Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Unit 731, Potret Kejamnya Percobaan Biologis Milik Jepang saat Perang Dunia ke-2
11 Agustus 2020 16:39 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Eksperimen mengerikan pada manusia tidak hanya dilakukan oleh seorang dokter SS Nazi Jerman, Josef Mengele, di Kamp Auschwitz saat Perang Dunia ke-2. Jepang juga melakukan kekejaman ini dengan Unit 731 yang berpusat di Harbin, Heilongjiang, China.
ADVERTISEMENT
Unit 731 merupakan bagian dari penelitian dan pengembangan perang biologi dan kimia rahasia Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yang berdiri pada tahun 1938 dan dipimpin oleh seorang dokter perwira Kwantung Army--grup Komando Tentara Kekaisaran Jepang--Jenderal Shiro Ishii.
Ishii dan para anggotanya mendapat dukungan penuh dari Tokyo untuk mengembangkan senjata biologis dan kimia selama Perang Dunia ke-2, termasuk wabah penyakit seperti pes, antraks, kolera, dan patogen infeksi lainnya. Para tahanan perang--pria, wanita, bahkan anak-anak yang mayoritas penduduk China, orang Rusia, dan ekspatriat di China--menjadi 'kelinci percobaan' unit ini.
Setiap subjek percobaan manusia disebut maruta atau balok kayu untuk menekan dampak psikologis para anggota unit. Dilansir nytimes.com, seorang mantan pekerja medis Unit 731 berusia 71 tahun, Takeo Wano, mengatakan pernah melihat botol kaca setinggi 1,8 meter berisi mayat seorang pria Barat yang dipotong menjadi dua bagian secara vertikal dan diawetkan dengan formaldehida.
ADVERTISEMENT
Para sejarawan dan mantan anggota unit ini mengatakan setidaknya ada 3.000 tahanan tewas dalam percobaan medis; tidak ada yang selamat. Kematian para tahanan begitu mengerikan; yang sehat dikurung dengan yang sudah disuntik virus dan dibiarkan sekarat, beberapa di antaranya dibedah tanpa anestesi untuk melihat efektivitas infeksi virus.
Percobaan Lapangan
Tentara Jepang menggunakan gas beracun dalam pertempuran mereka melawan pasukan China selama 1937-1945, untuk melihat seberapa berhasil senjata biologis mereka di luar laboratorium. Contohnya, ribuan kutu yang terinfeksi wabah disebar dengan pesawat di atas Ningbo, China timur, dan di Changde, China tengah.
Sejarawan California State University, Sheldon H. Harris, memperkirakan lebih dari 200.000 penduduk China tewas karena percobaan lapangan perang kuman Jepang. Saat perang berakhir, unit ini ditutup, sementara sekitar 400 tahanan yang tersisa ditembak mati, dan tikus-tikus yang terinfeksi virus pes sengaja dilepaskan; menewaskan sekitar 30.000 orang di sekitar Harbin dari 1946-1948.
Pada tahun 1944, ketika Jepang hampir kalah, para perencana militer di Tokyo merancang rencana untuk membalas Amerika Serikat; mereka meluncurkan balon besar yang berisi senjata biologis untuk menciptakan wabah antraks di Negeri Paman Sam.
ADVERTISEMENT
Sekitar 200 balon membawa bom pernah ditemukan di bagian Barat Amerika Serikat, dan menewaskan seorang wanita di Montana dan enam orang di Oregon. Sementara unit tentara lainnya ingin mengirim virus wabah ternak dan hama padi untuk memusnahkan industri peternakan dan pertanian Amerika Serikat.
Menjelang akhir perang pada tahun 1945, Unit 731 merancang rencana balasan terliarnya. Bernama sandi Cherry Blossoms at Night, sebuah serangan menggunakan pilot kamikaze untuk menyerang California dengan wabah.
Seorang mantan instruktur di Unit 731, Toshimi Mizobuchi, mengatakan idenya membawa 20 pilot kamikaze beserta pesawatnya dengan kapal selam ke laut di California Selatan. Kemudian mereka akan terbang dengan pesawat yang dibawa kapal selam itu dan mencemari San Diego dengan kutu yang terinfeksi wabah pada pada 22 September 1945.
ADVERTISEMENT
Kekejaman yang Sengaja Ditutupi
Semua bukti kekejaman Unit 731 sengaja dihancurkan para anggotanya untuk menghindari hukuman kejahatan perang. Mirisnya, Amerika Serikat justru ikut membantu menutupi program senjata biologis itu dengan syarat para mantan ilmuwan Unit 731 harus membocorkan data-data hasil percobaan dengan eksperimen manusia.
Sebagai imbalan, para ilmuwan Unit 731, termasuk Jenderal Shiro Ishii, dibebaskan dari tuntutan kejahatan perang dan bisa hidup damai dengan jaminan karier pasca-perang. Sangat berbeda dengan nasib para dokter Nazi dari Kamp Auschwitz yang diadili atas kejahatan mereka.
Beberapa mantan anggota Unit 731 yang kembali ke masyarakat bahkan bisa menduduki jabatan seperti Gubernur Tokyo, presiden Asosiasi Medis Jepang, dan kepala Komite Olimpiade Jepang. Pemerintah tidak mengakui kekejaman tersebut sampai tahun 1988, dan mereka tidak pernah meminta maaf atas apa yang telah terjadi, khususnya kepada China.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1982, pemerintah China mengumpulkan bukti-bukti Unit 731 dan menyebarkannya. Museum Unit 731 juga berdiri di Harbin; tempat yang sama di mana unit tersebut beroperasi selama perang.
***
Referensi: