Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perangi Paham Radikalisme dan Terorisme, PP PMKRI : Perlu Keterlibatan Anak Muda
2 Desember 2021 13:50 WIB
Tulisan dari PP PMKRI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Maraknya perkembangan kasus Radikalisme dan Terorisme di tanah air kian menggemparkan dan menjadi alarm kepada kita bahwa bibit-bibir radikalisme masih tumbuh subur di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI Periode 2020-2022 (Benidiktus Papa) dalam pengantar Diskusi Virtual PP PMKRI, Selasa, (30/11/2021).
Diskusi Virtual tersebut yang dipandu langsung oleh Alvin Aha (Presidium Riset dan Teknlologi PP PMKRI) dan dihadiri oleh Bpk. Dr. M. Suaib Tahir (Staf Ahli Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT RI) selaku narasumber. Diskusi tersebut mengangkat tema "Strategi Penanganan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia"
Lebih lanjut, Benidiktus menyampaikan bahwa dengan kejadian pada beberapa hari terakhir atas penangkapan yang diduga bagian dari kelompok radikalisme kita perlu mengetahui, mempertanyakan bagaimana strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republi Indonesia dalam hal penanggulangan radikalisme dan terorisme.
Beni menegaskan bahwa, jika tidak ditangani dengan baik maka akan berpotensi terus tarjadi di Indonesia yang majemuk, baik dari suku, golongan dan sebagainya. Tegasnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang menjadi penyebabnya tumbuh radikalisme adalah adanya kesenjangan sosial, politik dan ekonomi. Saya kira ini adalah tugas kita bersama bahu-membahu agar dieliminir secara perlahan.
Bahwa paham-paham radikalisme juga memasuki lembaga-lembaga pendidikan. Hal tersebut sangat berbahaya karena institusi pendidikan merupakan salah satu penentu majunya sebuah negara. Jika lembaga-lembaga tersebut tercemar paham radikalisme dan terorisme maka akan berdampaknya juga dalam pembangunan manusia.
Masuknya paham radikalisme di lembaga pendidikan pertanda anomali untuk kita sebab Indonesia memiliki ideologi yang kuat yaitu "Pancasila" sebagai kekuatan utama dan efektif dalam memerangi paham-paham radikalisme.
Diakhir sambutannya, Benidiktus menyampaikan apresiasi kepada BNPT dan lembaga lainnya dalam penanganan radikalisme atas kerja-kerjanya namun penting juga kita mendorong anak-anak muda dalam penanganan radikalisme di lembaga pendidikan sebagai bentuk tindakan nyata. Sudah saatnya Pemerintah menggandeng Kelompok Cipayung, mengapa harus cipayung? Menurut Beni kelompok cipayung merupakan kelompok yang jika di lihat dari prespektif nasionalimenya tidak diragukan lagi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Alvin Aha sebelum memberikan kesempatan kepada Narasumebr Ia menyatakan bahawa selama ini pelaku terorisme selalu menggunakan perempuan dalam menjalankan misinya, maraknya penyebaran paham radikalisme juga sangat marak di seberkan melalui platfom digital. Sehingga ini menjadi perhatian bagi BNPT RI untuk dapat mencegah hal tersebut
Dalam penyampain materi dari Pencegahan, Bapak Dr. M. Suaib Tahir selaku Staf Ahli Deputi Bidang Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT RI terlebih dahulu menyampaikan apresiasi dan juga terimkasih kepada PMKRI yang sudah berinisiasi untuk menyelenggarakan diskusi seperti ini. Ini menjadi kesempatan bagi BNPT untuk mensosialisasikan bagaimana ancaman terorisme itu sebenarnya.
Surait menyatakan bahwa tidak ada satu agamapun di Indonesia yang mengajarkn tentang kekerasan terhadap sesama manusia, oleh karena itu ketika kita berbicara soal terorisme kita tidak merujuk pada salah satu agama. Akan tetati terorisme itu adalah sebuah paham atau idiologi yang igin melalukan perubahan secara instan melalui aksi kekerasan.
ADVERTISEMENT
Beliau menyatakan bahwa sejak Tahun 1980an hingga saat ini kelompok teroris cenderung mengatasnamakan agama sebagai bungkus untuk mendapatkan pengikut dan simpatisan. Misalkan di timur tengah ada beberapa kelompok teroris ekstrim yang selalu mengatasnamakan agama, akan tetapi sesungguhnya mereka tidaklah berjuang utuk agama. Kelompok kelompok radikal yang ada di timur tengah tersebut tumbuh dan berkembang subur sehingga turut mempengaruhi situasi di Indonesia. kalau kita lihat sejarah indonesia ketika setelah kemerdekaan muncul yang namanya Negara Islam Indonesia atau DITII yang merupakan suatu pemberontakan yang ingin menegakan syariat Islam dan ingin mengganti Pancasila, namun karena pemerintah melakukan operasi militer sehingga gerekan ini bisa di katakan habis. Namun ketika orde Baru, lahir lagi sebuah gerakan yang kita tau sebagai gerakan jema’ah Islamiah. Jemaah islamiah inilah yang kemudian melakukan banyak doktrin kepada orang orang yang tidak terlalu paham agama, Namun ketika orde baru itu juga banyak operasi intelejend sehingga kelompok ini pun berhijrah ke Afganistan, dan baru di sekitar Tahun 2000an mereka kembali ke Indonesia dan akhirnya melakukan aksi aksi teror selama ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan kelompok teroris yang ada di Timur Tengah, mereke sama sama memiliki misi yang sama yakni untuk menegakan syariat islam menurut pandangan mereka.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut dikatakan bahwa kelompo kelompok radikal ini juga sudah secara masif masuk ke dunia pendidikan formal, baik dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi dan penyebarannya sangat cepat. Dilain sisi kita kekurangan kelompok yang moderat, mahasiswa kita hari ini lebih banyak diam dan tidak terlalu peduli dengan hal tersebut. Ini yang kemudian membuat kita kesulitan dalam mencegah dan memutuskan rantai penyebaran doktrin tersebut.
Sejak BNPT berdiri Tahun 2010 kita sudah banyak melakukan hal hal yang berkaitan dengan pencegahan doktrin doktrin sesat yang dilakukan oleh kaum radikal. BNPT selalu melakukan sosialisasi melalui media sosial maupun secara langsung kepada masyarakat. BNPT melakukan kerjasama dengan kelompok Islam Moderat, KWI, PGI, PHDI, membentuk duta duta damai diseluruh Indonesia, bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan dan kementrian agama, kerjasa sama juga dilakukan dengan media yang modderat. Dikatakan bahwa semua yang dilakukan ini berdasarkan amanat undang undang no 5 tahun 2018 yang berkaitan dengan pencegahan pencegahan dengan cara pendekatan pendekatan secara lunak.
ADVERTISEMENT