Jumlah Korban Tewas Bom Kabul Bertambah Jadi 90 Orang

31 Mei 2017 23:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Korban bom Kabul (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Korban bom Kabul (Foto: Reuters)
Jumlah korban tewas bom mobil di kompleks diplomatik kota Kabul, Afghanistan, bertambah. Pemerintah Afghanistan menginformasikan, saat ini tercatat ada 90 orang meninggal dunia akibat ledakan yang terjadi pada Rabu (31/5) pagi itu.
ADVERTISEMENT
Dilansir Associated Press, korban luka akibat tragedi itu juga bertambah menjadi 400 orang. Majelis Ulama Afghanistan mengecam serangan itu sebagai tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian, terlebih peristiwa itu terjadi saat bulan Ramadhan.
Hingga saat ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut. Kelompok militan Taliban membantah keterlibatan mereka, dan belum ada pula pernyataan dari ISIS soal ledakan ini.
Dugaan mengarah kepada Taliban, setelah bulan lalu kelompok bersenjata ini mengumumkan akan melakukan serangan besar terhadap pasukan internasional dan Afghanistan. ISIS juga merongrong keamanan di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Bom di Kabul (Foto: Reuters/Omar Sobhani)
zoom-in-whitePerbesar
Bom di Kabul (Foto: Reuters/Omar Sobhani)
Diketahui titik ledakan berada di dekat alun-alun Zanbaq, distrik ke-10 Kabul. Lokasi tersebut merupakan wilayah yang dipenuhi kantor pemerintahan dan kedutaan besar, serta dijaga oleh polisi dan tentara keamanan nasional.
Ledakan bom mobil termasuk berdaya ledak tinggi, sehingga asap ledakan terlihat membubung ke udara. Sedikitnya 30 mobil hancur, begitu juga sebagian banguanan berpagar beton di wilayah itu. Bangunan kantor Kedutaan Besar yang dilaporkan rusak di antaranya adalah bangunan kantor Kedubes Prancis dan Kedubes Jerman.
Pejabat Afghanistan, dilansir Reuters, mengatakan tragedi ini adalah bom terbesar yang pernah meledak di ibu kota.
Bom di Kabul (Foto: Reuters/Mohammad Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Bom di Kabul (Foto: Reuters/Mohammad Ismail)