Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Tragedi Berdarah Nanjing 1937, Kekejaman Pasukan Jepang di Kota yang Damai
1 Juni 2021 18:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tanggal 13 Desember 1937 terjadi sebuah peristiwa kelam yang akan selalu dikenang oleh masyarakat Tiongkok. Kota Nanjing menjadi saksi bisu atas kekejaman yang menimpa ratusan ribu orang tersebut. Potongan-potongan mayat tergeletak di seluruh sudut kota, meninggalkan bekas darah di jalan-jalan, sawah, dan bangunan-bangunan di sekitar kota.
ADVERTISEMENT
Kota Nanjing dikenal sebagai kota yang sangat damai dengan penduduknya yang ramah dan terkenal memiliki etos kerja yang tinggi. Namun nasib berkata lain, pasukan Jepang yang berjumlah sekitar 200 ribu orang datang ke Kota Nanjing, dan berhasil mengubah kota itu menjadi tanah yang penuh dengan tumpukan mayat. Pembantaian di Nanjing terjadi pada Perang Dunia II, sebagai bagian dari rencana Jepang menguasai wilayah Asia.
Jepang secara leluasa menyebar serdadu-serdadunya di kota-kota penting di Tiongkok. Pasukan Nippon melakukan tindakan yang sangat kejam, malah terkesan tidak manusiawi. Mereka membuat rakyat Tiongkok tidak berdaya, jangankan untuk melawan, masyarakat yang tidak bersenjata pun tetap dibantai.
Kekejaman pasukan Jepang bahkan terlihat dari cara mereka membunuh, yaitu dengan memotong tubuh korbannya dan menebarnya secara sembarang, persis seperti rusa yang ditangkap kemudian dicincang. Hanya dalam waktu 2 bulan setelah menduduki kota Nanjing, pasukan Jepang telah menghabisi sekitar 300 ribu penduduk Nanjing.
ADVERTISEMENT
Entah apa yang ada dibenak pasukan Jepang ketika melakukan pembantaian tersebut. Mereka tetap tidak melepaskan senjata meski telah melihat ribuan mayat tergeletak di dekat mereka. Penyiksaan terus dilakukan untuk membumihanguskan wilayah Tiongkok.
Mungkin akan terlihat wajar jika yang mereka bunuh berasal dari kalangan militer yang melawan pasukan Jepang tersebut, tetapi nyatanya mayoritas korban berasal dari kalangan sipil yang tidak melakukan perlawanan sedikitpun.
Pasukan Tiongkok bukan tanpa perlawanan terhadap serangkaian serangan yang dilakukan oleh Jepang, mereka sedikit banyak menciptakan peperangan di beberapa tempat, tetapi perlawanan mereka selalu dapat dihentikan.
Tidak banyak hal yang bisa diperbuat oleh pasukan Tiongkok, mengingat serangan yang dilakukan oleh Jepang terbilang mendadak, sehingga tidak ada persiapan yang matang dari pasukan Tiongkok. Eksekusi yang dilakukan terhadap pihak militer Tiongkok lebih kejam dibandingkan kepada pihak sipil, para serdadu tak berdaya itu banyak yang dikubur secara hidup-hidup, dibiarkan tenggelam di laut, bahkan pasukan Jepang memasukkan mereka ke dalam sebuah sumur.
Kekejaman Jepang dilakukan semata-mata untuk menaklukan wilayah Tiongkok. Setelah Jepang merasa bahwa kekuasaan mereka sudah benar-benar dapat dipertahankan, mereka mulai membangun sebuah pengaruh berbeda. Jepang membuat pemerintahan baru di Tiongkok sebagai basis kekuatan mereka.
ADVERTISEMENT
Sejak itu tidak ada pembantaian kejam yang dilakukan oleh Jepang seperti ketika mereka pertama kali datang. Rakyat Tiongkok mulai dapat melakukan aktivitas, walau tetap di bawah tekanan tentara Jepang.
Jepang mulai melemahkan kekuatannya di Tiongkok ketika mereka menerima serangkaian kekalahan dalam perang yang mereka lakukan. Dan puncaknya adalah ketika Amerika berhasil menjatuhkan bom atom di dua kota penting Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki.
Semenjak itu rakyat Tiongkok dapat terbebas dari belenggu kekuasaan pasukan Jepang. Mereka pun mulai melakukan perbaikan-perbaikan dari kerusakan yang terjadi selama masa pendudukan Jepang tersebut. Kota Nanjing mulai dibangun kembali oleh pemerintah Tiongkok dibantu beberapa negara.
Kekejaman yang terjadi di Nanjing memang sudah berlalu, dan kejadian itu telah menjadi bagian dari sejarah Tiongkok yang tidak akan pernah dilupakan oleh rakyatnya. Tetapi perlu adanya pengungkapan atas fakta-fakta sejarah yang terjadi agar dapat menjadi pelajaran bagi semua orang bahwa pembantaian atas nama apapun tidak boleh dilakukan.
ADVERTISEMENT
Referensi: