Perang Saudara Finlandia, Gerbang Menuju Kemerdekaan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
17 Januari 2021 15:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kaum pekerja FInlandia yang melakukan protes. Dok: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Kaum pekerja FInlandia yang melakukan protes. Dok: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Perang Saudara Finlandia yang terjadi pada 27 Januari 1918 hingga 15 Mei 1918 merupakan perang saudara yang memperebutkan kepemimpinan Finlandia pada masa transisi dari periode keharyapatihan (pendahulu Negara Finlandia modern) di bawah kendali Rusia menjadi negara merdeka. Perang tersebut merupakan bagian dari kekacauan nasional, politik dan sosial yang disebabkan oleh Perang Dunia I di Front Timur Eropa.
ADVERTISEMENT
Perang yang berlangsung selama 4 bulan tersebut melibatkan dua kubu. Kaum merah yang dipimpin oleh Partai Demokratik Sosial melawan kaum putih yang dipimpin oleh Senat yang non-sosialis dan konservatif. Kelompok paramiliter dan pendukung Garda Merah terdiri dari para pekerja industri dan agrarian menguasai kota-kota dan pusat industri di Finlandia selatan. Sementara kelompok paramiliter Garda Putih yang terdiri dari para petani dan faksi kelas menengah dan atas menguasai wilayah pedesaan di Finlandia utara dan tengah.
Garda Merah. Dok: Wikimedia Commons
Ketika Finlandia masih dijajah Rusia pada tahun 1917, Finlandia mengalami pertumbuhan penduduk yang terbilang tinggi, industrialisasi, preurbanisasi dan munculnya gerakan buruh lokal. Sistem politik dan pemerintahan Finlandia sedang melewati fase transisi demokratisasi dan modernisasi yang tidak stabil, sementara keadaan sosioekonomi dan budaya rakyat secara perlahan mulai membaik. Perang Dunia I memicu runtuhnya Kekaisaran Rusia dan perebutan kekuasaan, militerisasi, serta krisis antara gerakan buruh Finlandia melawan kaum konservatif. Deklarasi kemerdekaan Finlandia sebagai negara yang berdaulat pada 6 Desember 1917 telah gagal mencegah disintegrasi masyarakat.
Garda Putih. Dok: Wikimedia Commons.
Pada Februari 1918, kaum merah melancarkan serangan yang gagal meskipun mendapat bantuan senjata dari Rusia Soviet. Serangan balasan oleh kaum putih dimulai pada bulan Maret yang mendapat dukungan dari pasukan Jerman pada bulan April. Pertempuran besar yang menentukan jalannya perang ini adalah pertempuran di Tampere dan di Viipuri yang dimenangkan oleh kelompok putih serta pertempuran Helsinki dan Lahti yang dimenangkan oleh tentara Jerman, sehingga membawa kemenangan kepada mereka (kaum putih).
Kondisi Kota Tampere ketika dilanda perang sipil. Dok: Wikimedia Commons
Taktik politik yang diterapkan oleh kelompok merah maupun putih ialah taktik teror politik. Banyak dari anggota kelompok merah yang tewas akibat malagizi dan penyakit di kamp-kamp penjara. Dengan secara keseluruhan, 39.000 orang tewas dalam perang, termasuk 36.000 orang Finlandia (dari jumlah populasi sekitar 3 juta).
ADVERTISEMENT
Setelah perang ini berakhir pada 15 Meni 1918, Finlandia akhirnya lepas dari cengkeraman Rusia dan masuk ke lingkup pengaruh Kekaisaran Jerman. Senat Finlandia yang saat itu konservatif mencoba mendirikan monarki Finlandia, tetapi rencana ini batal berhubung tumbangnya Jerman dalam Perang Dunia I.
Finlandia kemudian menjadi negara republik demokratik yang independen. Perang saudara ini telah memecah bangsa Finlandia selama bertahun-tahun dan hingga kini masih menjadi salah satu peristiwa yang paling bermuatan emosional dalam sejarah Finlandia. Namun, masyarakat Finlandia disatukan kembali melalui kompromi sosial yang didasarkan pada budaya politik dan agama moderat serta pemulihan ekonomi pasca perang.
***
Referensi: