Konten dari Pengguna

Oven Roti dan Kebakaran Besar London Tahun 1666

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
21 Mei 2021 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kebakaran Besar London 1666. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kebakaran Besar London 1666. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Kebakaran besar pernah terjadi di Kota London pada tahun 1666 yang mengakibatkan 70 persen bagian kota habis terbakar. Jumlah korban jiwa saat itu memang tidak banyak, hanya 8 orang, tetapi kebakaran itu telah menghapuskan apa yang sekarang kita kenal dengan “kota tua London”. Peristiwa itu amat penting karena sangat mempengaruhi pembangunan London di masa sekarang.
ADVERTISEMENT
Api berkobar selama lima hari tanpa henti karena upaya pemadaman kebakaran pada abad ke-17 sangat terbatas, terutama ketika api telah menyebar luas. Peristiwa itu memperlihatkan bagaimana lemahnya keamanan umum di London saat itu, dan diketahui bahwa pembentukan badan pemadam kebakaran pertama, serta asuransi bencana kebakaran pertama dilakukan setelah bencana besar itu.
Kebakaran itu sebenarnya dapat ditanggulangi jika ada kesadaran dari para “pelaku,” yang secara tidak sengaja menyulut api, untuk bertindak dengan cepat. Thomas Farriner, seorang pembuat roti untuk kerajaan, melakukan aktivitas memanggang roti hingga pukul 22.00 di tokonya di Pudding Lane, pada 1 September 1666. Menurut laporannya, ia telah memadamkan ovennya sebelum naik ke kamarnya di lantai dua toko tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun beberapa jam kemudian, sekitar tengah malam, Farriner dan keluarga terbangun akibat asap yang muncul dari lantai bawah. Mungkin karena berfikir bahwa api sudah terlalu besar untuk dimatikan, ia dan keluarganya, beserta pelayan melarikan diri dari rumah tersebut dengan cara melompati atap rumah tetangganya.
Hanya satu orang pelayan yang tetap tinggal karena takut dengan ketinggian. Pelayan itu pun diketahui tewas, dan menjadi korban pertama yang secara resmi diketahui dalam peristiwa tersebut.
Awalnya api berkobar tidak terlalu besar, hanya membakar rumah milik Farriner saja. Tetapi tidak lama setelah itu, angin besar muncul dan meniupkan bara api ke sebuah lapangan yang berisi rumput kering. Seketika kobaran api semakin membesar.
Posisi rumah di London saat itu yang saling berhimpitan, ditambah material rumah yang mudah terbakar, dan angin yang terus berhembus, menjadi gabungan yang sempurna untuk membakar habis Kota London.
ADVERTISEMENT
Peta sebaran api kebakaran hebat yang membakar sebagian besar Kota London pada tahun 1666. | Wikimedia Commons
Daerah pertama yang terbakar hebat adalah blok tempat toko Farriner berada. Kemudian api merembet ke seluruh penjuru kota setelah tong-tong berisi anggur, lampu minyak, damar, dan berbagai minuman keras yang tersimpan di gudang tersulut api.
Orang-orang mulai berlarian menuju Sungai Thames, di mana saat itu para pengemudi perahu mematok harga yang sangat mahal untuk membawa warga ke tempat yang aman. Setelah angin mulai hilang, orang-orang segera berupaya memadamkan api dengan peralatan yang mereka miliki. Salah satunya dengan cara merobohkan rumah yang belum terbakar agar api tidak semakin besar.
Diketahui kerusakan yang ditimbulkan akibat benaca itu sangatlah besar. Tidak kurang dari 13.200 rumah habis terbakar, dan 85 dari 109 gereja yang ada di London pun ikut roboh. Lebih dari 100.000 orang kehilangan tempat tinggal. Kehancuran itu melibatkan 160 hektar tanah, yang sebagian besar adalah lahan huni.
Ilustrasi Kebakaran Besar London 1666. | Wikimedia Commons
Setelah keadaan mulai dirasa baik, para arsitek London lalu merancang sebuah kota baru. Mereka membuat penataan kota yang lebih baru, bahkan dapat dikatakan lebih baik dari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Para arsitek tersebut melakukan penataan yang seimbang antara wilayah pemukiman, bisnis, tempat hiburan, jalan, dan berbagai fasilitas lainnya. Para arsitek itu pun mulai memikirkan cara penanggulangan bencana kebakaran jika sewaktu-waktu kembali terjadi menimpa kota mereka.
***
Referensi: