Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Nellie Bly, Jurnalis Wanita yang Pura-pura Gila demi Mengungkap Kasus Kejahatan
27 Juni 2021 17:45 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:09 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada zaman di mana kebanyakan perempuan bekerja di rumah atau pabrik, Nellie Bly memilih untuk memperjuangkan reformasi sosial dan hak-hak perempuan di Amerika Serikat lewat karya-karya jurnalistiknya yang begitu mengagumkan.
ADVERTISEMENT
Jurnalis bermata gelap ini mendapatkan penghormatan setinggi-tingginya untuk karya investigasi yang membuka mata dunia mengenai lingkungan pabrik bagi para pekerja perempuan di Amerika.
Terlahir dengan nama Elizabeth Cochran pada 5 Mei 1864, Nellie Bly tidak pernah sekalipun mengenyam pendidikan formal di sekolah. Sejak kecil, ia lebih banyak belajar di rumah, baik oleh guru panggilan maupun dengan ibunya sendiri.
Setelah menolak perjodohan dari orang tuanya, Nellie memutuskan untuk keluar dari rumah dan mencari pekerjaan. Namun, penampilannya yang lembut membuat Nellie sulit mendapat pekerjaan, bahkan untuk sekadar bekerja di dapur.
Berkat kegemarannya dalam menulis dan membaca, Nellie memperoleh pekerjaan sementara di sebuah surat kabar sebagai seorang kontributor. Ia banyak menyuarakan opininya, terutama mengenai hak-hak perempuan, di surat kabar Pittsburg Dispatch.
ADVERTISEMENT
Ketika ia mulai menulis artikel-artikel yang berani mengenai pekerja perempuan, banyak pabrik di Amerika yang melarang wartawan mendekati tempat kerja mereka. Hal itu membuat Nellie kesulitan mendapatkan data-data baru untuk bahan tulisannya.
Tidak kehilangan akal, Nellie pun melakukan tindakan gila yang dapat mengancam nyawanya, yaitu dengan menyamar menjadi buruh perempuan di salah satu pabrik tembaga. Caranya itu sungguh nekat dan membuat khawatir keluarga maupun sesama jurnalis.
Namun, hasil investigasinya berhasil mengejutkan publik Amerika dengan gambaran nyata mengenai lingkungan kerja yang mengerikan bagi para perempuan. Metode penyamaran itu akhirnya menjadi ciri khas Nellie dan banyak ditiru oleh jurnalis lain.
Tahun 1887, Nellie memutuskan untuk pindah ke New York dan ia kembali gagal menemukan pekerjaan yang sesuai dengan harapannya. Akhirnya, surat kabar World menawarkan pekerjaan kepada Nellie untuk berpura-pura gila agar dapat melakukan penyelidikan pada sebuah rumah sakit jiwa di Amerika.
ADVERTISEMENT
Nellie mampu menjalankan tugasnya dengan sangat baik dan memperoleh banyak informasi mengenai rumah sakit jiwa itu. Di sana, Nellie menemukan bahwa para staf melakukan tindakan yang kejam dan memperlakukan pasien dengan tidak manusiawi. Laporan Nellie itu menarik minat masyarakat, serta menginisasi pemerintah bergerak untuk menyelidiki lembaga tersebut.
Bulan November 1889, dengan publikasi besar-besaran, Nellie berangkat untuk berkeliling dunia. Orang-orang yang mengetahui kepergiannya tersebut berharap ia pulang dengan membawa bahan tulisan yang menarik.
Selama di perjalanan, Nellie menemukan banyak peristiwa, baik yang melibatkan dirinya secara langsung maupun tidak. Salah satunya, peristiwa penahanan penumpang kapal di San Fransisco selama dua minggu karena laporan kesehatan mereka tertinggal di Jepang.
Kurang lebih setelah 72 hari sejak keberangkatannya, Nellie tiba di Jersey, New Jersey, dan disambut bak seorang pahlawan oleh warga kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Tahun 1895, Nellie menikah dengan Robert Seaman, seorang pengusaha kaya raya. Setelah kematian suaminya, Nellie mengambil alih bisnisnya dan menerapkan kesetaraan upah bagi seluruh pekerjanya.
Faktor kurangnya pengalaman berbisnis dan berbagai peristiwa lainnya membuat perusahaan yang dijalani Nellie perlahan mengalami kebangkrutan. Ia kemudian memutuskan pergi ke Austria untuk beristirahat dan menenangkan diri.
Namun ketika sedang berada di sana, Perang Dunia I meletus, Nellie terjebak di tengah konflik. Surat kabar The New York Evening Journal menghubungi Nellie dan memintanya menjadi korespondensi selama perang berlangsung.
Hal itu membuat Nellie menjadi perempuan pertama yang berhasil meliput di medan perang. Begitu kembali ke Amerika Serikat, Nellie melanjutkan investigasinya membongkar kejahatan-kejahatan yang terjadi di negara itu dan membantu kaum tertindas hingga akhir hayatnya.
ADVERTISEMENT
***
Referensi: