Bemo 'Kutu Buku' Penebar Virus Baca Buku

2 Mei 2017 11:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bemo penebar ilmu dari Sutisno (Foto: Novrian Arbi/Antara)
Banyak cara kreatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Sutisno Hadi alias Kinong, supir Bemo yang menyulap kendaraan roda tiga miliknya menjadi perpustakaan keliling.
ADVERTISEMENT
Beragam majalah, buku cerita, hingga buku biografi dan pengetahuan umum memenuhi rak belakang Bemo milik Kinong yang ia beri nama Bemo 'Kutu Buku'. Pria berusia 58 tahun ini mengoperasikan Bemonya setiap hari Senin sampai Jumat dari pukul 06.30 WIB sampai dengan 09.00 WIB, mengangkut penumpang dari kawasan Stasiun Karet hingga Jalan Sudirman.
Sutisno bersama anak-anak yang membaca (Foto: Novrian Arbi/Antara)
Pada siang hingga sore harinya, Bemo 'Kutu Buku' melaju menghampiri sekolah-sekolah di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kedatangan Kinong dan Bemonya selalu berhasil menyedot perhatian anak-anak yang siap melahap beragam buku.
“Ke mana arah kaki saya mau melangkah. Saya tuju mereka, (mereka) selalu siap dari TK-SMP. Buku-bukunya dibawa pulang enggak bisa. Baca di tempat, kalau kurang puas, saya bisa dateng lagi (ke sekolah itu),” ujar Kinng kepada kumparan (kumparan.com) di rumahnya, di kawasan Karet Pasar Baru II, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (29/4).
ADVERTISEMENT
“Baca terutama harus bisa. Anak Indonesia harus bisa baca karena membaca itu sangat penting. Saya pengen anak-anak mempunyai niat membaca. Seperti kutu, pelan, tapi mereka niat bacanya harus bertambah," imbuh dia.
Baca juga : Bemo Penebar Ilmu
Kinong biasa tiba di sekolah sekitar pukul 09.30 WIB, bertepatan dengan jam istirahat anak sekolah. Pria yang sudah menjadi sopir Bemo sejak tahun 1976 ini mengatakan dirinya memilih secara acak sekolah yang ingin dikunjunginya. Rata-rata satu sekolah dalam sehari yang dihampiri.
Anak-anak semangat membaca (Foto: Novrian Arbi/Antara)
Tak pernah ada hambatan berarti bagi Kinong dalam menjalankan aksi mulianya, meski ia tak pernah melakukan koordinasi sebelumnya dengan pihak sekolah. Kinong percaya, itikad baik akan menghasilkan hasil yang baik pula.
ADVERTISEMENT
“Misalnya saya datang, (kalau) mereka cuma fokus ke bemonya saya dengan sabar bilang ‘dik, ini bukan mamerin Bemo, ini mau ngajarin supaya kamu baca, jadi anak pintar, ini buku bapak bawa buat kamu baca’. Akhirnya, mereka satu per satu ngambil buku. Yang TK ada yang liat gambarnya, kadang minta dibacain cerita,” jelas Kinong.
Bapak tujuh anak ini telah menjadi penebar 'virus' gemar baca sejak 2013 lalu. Di balik sosoknya yang insipratif, siapa sangka, Kinong ternyata hanya menempuh pendidikan hingga kelas lima Sekolah Rakyat (SR).
Hal itu membuat Kinong kerap kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Tak mau ambil pusing, Kinong menanggapi pandangan itu bak angin lalu.
Kinong dan Bemo "Kutu Buku" (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kinong mengaku telah menemukan tujuan hidupnya dengan bekerja sebagai sopir bemo sekaligus pustakawan keliling yang telah banyak mendapat sumbangan buku dari para donatur.
“Setelah saya jalani (kegiatan perpustakaan keliling) ini hari demi hari, saya menjadi orang berguna, hidup bermanfaat. Itu saya jadi bangga. Jadi saya jalani terus sampai sekarang karena selama beberapa tahun yang lalu, saya hidup mencari nafkah tanpa arah dan tujuan, enggak jelas. Setelah ada kegiatan ini saya merasa menjadi berguna,” ujarnya.
Kebahagiaan Kinong semakin bertambah setelah ia diundang ke Istana Negara hari ini, bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Apresiasi dari pemerintah menjadi prestasi tersendiri yang membanggakan bagi Kinong.
“Saya pengemudi (Bemo) yang sukses. Belum pernah ada sopir Bemo diundang ke Istana. Hidup ini sangat berarti apalagi kalau kita punya kegiatan baik, positif, dan berguna untuk orang banyak,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Bemo untuk pustaka keliling masuk istana. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)