Sejarah Unik Permen Karet

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
13 Februari 2021 14:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penjual permen karet pada awal abad ke-19. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penjual permen karet pada awal abad ke-19. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sejak beribu-ribu tahun yang lalu para penduduk pantai Laut Tengah di Eropa gemar mengunyah-ngunyah getah pohon mastic. Konon getah tersebut bisa menyegarkan napas dan membersihkan gigi.
ADVERTISEMENT
Namun, jauh sebelum itu orang Indian kuno di Jazirah Yucatan di benua Amerika pun ternyata mempunyai kebiasaan yang sama. Hanya saja, getah yang mereka kunyah berasal dari pohon sawo. Para orang-orang Eropa yang bermigrasi ke Amerika beberapa ratus tahun yang lalu pun ikut-ikutan mengunyah getah yang beraroma khas tersebut.
Kebiasaan mengunyah-ngunyah serupa pun telah dilakukan orang Eskimo dekat Kutub Utara sejak dulu. Bedanya, bukan bahan yang mereka konsumsi bukan dari berasal dari bahan, melainkan berasal lemak ikan.
Pada pertengahan abad ke-19, diktator Meksiko, Jenderal Antonio Lopez de Santa Anna, terpaksa melarikan diri ke Staten Islanddi New York. Antonio berbekal banyak sekali chicle, getah pohon sawo yang ia bawa dari Meksiko. Konon ketika mengunyah chicle bisa menghilangkan ketegangan. Lalu, beberapa bulan kemudian, ketika Antonio kembali ke Meksiko. Chicle-nya ditinggalkan di laci mejanya.
ADVERTISEMENT
Chicle tersebut lantas ditemukan oleh Thomas Adams, kenalan Antonio yang kebetulan seorang penemu. Adams mengotak-atik getah pohon yang kenyal ini. Adams bermaksud mencari tahu apakah bahan ini bisa dipakai untuk menggantikan karet yang disadap dari pohon karet atau tidak. Ternyata, tidak bisa. Lantas Adams menguji chicle tersebut siapa tahu bisa dipakai menempelkan gigi palsu, pikirnya.
Nyatanya, hal itu pun tidak bisa dilakukan. Akhirnya, benda tersebut itu direbus dan digilas dengan gilingan kue sampai tipis. Hasilnya, permen karet yang lebih baik daripada yang biasa dikunyah oleh sang Diktator.
Permen karet itu akhirnya diberi gula dan aroma. Ketika dijual di sebuah toko permen di New Jersey, ternyata permen karet tersebut laku keras. Lantas, Adams meminta hak paten untuk mesin pembuat permen karetnya. Melihat suksesan yang dialami oleh Adams, banyak orang ikut-ikutan membuat permen karet. Hingga menciptakan rasa dan warna yang bervariasi.
ADVERTISEMENT
Pengusaha permen karet yang paling terkenal saat itu adalah William Wringley, Jr. Semula, William dikenal sebagai anak yang malas bersekolah dan selalu membuat ulah. Sampai ketika ia menginjak umur 12 tahun (1873), William dikeluarkan dari sekolahnya. Namun, sebagai catatan, William bukanlah anak yang malas bekerja. Ia membujuk ayahnya agar diperbolehkan menawarkan sabun buatan pabrik keluarga mereka.
Ternyata, William merupakan salesman yang rajin dan ulet. Ia menawarkan juga barang-barang lain, di antaranya baking powder, yaitu bahan untuk membuat kue. Orang yang hendak membeli satu kaleng baking powder miliknya akan diberinya bonus dua permen karet.
Ternyata permen karet saat itu mempunyai banyak peminat, sehingga William beralih menjadi penjual permen karet. Walaupun sempapt dilanda berbagai kesulitan, di antaranya krisis ekonomi dunia ia tidak pantang menyerah. Bahkan usahanya mampu bertahan hingga sekarang.
Permen karet yang beredar pada abad ke-19. | Davison
Sejatinya, ada dua sosok lain yang berperan besar dalam sejarah permen karet. Henry Fleer, pada tahun 1910 berhasil memberi "baju" pada permen karet. Lapisan luar putih, manis dan renyah. Ia menamai permen karet versinya itu dengan "Chiclets".
ADVERTISEMENT
Lalu, Frank, yang masih saudaranya, setelah sekian lama bersusah payah akhirnya berhasil membuat permen karet yang bisa ditiup sampai melembung besar seperti balon. Permen karetnya itu dinamai bubble gum atau karet gelembung.
Pada akhir abad ke-19, penggemar dari permen karet kebanyakan adalah perempuan. Namun pada tahun 1914, laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, menyukai permen yang bertekstur kenyal tersebut.
Salah satu iklan permen karet pada abad ke-19. | Wikimedia Commons
Mengunyah permen karet dianggap berkhasiat untuk menenangkan. Hal tersebut terlihat ketika tentara Amerika Serikat pada Perang Dunia II dibekali permen karet setiap prajuritnya. Setiap tentara rata-rata menghabiskan 3.000 potong permen karet dalam satu tahun. Sebenamya, tidak mereka makan sendiri, tetapi dibagikan juga kepada anak-anak dan orang biasa yang mereka temui.
Dalam sejarahnya, bahkan Amerika Serikat pernah menjatuhkan permen karet dari pesawat terbang di Filipina ketika negara tersebut diduduki oleh Jepang. Pada kemasan permen karet itu tertulis janji Jenderal Douglas MacArthur, "I shall return" (saya akan kembali). MacArthur memang berjanji akan datang kembali untuk mengusir Jepang yang akhirnya memang ditepati.
ADVERTISEMENT
Penduduk Kepulauan Pasifik sampai sekarang masih tergila-gila pada permen karet dan bubble gum yang diperkenalkan lebih dari setengah abad lalu. Sejak Perang Dunia II, permen karet tidak lagi dibuat dari getah pohon sawo, tetapi dari bahan sintetis.
Ilustrasi permen karet. | Wikimedia Commons
***
Referensi: