Konten dari Pengguna

Teori Kuman dan Perkembangannya

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
4 Mei 2020 12:00 WIB
clock
Diperbarui 4 Mei 2020 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Germ Theory" atau Teori Kuman merupakan suatu teori ilmiah yang keberterimaan paling banyak untuk banyak penyakit di seluruh dunia. Teori tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa mikroorganisme atau yang biasa disebut dengan patogen atau “kuman” yang berada dalam berbagai kondisi yang akhirnya menyebabkan kemunculan dari penyakit.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, teori ini berakar pada sekitar era abad pertengahan. Akan tetapi, pada abad ke-19 dan ke-20, teori ini mengalami peningkatan. Hal tersebut dipicu dengan adanya industrialisasi yang menjadikan peningkatan yang cepat pada tingkat kuman di sekitar orang-orang yang ada di rumah dan di tempat kerja. Hal tersebut menjadikan Teori Kuman begitu melejit pada studi berbagai penyakit luas yang umum pada abad ke-19 termasuk tuberkulosis dan kolera yang cukup menonjol.
dr. John Snow merupakan ilmuwan paling terkenal dalam bidang penyakit yang dapat membuat hubungan ilmiah antara polusi air dan epidemi kolera di Victoria London, sedangkan di Prancis dibuktikan oleh Louis Pasteur. Selain Louis Pasteur, beberapa peneliti lain seperti, Agostino Bassi, Ignaz Semmelweis, Gideon Mantell, John Snow, Robert Koch, dan Joseph Lister juga menjadi peneliti yang sangat penting pada pengembangan Teori Kuman. Sedangkan Semmelweis, Lister, dan Snow hanya diakui secara retrospektif atas pencapaian serta penemuan mereka pada Teori Kuman. Pada tahun 1860-an Louis Pasteur melakukan eksperimen di laboratorium untuk memberikan bukti ilmiah terhadap teori tersebut. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya. Robert Koch juga melakukan hal yang sama. Apa yang dilakukan oleh mereka tersebut menjadi pembuka pintu untuk meneliti kuman penyebab penyakit serta dalam hal perawatan untuk menyelamatkan nyawa.
ADVERTISEMENT
Penyebutan Awal
Pada catatan paling awal disebutkan atau berteori tentang hubungan antara kondisi sanitasi dan penyakit, kembali ke abad pertengahan. Sekitar tahun 1025, Ibn Sina, seorang dokter Persia mengusulkan bentuk dari teori penularan sebagai cara pengobatan di dunia Islam pada abad pertengahan. Pendapatnya berisi tentang penularan penyakit yang dapat dilakukan oleh manusia satu ke manusia lain melalui napas, sehingga penyakit dapat menyebar melalui air dan kotoran.
Semenjak terdapat jejak logika atas teori kuman sebelumnya, penelitian-penelitian serta teori medis saat itu benar-benar melejit pada abad ke-19. Agostino Bassi, seorang peneliti Italia menjadi orang pertama yang dapat membuktikan bahwa mikroorganisme dapat menyebabkan suatu penyakit ketika ia melakukan percobaan antara 1808 hingga 1813. Sedangkan pada tahun 1847 Ignaz Semmelweis, seorang dokter kandungan, pertama kali membuat hubungan antara demam nifas dan pemeriksaan persalinan wanita yang dilakukan oleh dokter. Hal yang disadari adalah bahwa terdapat masalah sanitasi yang disebabkan sering beralihnya dokter dari satu tugas ke tugas lainnya, seperti misalnya dari melakukan autopsi kemudian melakukan persalinan. Hal tersebut menyebabkan dr. Semmelweis mengubah kondisi sanitasi yang ada di rumah sakitnya. Apa yang ia lakukan tersebut membuat pengurangan angka kematian dari 18% menjadi hanya lebih dari 2%.
