Konten dari Pengguna

Gampang Cuan: Antara Tawa, Tangis, dan Tanggung Jawab Generasi Sandwich

Prames Berliana Danianta
Sarjana Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya dan saat ini menjadi mahasiswa Magister Psikologi Sains Universitas Surabaya
9 Juli 2024 14:14 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prames Berliana Danianta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi generasi sandwich.
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kutipan di atas adalah bentuk pengandaian tentang menjaga privasi dari orang lain. Tidak semua hal bisa di publikasikan dengan orang lain. Menjaga kerahasiaan pribadi dari orang lain memberikan dampak baik atau malah sebaiknya.
Seperti dalam film “gampang cuan” yang dirilis pada tanggal 16 November 2023 disutradarai oleh Rahabi Mandra dengan tokoh utama bernama Sultan, seorang anak pertama yang pergi merantau ke Jakarta dan harus mengidupi keluarganya. Sultan beranggap lebih baik semua yang dia pilih hanya dirinya saja yang mengetahuinya.
Gampang Cuan adalah film Indonesia dengan genre komedi yang diadaptasi pada kehidupan nyata yang ada di daerah Sunda. Film ini menceritakan kehidupan sebuah keluarga yang hidup di kampung dan memiliki utang dari almarhum suami atau ayah.
ADVERTISEMENT
Sebagai anak pertama Sultan harus menghidupi serta memenuhi kebutuhan dari ibu dan kedua adiknya di kampung. Dalam cerita ini Sultan digambarkan sebagai orang yang malas, sering terlambat, cerdik. Selama bekerja Sultan kerap kali terlambat karena harus bersembunyi dari rentenir atau bangun kesiangan ketika harus pergi bekerja.
Dalam kehidupannya Sultan hanyalah karyawan biasa yang bekerja di Sultan Company, dan tinggal di rumah berpetak kecil. Melalui nama perusahaan yang sama dengan nama anaknya, sehingga ibu dan adik-adiknya beranggapan bahwa Sultan adalah anak yang sudah sukses, mapan, kaya, dan menjadi bos di perusahaan itu.
Begitupun juga pada diri Sultan sendiri yang membohongi keluarganya di kampung dengan menjadi bos di perusahaan dia bekerja selama ini. Sultan selalu memberikan uang bulanan sebanyak 2 juta untuk kehidupan keluarganya di kampung. Dan uang itu adalah hasil berutang kepada rentenir.
ADVERTISEMENT
Hal yang disayangkan adalah ibu dan kedua adiknya tidak mengetahui asal uang yang diterima, yang diketahui hanyalah mereka mendapatkan uang dan Sultan memberikan janji untuk menuruti satu per satu keinginan keluarganya. Dengan melihat kenikmatan Sultan di Jakarta membuat sang adik ingin mengikuti jejak kakaknya dan selain itu tuntutan Sultan untuk membiayai sekolah adik bungsunya.
Pada hal itu Sultan harus memutar pikiran terkait bagaimana dirinya harus membiayai sekolah adiknya, memenuhi kebutuhan keluarga, membayar utang-utang almarhum ayah dan utang dari rentenir selama ini. Tetapi hanya janji kosong selalu diberikan Sultan untuk semua masalah-masalah yang dialami. Kebohongan yang Sultan lakukan selama ini kepada keluarga hanya semata-mata agar tidak menjadi masalah dan beban pikir bagi ibunya, karena Sultan adalah anak pertama yang harus menggantikan sosok almarhum ayah.
ADVERTISEMENT
Meskipun dengan pintar Sultan menutup dan menyembunyikan dari keluarga, tetapi kenyataan terbongkar oleh keluarganya ketika mereka semua memutuskan pergi ke Jakarta. Suatu saat ketika terbongkarnya kebohongan itu, Sultan mendapatkan cacian, hinaan, bahkan diusir oleh adiknya sendiri karena kebohongan yang selalu ditutupinya.
Hal itu membuat Sultan merasa sakit hati karena merasa tidak sesuai dengan apa yang diusahakan selama ini untuk keluarganya. Meskipun dalam keadaan marah Sultan tetap melindungi keluarganya dan merelakan dirinya dipenjara ketika adiknya tersangkut dalam masalah yang mengharuskan adiknya dipenjara.
Sultan merupakan satu dari jutaan orang yang masih memiliki tanggung jawab untuk merawat, melindungi, dan membiayai ibu serta kedua adiknya. Cerita ini menggambarkan Sultan kepada tren yang dikenal dengan Generasi Sandwich. Generasi sandwich adalah tren yang telah lama muncul dan kini berkembang kembali. Pemeran utama dalam generasi ini adalah individu yang terhimpit antara tanggung jawab untuk merawat dua generasi.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia kebanyakan orang yang mengalami generasi ini merupakan dari keluarga dengan kalangan rendah, sehingga membutuhkan sumber penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akan tetapi sebagian dari mereka menganggap bahwa tekanan yang dialami adalah bentuk balas budi anak kepada orang tua selama ini.
Salah satu faktor penyebab terus meningkatnya generasi ini karena beban yang harus ditanggung, semakin banyak jumlah anggota keluarga yang ditanggung maka semakin rendah tingkat kebahagiannya. Faktor itulah yang menyebabkan generasi ini cenderung membutuhkan finansial yang lebih besar dibandingkan yang tidak mengalami. Dengan banyaknya beban yang ditanggungnya membuat individu tersebut lebih mementingkan kebutuhan orang tua dan anaknya dibandingkan dengan kebutuhan pribadinya.
Tuntutan yang terjadi pada generasi ini membuat individu lebih emosional dalam tanggung jawabnya sehingga mengalami burnout. Dalam psikologi burnout adalah burnout dapat muncul akibat kondisi internal seseorang yang ditunjang oleh faktor lingkungan berupa stres yang berlarut-larut.
ADVERTISEMENT
Terdapat empat karakteristik individu yang menderita burnout seperti dijelaskan oleh Rosyid (1996), yaitu keadaan seseorang yang mengalami kelelahan fisik, kelelahan emosional, menunjukkan kelelahan sikap atau mental, dan adanya penghargaan diri rendah. Sehingga burnout terjadi jika individu merasa bekerja keras, merasa bersalah, merasa tidak berdaya, menghasilkan perasaan lelah dan tidak nyaman (Parashaki & Ekhsan, 2022).
Hal ini terjadi pada Sultan ketika dihina, dicaci, dan diusir oleh adiknya sendiri. Sultan merasa sakit hati dan merasa usaha yang dilakukan untuk keluarga hanya sia-sia dan dalam cerita Sultan pergi meninggalkan keluarganya karena merasa lelah atas kerja keras yang dilakukannya selama ini untuk keluarganya serta merasa jika dirinya masih tidak pantas untuk menjadi pengganti ayahnya yang telah meninggal.
ADVERTISEMENT
Kebohongan itu dilakukan kepada ibu dan adik-adiknya agar mereka tidak mengetahui yang dialami Sultan. Alasan Sultan melakukan ini karena ingin menjadi kepala rumah tangga yang baik dan tidak ingin mengumbar permasalahan yang dialami.
Dalam dunia psikologi ada satu teori perkembangan yang dikemukakan oleh Sigmund freud yaitu ego. Ego akan digunakan sebagai bentuk mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk menghindari kenyataan jika mereka kewalahan akan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam memenuhi seluruh sumber daya antar anggota keluarga.
Kondisi seperti ini juga dialami Sultan yang merasa kewalahan akan tuntutan yang dialaminya. Akan tetapi dengan peran sebagai anak pertama maka secara langsung Sultan harus merasakan menjadi kepala rumah tangga dan kakak yang selalu bisa memenuhi kebutuhan adiknya. Meskipun merasa lelah, kewalahan, dan stress Sultan terus menjadikan kepentingan keluarga adalah hal yang prioritas dibandingkan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi tantangan yang terjadi di generasi sandwich ini, diharapkan setiap individu memiliki strategi koping yang tepat untuk melindungi kesejahteraan psikologisnya. Melalui teori yang dikembangkan oleh Lazarus & Folkman, (1984); Maryam (2017) ada dua kategori untuk menjelaskan strategi coping. Kedua kategori tersebut di antaranya:

1. Strategi coping berfokus pada masalah (problem focused coping)

Suatu tindakan yang diarahkan kepada pemecahan masalah. Individu akan cenderung menggunakan perilaku ini bila dirinya menilai masalah yang dihadapinya masih dapat dikontrol dan dapat diselesaikan. Fokus koping yang biasanya digunakan dalam generasi sandwich ini salah satunya adalah mencari dukungan dari anggota keluarga lain.
Hal sama dilakukan Sultan yang melibatkan anak kedua agar membantunya dalam mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan ibu dan adik nya. Mereka berusaha satu sama lain untuk mencari pekerjaan agar dapat melunasi utang-utang yang diberikan oleh almarhum ayahnya.
ADVERTISEMENT

2. Strategi coping berfokus pada emosi (emotion focused coping)

Suatu usaha yang bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa melakukan usaha mengubah stressor secara langsung. Salah satu fokus koping yang digunakan adalah positive reappraisal (memberi penilaian positif). Saat dipenjara, Sultan menanggapi stress nya dengan rasa bersyukur karena selama di penjara kebutuhan makan, minum, dan pakaian sangat terjamin. Sultan merelakan dirinya mendekam dipenjara sesuai dengan keputusan hukum, meskipun seharusnya yang dipenjara adalah adik keduanya.
Dari cerita Sultan di dalam film Gampang Cuan ini menggambarkan tentang tantangan dan tuntutan yang terjadi dalam keluarganya. Sebagai anak pertama harus menerima beban yang ditanggung sekaligus menjadi kakak bagi kedua adiknya. Meskipun Sultan selalu bersih kukuh untuk tidak menceritakan kehidupannya kepada siapa pun akan tetapi pada akhirnya semua akan terbongkar dan kebohongan yang dilakukan pun ikut terbongkar.
ADVERTISEMENT
Sehingga Sultan mengajarkan kepada kita bahwa menjadi generasi sandwich pasti memiliki tantangan yang cukup berat akan tetapi tergantung pada cara menyikapinya. Dukungan keluarga dan memberikan penilaian positif adalah bentuk coping stress yang dapat membantu para generasi sandwich dalam menyikapi tuntutan yang ada di dalamnya.