Sappho, Keabadian Syair-syair Cinta Yunani

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
6 Mei 2018 23:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak ada bukti sejarah yang pasti mengenai latar belakang kehidupan Sappho, namun yang pasti ia adalah seorang penyair besar pada masa awal Yunani, yang oleh Plato disebut sebagai “Renungan Kesepuluh”.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan sejarah yang ada, Sappho dilahirkan di Lesbos sekitar tahun 613 SM. Ia lahir dari keluarga aristokrat Yunani dan memiliki status sosial yang tinggi. Ayahnya bernama Skamandronymous, diyakini sebagai perdagang anggur termasyhur di Yunani ketika itu. Sappho menikah dengan seorang pedagang kaya bernama Cercylas, dan memiliki seorang putri bernama Cleis. Sappho cukup menghabiskan banyak masa hidupnya di Mytilene, namun dibuang ke Sisilia untuk beberapa waktu akibat dari kegiatan politik keluarganya.
Sappho memiliki karakter yang sangat unik, di saat wanita-wanita Yunani memiliki kebudayaan memanjangkan rambutnya dengan warna terang, ia memiliki rambut pendek dengan warnanya yang gelap. Tempat kelahiran Sappho, Lesbos adalah pusat kebudayaan yang sangat kuat dengan tradisi puisinya.
ADVERTISEMENT
Masyarakat di sana dapat berbaur satu sama lain, baik pria maupun wanita, di saat negara-kota Yunani lainnya tidak memiliki kebebasan seperti itu, malah cenderung membatasi hak-hak wanita. Di Lesbos, para wanita dapat mempelajari segala hal, sangat terdidik, dan dapat mengembangkan diri melalui puisi dan musik.
Sappho menulis banyak puisi untuk berbagai kalangan, terutama bagi para muridnya. Ia menulis puisinya dalam dialek Aeolic, yang mana salah satunya dinamakan sesuai dengan namanya, “Bait Sapphic”. Subjek utama dari puisi-puisi Sappho adalah cinta dengan seluruh gairahnya, kegembiraannya, penderitaannya, kerinduannya, dan frustasinya. Seluruh puisi Sappho merupakan sebuah contoh dari syair cinta yang banyak kita kenal sekarang, terutama ditulis dalam kesederhanaan dan irama yang sangat indah.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Sappho dalam penulisan puisi klasik dari masa ke masa semakin besar. Tepat jika mengatakan bahwa Sappho adalah pelopor kesusasteraan wanita, yang dikenal sebagai pengarang wanita pertama di dunia. Karyanya tidak saja mempengaruhi kesenian bangsa Romawi, tetapi juga para penyair sesudahnya seperti Thomas Campion, Philip Sidney, Swinburne, dan Ezra Pound.
Pada abad ke-3 SM dan ke-2 SM, Aristophanes dari Bizantium, dan Aristarchus dari Samotrace telah mengumpulkan dan menyunting karya-karya Sappho ke dalam sembilan buah buku. Hasil tulisannya itu memberi pengaruh besar terhadap pada pembacanya, yang terdiri dari penyair dan cendekiawan besar dunia. Namun menjelang abad ke-5 M, puisi Sappho mulai ditinggalkan dan sebagian besar dilupakan. Barulah pada tahun 1890-an, dimulai suatu upaya untuk mengumpulkan kembali karya-karya Sappho, yang diinisiasi pertama kali oleh Universitas Oxford.
ADVERTISEMENT
Sumber: Felder, Deborah G. 2008. 100 Wanita Paling Berpengaruh di Dunia. Tanggerang: Karisma
Foto: telegraph.co.uk