Konten dari Pengguna

William T. G. Morton dan Metode Bius dalam Operasi Medis

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
30 April 2021 13:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
William T. G. Morton | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
William T. G. Morton | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Nama William Thomas Green Morton mungkin terdengar asing bagi sebagian masyarakat umum. Namun, ia adalah orang yang bertanggung jawab atas diperkenalkannya penggunaan anestesia dalam proses bedah. Dapat dibayangkan, betapa mengerikannya sebuah operasi sebelum adanya metode pembiusan untuk menghilangkan rasa sakit.
ADVERTISEMENT
Kemampuannya menghilangkan rasa sakit di meja operasi merupakan sebuah penemuan yang luar biasa, sehingga tidak heran jika ia masuk ke dalam jajaran ilmuwan yang mempengaruhi kehidupan manusia.
William T. G. Morton dilahirkan di Charlton, Massachusetts, pada 1819. Morton menempuh studi kedokteran gigi di Baltimore Collage of Dental Surgery, dan mulai berpraktik sebagai dokter gigi pada 1842. Dalam praktik kesehariannya, Morton mengkhususkan diri pada pemasangan gigi palsu.
Ilustrasi penggunaan anestesia oleh William T. G. Morton. | Wikimedia Commons
Pencabutan gigi lama sebelum dipasangnya gigi palsu selalu mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa. Oleh karenanya setiap dokter gigi, termasuk Morton, biasanya menggunakan “gas tertawa” (Nitrogen dioksida) sebagai anestesi. Tetapi, Morton menganggap penggunaan anestesi itu masih belum efektif dan ia berusaha mencari penggantinya yang lebih ampuh.
ADVERTISEMENT
Morton kemudian berkonsultasi dengan Charles T. Jackson, seorang dokter dan ilmuwan terpelajar yang dikenalnya. Jackson pernah mencoba menggunakan eter sebagai bahan untuk membuat anestesi, tetapi belum pernah dicoba dalam sebuah proses bedah.
Morton menganggap eter adalah sebuah kemungkinan yang menjanjikan untuk obat bius yang diinginkannya. Akhirnya ia melakukan serangkaian eksperimen untuk menguji bahan eter tersebut. Eksperimen pertamanya diuji pada anjing peliharaannya, kemudian kepada dirinya sendiri.
Pada 30 September 1846, muncul kesempatan untuk mencoba penggunaan eter terhadap seorang pasien. Seorang pria bernama Eben Frost menderita sakit gigi yang parah datang ke klinik Morton. Pria itu bersedia menjadi objek penelitian Morton asalkan rasa sakit ketika giginya dicabut dapat hilang.
Ilustrasi penggunaan anestesia oleh William T. G. Morton. | Wikimedia Commons
Selama proses pencabutan, Morton memberikan eter dalam dosis tertentu, dan ketika sadar, Frost mengaku tidak merasakan sakit sedikitpun. Keberhasilannya itu walau sudah dilaporkan dalam koran-koran Boston, belum mendapat perhatian yang besar dari masyarakat. Kiranya perlu adanya sebuah demonstrasi yang lebih dramatis lagi, yang melibatkan proses operasi lebih besar.
ADVERTISEMENT
Morton kemudian meminta kesempatan kepada Dr. John C. Warren, seorang ahli bedah dari Massachussetts General Hospital, untuk mendemonstrasikan percobaannya di hadapan sekelompok dokter. Warren kemudian setuju atas usulan Morton dan menjadwalkannya dalam proses operasi selanjutnya.
Pada 16 Oktober 1846, di hadapan para dokter, mahasiswa kedokteran, dan beberapa pers, Morton memberikan eter kepada seorang pasien bedah, dan Dr. Warren lalu mengangkat tumor di leher pasien itu. Anestesi eter buatan Morton ini terbukti sangat efektif dalam proses operasi dan demonstrasi ini menuai sukses luar biasa.
Beberapa hari setelah kesuksesan demonstrasi itu, anestesi eter dipatenkan atas nama Morton dan Jackson. Setelah berhasil dipatenkan, munculah pertikaian di antara Morton dan Jackson mengenai siapa yang lebih layak mendapat prioritas. Morton mengklaim dirinya lebih pantas mendapatkan pujian atas diperkenalkannya eter, tetapi Jackson menentang hal itu.
Ilustrasi penggunaan anestesia oleh William T. G. Morton. | Wikimedia Commons
Dibandingakan dengan Jackson yang tidak pernah berani mempraktikan penemuan tersebut dalam sebuah proses bedah medis, Morton yang dengan berani mempraktikannya merasa berhak mendapatkan hak paten atas usahanya tersebut. Namun walaupun demikian, Morton tetap kesulitan dalam memperjuangkan haknya, hingga akhirnya ia wafat pada 1868 dalam keadaan frustasi.
ADVERTISEMENT
***
Referensi: