Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Restorasi Meiji yang Mendobrak Politik Isolasi Diri Jepang
29 November 2018 17:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hingga petengahan abad ke-19, Jepang masih menganut sistem monarki feodal, yang sangat menutup diri dari dunia luar. Keadaan itu membuat struktur sosial dan sistem politik internasional di Jepang hanya berubah sedikit selama berabad-abad.
ADVERTISEMENT
Sejak sistem pemerintahan dijalankan--sekitar tahun 660 SM-- kaisar demi kaisar secara berturut-turut bergantian memerintah Jepang, dari berbagai generasi keluarga, yang biasa disebut klan. Para pemimpin kekaisaran Jepang menamakan dirinya sebagai 'tenshi' (putra langit).
Salah satu penyebab Jepang sangat tertutup dari budaya luar adalah letak geografis negara kepulauan itu yang terpisah dari dataran utama Asia. Tidak hanya terisolasi di benuanya sendiri, tetapi juga oleh berbagai negara yang terhalang oleh lautan luas.
Oleh karenanya, tidak berlebihan tentunya jika para sejarawan menyebut Jepang sebagai negara yang terabaikan dari sejarah peradaban dunia.
Namun, ternyata kondisi seperti itu merupakan hal yang diinginkan oleh setiap kaisar yang berkuasa di Jepang hingga abad ke-19. Masyarakat Jepang dilarang untuk pergi dari wilayahnya, sesuai dengan maklumat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang tahun 1636.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Jepang juga melarang pedagang asing untuk melakukan kegiatan ekonomi di negaranya, sekalipun setelah tahun 1842 terdapat beberapa pelabuhan yang telah mengizinkan kapal-kapal asing singgah di Jepang untuk melakukan pengisian bahan bakar dan bahan makanan.
Angin perubahan mulai di Jepang, setelah Kapten Angkatan Laut Amerika, Matthew Calbraith Perry, pada 8 Juli 1853 berlayar menuju Teluk Edo dengan sejumlah kapal perang, serta sebuah pesan dari Presiden Millard Filmore. Pesan itu berisi ancaman Amerika Serikat (AS) terhadap Jepang jika mereka tidak membuka jalur perdagangan dengan negaranya.
Foto: commons.wikimedia.org
Pemerintah AS memberi waktu kepada Jepang selama satu tahun untuk mempertimbangkan ultimatum tersebut, jika Jepang menolak, maka kapal-kapal perang itu akan menggempur wilayah Jepang.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada waktu yang telah dijanjikan, pasukan AS kembali datang ke Jepang. Pada 31 Maret 1854, ditandatangani sebuah perjanjian, yang dikenal sebagai Perjanjian Kanagawa. Sejak saat itu, Jepang akhirnya bergabung dengan komunitas dunia.
Menjelang tahun 1858, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, telah mendirikan pangkalan-pangkalan militernya di Jepang. Tetapi keadaan itu telah menimbulkan banyak keresahan di tengah masyarakat Jepang, karena masih banyak kelompok masyarakat tidak menyetujui hadirnya bangsa asing di tanah airnya.
Pada 6 April 1868, Kaisar Matsuhito, pemimpin muda yang dikenal juga sebagai Meiji, membuat peraturan yang melarang aktivitas-aktivitas anti-asing di seluruh wilayah Jepang. Ia pun memprakarsai sebuah program untuk memodernisasikan Jepang, salah satunya dengan cara mengimpor mesin-mesin dari negara-negara di Eropa semasa Revolusi Industri.
Sebenarnya teknologi yang dimiliki Jepang, di berbagai bidang, sudah cukup maju untuk ukuran negara yang menutup diri dari kebudayaan barat sebagai tempat berkembangnya teknologi modern. Ketika Kapten Perry tiba pertama kali di Teluk Edo tahun 1853, teknologi di Jepang sudah setara dengan Eropa di tahun 1550-an.
ADVERTISEMENT
Kualitas masyarakat Jepang yang hingga saat ini masih terus memukau dunia, terbukti ketika mereka dapat menyetarai teknologi Eropa dan Amerika Serikat, hanya dalam kurun waktu seperempat abad setelah mereka memulai Restorasi Meiji pada 1868.
Sumber: Yenne, Bill. tt. 100 Peristiwa yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma