwarna kuning keemasan pada bagian permukaan atasnya membuat kue nastar menyerupai buah pir emas. Bagi masyarakat Tionghoa, warna kuning keemasan pada nastar serta rasanya yang manis dan legit melambangkan rezeki yang baik dan melimpah. Tak heran jika kue ini menjadi salah satu sajian wajib saat perayaan Imlek tiba.
Nastar di dalam oven. Dok: Wikipedia/Sakurai Midori
Saat ini kue nastar telah dikreasikan dengan berbagai rasa seperti adonan yang ditambahkan rasa green tea atau matcha, cokelat, dan sebagainya. Sedangkan untuk isiannya dikreasikan pula dengan isian lain selain nanas seperti selai strawberry, durian, atau buah-buahan lainnya. Bentuknya pun kini beraneka ragam. Mulai dari bentuk keranjang mini, ulat mungil berwarna hijau, daun, atau miniatur buah-buahan. Namun demikian, nastar klasik berbetuk bulat dengan isian selai nanas tetap menjadi favorit masyarakat.
Nastar Green Tea. Dok: Youtube/The Premium TV
Sumber: Laman Blueband
ADVERTISEMENT