Pembangunan Terusan Suez sebagai Jalan Pintas Perdagangan Global

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
15 Februari 2020 22:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pembangunan Terusan Suez sebagai Jalan Pintas Perdagangan Global
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Terusan Suez merupakan jalur air permukaan laut buatan yang terletak di Mesir dan menghubungkan Laut Mediterania dengan Teluk Suez, cabang utara Laut Merah. Terusan atau yang juga disebut dengan kanal ini memilik panjang 193,30 km (120 mil). Terusan Suez adalah salah satu rute pengiriman yang paling banyak digunakan di dunia, Hal tersebut dapat disaksikan dengan berlalunya ribuan kapal setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Resmi dibuka pada November 1869, Terusan yang memisahkan antara benua Asia dan Afrika ini menawarkan rute maritim terpendek antara Eropa dan daerah-daerah yang berbagi perbatasan dengan Samudera Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Perjalanan dari Eropa melalui Laut Mediterania dan Laut Merah yang melakukan transit melewati Terusan Suez, dapat memotong sekitar 7.000 kilometer dari perjalanan dibandingkan dengan perjalanan yang dilakukan melalui Atlantik Selatan dan lautan India selatan. Selain itu, terusan ini juga menghubungkan Port Said di timur laut Mesir dengan Port Tewfik di kota Suez di selatan.
Pembangunan Terusan Suez ini dilakukan antara 1859 dan 1869 oleh Suez Canal Compeny, sebagai otoritas yang memiliki dan memelihara saluran air. Pada 2015, perluasan besar Terusan Suez dilakukan oleh Mesit dengan memperdalam bagian-bagian terusan dan pembangunan jalur pelayaran sepanjang 35 km kedua di sepanjang bagian dari jalur air utama.
ADVERTISEMENT
Adanya perluasan tersebut memungkinkan terusan untuk mengakomodasi lalu lintas dua arah di sepanjang bagian dari rute dan juga dapat menjadi tempat transit kapal yang lebih besar. Kapal kontainer terbesar di dunia, OOCL Hong Kong sepanjang 400 meter, melewati Terusan Suez yang mengangkut 21.400 kontainer pada bulan Desember 2017. Sekitar 8 persen dari perdagangan global setiap tahun di laut, terusan ini memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Mesir. Terusan Suez menurut Reuters, pada tahun 2017, dapat menghasilkan pendapatan sebesar $ 5,3 miliar.
Meskipun tidak secara resmi selesai sampai 1869, Terusan Suez memiliki sejarah panjang dalam menghubungkan antara Sungai Nil di Mesir dan Laut Mediterania ke Laut Merah. Sejarah Terusan Suez ditarik kembali ke sekitar 40 abad, sebagai Ide menghubungkan Laut Merah dengan Laut Mediterania yang muncul selama periode Firaun Mesir Kuno. Konsep terusan yang menghubungkan laut dan Sungai Nil berlangsung hingga pembangunan terusan pertama di daerah tersebut, yang menghubungkan kedua laut melalui Sungai Nil di bawah pemerintahan Senausret III, Firaun Mesir (1887-1849 SM). Akan tetapi, terusan tersebut ditinggalkan selama bertahun-tahun setelah pembangunan.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, terusan juga dibuka kembali beberapa kali untuk navigasi di bawah pemerintahan berbagai penguasa termasuk Sity I (1310 SM), Necho II (610 SM), Raja Persia Darius (522 SM), Emperor Trajan (117 AD) dan Amro Ibn Elass (640 M). Berdasarkan dokumen-dokumen bersejarah, terusan ini diperpanjang, dan beberapa upaya lain untuk membangun terusan baru juga dilakukan selama periode ini. Upaya modern pertama untuk membangun terusan dilakukan pada akhir 1700-an, selama ekspedisi Mesir Napoleon Bonaparte. Dia percaya bahwa pembangunan terusan dibawah kontrol Prancis di Isthmus of Suez akan menyebabkan masalah perdagangan bagi Inggris. Hal tersebu dikarenakan mereka harus membayar iuran ke Prancis atau terus mengirim barang melalui darat atau melalui sekitar bagian selatan Afrika. Pada tahun 1799, studi untuk rencana terusan Napoleon dimulai. Akan tetapi terdapat kesalahan dalam pengukuran yang menunjukkan permukaan laut antara Laut Tengah dan Laut Merah terlalu berbeda untuk membuat terusan menjadi layak, sehingga pembangunan segera dihentikan.
ADVERTISEMENT
Munculnya Eropa baru dan perkembangan industri dan perdagangan melalui laut, para pengusaha mulai berpikir untuk membangun terusan. Salah satu rencana tersebut bertujuan untuk menghubungkan Laut Merah dengan Laut Mediterania secara langsung. Hal tersebut dapat menghemat waktu untuk berlayar di sekitar Afrika. Selain itu juga dapat mentransmisikan pengiriman barang atau penumpang melintasi Semenanjung Suez. Pada pertengahan 1800-an, upaya berikutnya untuk membangun terusan di daerah itu terjadi ketika seorang diplomat dan insinyur Prancis, Ferdinand de Lesseps, meyakinkan viceroy Mesir, Said Pasha untuk mendukung pembangunan sebuah terusan. Hal tersebut menyebabkan Perusahaan Terusan Kapal Universal Suez (La Compagnie Universelle du Canal Maritime de Suez) dibentuk dan diberi hak untuk memulai pembangunan terusan dan mengoperasikannya pada 1858 dengan jangka waktu selama 99 tahun. Setelah 99 tahun itu berlalu, pemerintah Mesir akan mengambil alih kendali atas terusan tersebut.