ADVERTISEMENT
dr. John Snow dan Kolera di Inggris
dr. John Snow. Dok: Wikimedia
dr. John Snow merupakan orang yang sangat skeptis terhadap teori masama yang berisi tentang penyakit yang masih cukup dominan pada paruh pertama abad ke-19. Meskipun teori kuman penyakit yang dipelopori oleh Girolama Fracastoro belum sepenuhnya berkembang pada masa itu, dr. Snow telah menunjukkannya pemahaman yang jelas dalam publikasi tentang hal tersebut. Meskipun banyak yang mengikuti teori masama, dr. Snow pada awal tahun 1849 justru memberikan rekomendasi kadar air yang ada di London disaring dan direbus sebelum digunakan. Hal tersebut yang saat ini dikenal sebagai salah satu aplikasi yang praktis pertama dari teori kuman. Pada tahun 1854, penemuan utamanya datang saat epidemi kolera ketiga terbesar terjadi di Broad Street di Soho. Snow dapat mengidentifikasi satu pompa air umum di Broad Street sebagai sumber dari wabah dengan melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap wabah dengan melakukan wawancara dengan penduduk setempat.
ADVERTISEMENT
Ketika pemeriksaan kimiawi terhadap sampel air dari pompa Broad Street yang dilakukan oleh dr. Snow tidak menunjukkan bukti bahaya, ia justru membuat argumen yang cukup meyakinkan dengan mempelajari pola dari penyakit. Ia melakukan pemetaan gugusan kolera di sekitar pompa. Selain itu, ia juga menggunakan statistik untuk menunjukkan adanya hubungan antara kualitas air yang diminum warga dengan kontraksi kolera. Akhirnya, pada tahun 1854 wabah dikreditkan telah berakhir sebab dr. Snow berhasil membujuk dewan lokal untuk menonaktifkan pompa sumur yang terinfeksi. Meskipun dewan lokal telah mendengarkan John Snow, mereka tetap menolak untuk menerima teori tentang penularan penyakit tersebut. Hal tersebut menyebabkan sumur kembali dibuka setelah epidemi mereda.
Penelitian Louis Pasteur di Prancis
ADVERTISEMENT
Louis Pasteur. Dok: Wikimedia
Selain apa yang dilakukan oleh John Snow di Inggris, di Prancis terdapat studi tentang alkohol yang benar-benar mengkonfirmasi teori kuman. Louis Pasteur, seorang ilmuwan Prancis ditugaskan oleh perusahaan alkohol Prancis. Tugasnya adalah menyelidiki mengapa bit gula yang digunakan pada fermentasi anggur setelah beberapa waktu berubah menjadi asam. Penelitian yang dilakukan oleh Pasteur bertujuan untuk menentukan bahwa alkohol telah berubah akibat kuman-kuman di udara yang kontak dengan alkohol mengalami fermentasi. Pembuktian yang ia lakukan adalah dengan mensterilkan air dan meletakkannya di dalam labu leher angsa untuk mencegah kontak dengan apa pun.
Ukiran untuk menggambarkan "Teori kuman atmosfer". Dok: Wikimedia
dr. Robert Koch
dr. Robert Koch. Dok Wikimedia
Robert Koch menemukan bakteri apa yang menyebabkan penyakit dengan cara membangun berdasarkan penelitiannya sendiri serta dari kerja rekan-rekannya. Bakteri yang ia temukan di antaranya, antraks (1876), septikemia (1878), TBC (1882), dan kolera (1883). Cara yang ia lakukan awalnya dengan cara menodai dan menumbuhkan bakteri dalam ‘Petri dish’, sebuah cawan yang dinamai dengan nama asistennya, Julius Petri.
ADVERTISEMENT
Empat kriteria dasar yang dikembangkan oleh dr. Robert Koch membuatnya dikenal secara luas. Berdasarkan empat kriteria dasar tersebut, ditunjukkan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh organisme tertentu. Menurutnya, empat kriteria tersebut adalah:
1. Mikroorganisme harus ditemukan dalam jumlah banyak/melimpah pada semua organisme yang menderita penyakit tetapi sehat.
2. Mikroorganisme harus diisolasi dari organisme sakit dan harus ditanam pada kultur murni
3. Mikroorganisme yang dikultur, selanjutnya harus dapat menjadi penyebab penyakit Ketika dimasukkan ke dalam organisme sehat
4. Akhirnya, mikroorganisme harus diisolasi lagi dari inang yang sakit serta dilakukan identifikasi sebagai sesuatu yang identik dengan agen penyebab spesifik awal.
Sumber: Laman schoolhistory.co.uk