Konten dari Pengguna

Sejarah Pencetusan Hari Film Nasional

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
30 Maret 2020 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Film. Dok: Pixabay/geralt
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Film. Dok: Pixabay/geralt
Keberadaan film-film di Indonesia dapat dikatakan sudah cukup lama. Adanya peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret menjadi tanda bahwa film di Indonesia memang diakui keberadaannya. Hari Film Nasional ini secara resmi diakui dan ditetapkan melalui Keppres No. 25 th. 1999 yang ditandatangani oleh Presiden B.J. Habibie.
Usmar Ismail. Dok: Wikimedia/Biran, Misbach Yusa 2009. Peran Pemuda dalam Kebangkitan Film Indonesia. Ministry of Youth and Sports of Indonesia: Jakarta. Page number in title.
Sebelum adanya keputusan resmi yang ditandatangani oleh presiden, tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional pada awalnya telah diputuskan oleh Konferensi Dewan Film Indonesia pada 11 Oktober 1962. Tanggal 30 Maret merupakan tanggal pembuatan produksi film “The Long March” atau yang juga dikenal dengan “Darah dan Doa”. Film tersebut digarap pada tahun 1950 oleh Usmar Ismail. Selain itu, para pemerannya pun juga bukan merupakan orang-orang yang berpengalaman dalam dunia seni peran. Akan tetapi, dari film tersebut justru memunculkan sosok pemeran yang akhirnya menjadi orang yang terkenal dan membintangi banyak film, seperti Suzanna.
Gambaran salah satu adegan dalam film "Darah dan Doa". Dok: Wikimedia/PERFINI - Pendidikan dan Kebudajaan. Apr. 1953. p. 28
Film "Darah dan Doa" ini berisikan cerita tentang perjalanan dari Yogyakarta ke Jawa Barat yang dilakukan oleh prajurit pimpinan Kapten Sudarto. Sebelum film tersebut diluncurkan, Presiden Sukarno perlu melihat film tersebut untuk disetujui. Film itu pun diputar di Istana Negara yang ditonton oleh presiden serta para menteri. Akhirnya, Presiden Sukarno menyetujui film tersebut.
The Long March : darah dan doa. Dok: Wikimedia/Screenshot oleh Crisco
Penetapan tanggal 30 Maret yang sekaligus merupakan awal produksi pertama film "The Long March" tersebut tentu bukan tanpa alasan. Alasan dipilihnya tanggal tersebut juga karena tim produksi serta sutradara yang mengerjakan film tersebut adalah orang Indonesia. Oleh sebab itu, tanggal 30 Maret dianggap pantas digunakan sebagai pengingat awal mula kemunculan film yang benar-benar diproduksi oleh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebelum film "The Long March", film “Loetoeng Kasaroeng” merupakan film pertama yang diproduksi di Indonesia. Film tersebut merupakan film pada tahun 1926 yang menampilkan legenda terkenal Jawa Barat. Akan tetapi, film “Loetoeng Kasaroeng” disutradarai oleh orang Belanda, sehingga film tersebut bukan seluruhnya hasil dari karya Indonesia. Oleh sebab itu, justru film “The Long March” lah yang dipilih sebagai penentu Hari Film Nasional.
Begitulah sedikit gambaran bagaimana Hari Musik Nasional ini dicetuskan yang hingga kini selalu diperingati setiap tahunnya. Selamat Hari Film Nasional!
Ucapan Selamat Hari Film Nasional oleh Kemdikbud. Dok: Instagram/kemdikbud.ri
Sumber:
Janti, Nur. Film Nasional Pertama. Diambil kembali dari laman Historia
Reily, Michael. 1 April 2019. 30 Maret, Hari Film Nasional dan Semangatnya yang Tak Pernah Mati. Diambil kembali dari laman Katadata
ADVERTISEMENT