Konten dari Pengguna

Pertempuran Britania: Kegagalan Jerman dan Keberuntungan Inggris

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
6 Juli 2018 20:38 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perang (Foto: en.wikimedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perang (Foto: en.wikimedia.org)
ADVERTISEMENT
Pada Perang Dunia II, Hermann Goring disebut sebagai salah satu pencetus penyerangan terhadap Inggris dalam peristiwa “Battle of Britain”. Pertempuran itu dilakukan oleh Luftwaffe guna menyaingi kekuatan Angkatan Udara Inggris (RAF) sebelum menjalankan Operasi Sea Lion, rencana penyerangan dari laut dan udara atas Inggris.
ADVERTISEMENT
Menurut sejarawan Inggris, pertempuran Inggris Raya itu terjadi pada 10 Juli hingga 31 Oktober 1940. Sementara menurut sejarawan Jerman, pertempuran ini terjadi pada pertengahan Agustus 1940 hingga Mei 1941 karena penarikan unit bomber dalam rangka perisapan penyerangan terhadap Uni Soviet. Battle of Britain merupakan periode pemboman pada siang hari yang paling tinggi intensitasnya dalam sejarah.
Baik Hitler, ataupun komandan lainnya dalam kubu militer Nazi menilai bahwa tidak mungkin mengalahkan Inggris jika belum menghancurkan RAF. Tujuan lainnya penyerangan itu selain mengalahkan RAF adalah menghancurkan produksi pesawat terbang dan infrastruktur darat Inggris, menyerang wilayah penting pemerintahan Inggris, dan meneror masyarakat Inggris agar mau melakukan gencatan senjata.
Namun banyak sejarawan yang menilai bahwa invasi pasukan Jerman itu tidak mungkin berhasil dilakukan, karena pada kenyatannya pasukan Angkatan Laut Inggris memiliki kemampuan lebih baik dibandingkan Jerman, sehingga Operasi Sea Lion tidak mungkin terlaksana.
ADVERTISEMENT
Taktik yang dibuat oleh Jerman dalam Battle of Britain adalah membagi angkatan udaranya menjadi tiga armada perang, atau luftflotten. Pasukan pertama, luftflotten 2, dipimpin oleh Generalfeldmarschall Albert Kesslring yang diberi tugas menyerang bagian tenggara Inggris dan wilayah London. Pasukan kedua, luftflotten 3, dipimpin oleh Generalfeldmarschall Hugo Sperrle yang diberi tugas penyerangan bagian barat laut Inggris, dan wilayah tengah Inggris. Pasukan ketiga, luftflotten 5, dipimpin oleh Generaloberst Hans-Jurgen Stumpff dan diberi tugas menyerang bagian utara Inggris, serta Skotlandia.
Pada perkembangan selanjutnya, luftflotten 3 ditugaskan untuk melakukan penyerangan kilat pada malam hari, dan luftflotten 2 ditugaskan melakukan penyerangan pada siang harinya. Strategi pasukan Jerman di bawah pimpinan Hermann Goring adalah mengalahkan pasukan tempur Inggris yang berada di bagian utara dalam waktu 4 hari, lalu melakukan penghancuran dan perang jarak jauh untuk membersihkan wilayah perkotaan dan industri pesawat terbang Inggris dalam waktu 4 minggu.
ADVERTISEMENT
Namun prediksi itu meleset, Jerman membutuhkan waktu lima minggu untuk mendominasi peperangan dengan angakatan udara Inggris, terhitung sejak tanggal 8 Agustus hingga 15 September.
Strategi yang dibuat oleh Hermann Goring ternyata menimbulkan perselisihan di antara pimpinan pasukan Jerman. Goring dianggap tidak mampu membuat strategi baru yang akan menguntungkan pasukan Jerman. Ia lebih sering membuat strategi lama, yang dianggap sangat tertinggal dengan pasukan udara Inggris. Namun Hermann Goring tetap memaksakan komandonya itu hingga akhirnya Jerman mengalami kekalahan dalam pertempuran itu.
Kegagalan pasukan Jerman untuk menghancurkan Angkatan Udara Inggris ketika mereka sedang mengalami kekalahan, baik di udara maupun di darat, menjadi faktor utama kekalahan pihak Nazi Jerman. Kekalahan ini disebut sebagai kesalahan Hermann Goring karena kehilangan kendali dalam perang tersebut. Ia membuat kesalahan fatal pada taktik perangnya.
ADVERTISEMENT
Seharusnya pasukan Jerman pada 7 September 1940, diberi komando untuk melakukan serangan pada pagi hari, namun Goring baru memberikan perintah penyerangan pada malam harinya. Tindakan Hermann Goring itu menyebabkan Angkatan Udara Inggris memiliki cukup waktu untuk melakukan perbaikan dan menyelamatkan stasiun kendali RAF dari kehancuran.
Akibat kekalahan Nazi Jerman dalam pertempuran dengan Inggris tersebut, kepemimpinan Hermann Goring dalam elit Nazi mulai berkurang. Kegagalan Luftwaffe, yang dipimpin Hermann Goring sebagai ujung tombak pasukan Jerman ketika menyerang Rusia pun disebut sebagai faktor merosotnya kepopuleran Goring. Walaupun telah gagal, Hermann Goring tetap berusaha meyakinkan Hitler bahwa dirinya mampu untuk memimpin Operasi Barbarossa.
Pertempuran dengan Rusia itu ternyata tetap tidak mampu menaikkan semangat pasukan Goring, dan Jerman kembali dipermalukan berkat taktik buruk dari Hermann Goring.
ADVERTISEMENT
Posisi Hermann Goring dalam kubu Nazi semakin sulit, dan hubungannya dengan Hitler pun mulai merenggang. Ditambah banyaknya jenderal pasukan Jerman yang mulai melakukan pemberontakan. Hermann Goring pun kehilangan popularitasnya dan semakin terpuruk.
Sumber: Ballack, Luger. 2007. 7 Tokoh Kunci Nazi. Jakarta: Visimedia
Foto: neatorama.com
Pertempuran Britania: Kegagalan Jerman dan Keberuntungan Inggris (1)
zoom-in-whitePerbesar