ADVERTISEMENT
Secara resmi, pembangunan Terusan Suez dimulai pada tanggal 25 April 1859. Total biaya asli proyek diperkirakan mencapai 200 juta franc. Keputusan untuk membangun terusan yang menghubungkan Mediterania dan Laut Merah ternyata mengundang kritik dari warga Inggris, yang menganggap proyek tersebut sebagai skema politik yang dibuat untuk melemahkan dominasi negara dalam perdagangan lintas laut. Oleh karena itu, Inggris terus menentang proyek itu sampai Kekaisaran membeli 44 persen saham di terusan setelah pemerintah Mesir melelang sahamnya pada tahun 1875 karena masalah keuangan.
Awalnya, pembangunan tersebut dilakukan oleh ribuan orang yang secara paksa ditugaskan untuk menggali terusan menggunakan pick dan sekop sampai Pasha melarang penggunaan kerja paksa pada tahun 1863. Hal tersebut memaksa Perusahaan Terusan Suez untuk membawa sekop dan kapal keruk bertenaga uap dan batu bara yang dibuat khusus untuk membangun terusan. Dengan bantuan mesin ini, proyek menerima dorongan yang diperlukan dan memungkinkan perairan Mediterania mengalir ke Laut Merah melalui terusan pada 17 November 1869. Ketika dibuka untuk navigasi, Terusan Suez memiliki 200 hingga 300 kaki lebar di permukaan, lebar 72 kaki di bagian bawah dan kedalaman 25 kaki. Hal tersebut menyebabkan total biaya yang menjadi lebih dari dua kali lipat dari estimasi awal, pada saat penyelesaian.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Terusan Suez memberikan dampak yang signifikan pada perdagangan dunia, meskipun pada tahun-tahun awal, lalu lintas melalui jalur air di bawah ekspektasi. Adanya masalah keuangan yang disebabkan pembangunan terusan, pada tahun 1875 memungkinkan pemerintah Inggris menjadi pemegang saham utama dengan cara membeli saham yang dimiliki oleh kepentingan Mesir. Keberadaan terusan yang menyediakan rute laut yang lebih pendek ke koloni-koloni dan ladang minyak Teluk Persia menjadi suatu hal yang penting bagi perekonomian Inggris.
Pada tahun 1875 saat terjadi kebangkrutan, Inggris memperkuat kontrolnya atas Mesir. Hal tersebut memungkinkan bank-bank di Eropa dapat mengambil kendali negara secara finansial. Ketika Perancis dan Inggris melanjutkan kontrol mereka atas Mesir, hal tersebut menimbulkan kebencian bagi orang-orang Mesir, sehingga Brittan menginvasi Mesir pada tahun 1882. Selanjutnya, Inggris mengambil kendali penuh atas Terusan Suez, walaupun Mesir tetap independen karena adanya perjanjian Anglo-Mesir 1936. Inggris mengumumkan Mesir protektorat dan mengirim pasukan untuk melindungi terusan selama Perang Dunia Pertama. Hal tersebut berlangsung hingga tahun 1922 ketika Inggris memberikan kemerdekaan nominal ke Mesir. Selain itu, Inggris hanya setuju untuk menarik pasukannya dari Mesir pada tahun 1956, walaupun Mesir dinyatakan sebagai negara berdaulat pada tahun 1936 di dalam Perjanjian Anglo-Mesir.
ADVERTISEMENT
sumber: https://www.napoleon.org/en/history-of-the-two-empires/paintings/10-the-inauguration-of-the-suez-canal/
Pada Juli 1956, Krisis Suez yang merupakan keresahan politik besar terkait dengan Terusan Suez. Hal tersebut terjadi ketika Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser menasionalisasi Terusan Suez dan menutup Selat Tiran. Keputusan tersebut mengakibatkan Inggris, Prancis, dan Israel menginvasi ke Mesir. Akan tetapi, ketiga pasukan menarik diri dari Mesir setelah adanya intervensi dari PBB, sehingga memungkinkan negara untuk membuka kembali terusan untuk pengiriman komersial. Selama Perang Enam hari antara Israel dan Mesir, pada tahun 1967 otoritas Mesir menutup terusan sebab adanya keresahan politik yang terus berlanjut. Penutupan terusan tersebut juga menyebabkan terdamparnya 15 kapal pengiriman di tengah terusan, di Great Bitter Lake. Kapal-kapal yang dikenal sebagai Armada Kuning, tetap terperangkap di sana sampai 1975 setelah pembicaraan damai dengan Israel dan akhirnya Mesir membuka kembali Terusan Suez. Sejak saat itu, terusan tetap menjadi penghubung transportasi antara Laut Tengah dan Laut Merah, yang memungkinkan kapal-kapal internasional menghindari perjalanan yang sulit di sekitar ujung selatan Afrika. Hal tersebutlah yang menjadikan Terusan ini menjadikan Terusan menjadi jalur pintas perdagangan global. Selain itu, menurut Otoritas Terusan Suez, terusan ini diharapkan memiliki rata-rata harian yang meningkat.
ADVERTISEMENT
Sumber: Mohit. (2019, Oktober 19). The Suez Canal: A Man-Made Marvel Connecting the Mediterranean and Red Sea. (Marine Insight) Diambil kembali dari Maritime History.