Sejarah Festival Woodstock: Simbol Perdamaian dan Kebebasan Rakyat AS

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
5 Maret 2021 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Festival Woodstock 1969. | History
zoom-in-whitePerbesar
Festival Woodstock 1969. | History
ADVERTISEMENT
Periode tahun 1960-an, Amerika Serikat dilanda beberapa masalah yang serius dan tentunya tidak dalam kondisi yang baik. Bentrok dengan Vietnam menjadi perang yang berlarut-larut membuat masyarakat gugup dan khawatir. Masyarakat AS dilanda ketakutan dan kesedihan. Banyak keluarga yang kehilangan orang terdekat mereka di medan pertempuran.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1969, Amerika Serikat telah mengalami banyak hal buruk sejak bergantinya tahun. April, Martin Luther King tewas dibunuh. Dua bulan berselang, kematian Robert F. Kennedy, seorang senator dari keluarga politikus Kennedy, menambah duka bagi negara besar tersebut.
Pada bulan Juli, Perang Vietnam semakin memanas. Konflik dalam negeri seperti gerakan warga kulit hitam yang memperjuangkan kesetaraan hak-hak sipil mereka menambah runyam suasana Amerika Serikat saat itu.
Festival Woodstock dinilai sebagai sebuah kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan yang melelahkan, serta untuk sebagai simbol persatuan dan perdamaian.
Tiket Festival Woodstock 1969. | Wikimedia Commons
Pada bulan Agustus, terhitung 400 sampai 500 ribu orang berkumpul, bernyanyi, menari dan mabuk di lapangan luas. Mereka secara tak sadar tengah menjadi bagian dari sejarah. Ketika itu hujan deras sempat mengguyur Woodstock, memaksa massa harus berkubang dalam lumpur dan bertelanjang kaki. Mereka sangat kotor, kekurangan air bersih dan bahkan bahan makanan, namun terlihat sangat berbahagia.
ADVERTISEMENT
Bagi beberapa orang, Woodstock merupakan perayaan kaum hippies. Hippies sendiri lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan dan kondisi pada saat itu. Dengan rambut panjang yang tergerai, memakai kostum berwarna-warni yang mengusung nilai cinta dan kebebasan, hippies hanya menginginkan perdamaian. Mereka menilai Perang Vietnam sebagai kehacnuran dari sistem demokrasi AS.
Para hippies berbondong-bondong pindah ke Bethel, New York untuk menikmati kebebasan dan kehidupan yang mereka impikan. Terlebih, Festival Woodstock saat itu menyajikan nama-nama besar sebagai pengisi acara.
Para penonton Festival Woodstock 1969. | Wikimedia Commons
Janis Joplin, yang dikenal sebagai simbol para hippies. Jimi Hendrix, yang membawakan The Stars Spangled Banner, lagu kebangsaan AS melalui petikangitarnya di sela penampilan di panggung Woodstock. Adapun penampil ternama lain seperti The Who, The Grateful Dead, Santana tergabung dengan 32 nama lainnya yang ikut berpartisipasi pada festival bersejarah tersebut selama 3 hari.
ADVERTISEMENT
Sekitar 186 ribu tiket terjual sebelum akhir pekan. Pihak penyelenggara mengira jika Woodstock hanya akan dihadiri sekitar 200 ribu orang saja. Namun, mereka gagal membangun loket tiket sesuai rencana sehingga pengunjung menjebol pagar dan membuat para pengunjung yang tidak memiliki tiket dapat memasuki venue.
Para penonton Festival Woodstock 1969. | Wikimedia Commons
Kekacauan tak sampai disitu, beberapa artis seperti Janis Joplin dan The Grateful Dead diketahui menuntut pelunasan honor sebelum mereka menaiki panggung. Musisi lain pun melipatgandakan permintaan honor. Ketika Festival Woodstock berakhir, penyelenggara harus menanggung utang jutaan dolar.
Ketika Festival Woodstock berlangsung, para penonton mengalami kekurangan bahan makanan bahkan sejak hari pertama acara tersebut dimulai. Tak terkendalinya jumlah pengunjung yang datang membuat persediaan makanan yang telah disediakan menjadi tidak mencukupi. Bahkan, outlet penjual burger dan hot dog dibakar oleh orang-orang yang tak sabar menunggu. Hal tersebut membuat pembawa acara harus berteriak dari atas panggung, dan meminta mereka yang memiliki makanan untuk berbagi dengan penonton lain.
ADVERTISEMENT
Ketika penduduk di provinsi Sullivan mendengar tentang hal tersebut, mereka secara sukarela mendonasikan 10 ribu roti lapis, minuman botol, potongan buah, hingga makanan kaleng. Dengan bantuan kepolisian setempat, bantuan tersebut diterbangkan menggunakan helikopter militer.
Jimi Hendrix ketika tampil di Festival Woodstock1969. | Wikimedia Commons
Orang menganggap Festival Woodstock sebagai puncak perlawanan, di mana segala hal yang diyakini para hippies terwujud: perdamaian, musik, dan keharmonisan hidup. Menjelang akhir 1970-an, situasi jadi lebih lega ketika kompromi mulai terjalin antara kaum revolusioner dan pemerintah yang konservatif.
Sebenarnya, kehidupan disana tidak banyak berubah setelah akhir pekan bersejarah tersebut terlewati. Perang Vietnam masih terus berlanjut, juga rasisme dan diskriminasi terhadap kulit hitam di Amerika Serikat. Namun, Festival Woodstock seperti menghembuskan napas baru yang dibutuhkan oleh masyarakat: harapan untuk mencapai perdamaian.
Pasca-acara Festival Woodstock yang menyisakan banyak sampah. | Wikimedia Commons
***
ADVERTISEMENT
Referensi: