Konten dari Pengguna

Kecanduan TikTok Membuat Acuh Terhadap Isu Kebangsaan, Apakah Sebuah Kemunduran?

Rizal Pratama Ardiansyah
Mahasiswa S1 Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya
27 Juni 2022 16:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizal Pratama Ardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi algoritma video singkat tiktok. Foto: iXimus (pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi algoritma video singkat tiktok. Foto: iXimus (pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi berkembang sangat pesat. Hal tersebut tak terlepas dari berkembangnya berbagai platform media sosial yang bisa untuk berkomunikasi jarak jauh ataupun untuk menonton video pendek. Segala sesuatu dapat diselesaikan dengan cara yang praktis dan efisien.
ADVERTISEMENT
Media sosial memiliki sifat interaktif dan umpan balik yang membuat antar penggunanya dapat saling berhubungan, berbagi informasi, dan berkolaborasi. Beberapa aplikasi di media sosial menyediakan konten bagi setiap orang dari berbagai penjuru dunia. Konten ini berupa informasi, berita, foto, atau video tentang aktivitas seseorang. Sehingga media sosial menjadi alternatif untuk membangun dan menjalin koneksi setiap harinya
Fasilitas media sosial seperti facebook, instagram, whatsapp, tiktok dan aplikasi lainnya yang multifungsi menyebabkan antar penggunanya saling berinteraksi di dunia maya. Kemajuan teknologi ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi kehidupan masing-masing orang. Media sosial juga memiliki manfaat sebagai media informasi tercepat dan termurah bagi semua orang, namun disisi lain media sosial memiliki dampak negatif seperti kecanduan yang berlebihan terhadap media sosial.
ADVERTISEMENT
Saat ini aplikasi yang dapat menayangkan video pendek berdurasi 15 detik dan antar penggunanya dapat saling berinteraksi sedang tren di Indonesia,yakni media sosial tiktok
Siapa yang tidak tahu dengan media sosial TikTok?
Media sosial yang sedang naik daun di tengah pandemi pada awal tahun 2020 hingga saat ini. Tentunya tidak sebuah kebetulan media sosial ini sempat menjadi puncak teratas yang sering di akses di Indonesia bahkan dunia.
TikTok merupakan sebuah platform media sosial yang menyediakan berbagai video pendek. TikTok diluncurkan pada 2016 oleh Zhang Yiming. Berbagai konten berupa video-video lipsynch dan joget di TikTok banyak yang viral dan menarik untuk ditonton. Pembuatan video tergolong sangat mudah, pengguna hanya bermodalkan smartphone, internet, dan ide kreatif ataupun meniru yang telah viral sebelumnya. Sehingga, banyak masyarakat terkhusus anak muda tertarik mengunduh dan menikmati aplikasi TikTok. Ditambah lagi, banyak publik figur yang memainkan TikTok makin meramaikan aplikasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari The Verge, popularitas TikTok melonjak selama pandemi Covid-19 yang bermula pada 2020. Pada gelombang pertama tahun itu, TikTok jadi aplikasi paling banyak diunduh, sebanyak 315 juta kali, menurut perusahaan analisis SensorTower. Perusahaan yang menaungi TikTok, ByteDance melaporkan pendapatannya pada tahun 2020 mencapai 34,3 miliar dolar AS, melebihi dua kali pendapatan tahun sebelumnya. Kesuksesan tiktok ini dibuktikan dari digemarinya baik dari kalangan anak anak,remaja,bahkan dewasa sekalipun. (sumber https://data.tempo.co/data/1230/tembus-1-miliar-pengguna-tiktok-hanya-butuh-5-tahun)
Tahukah kalian bahwa media sosial TikTok ini sebenarnya membuat kecanduan?
Tidak hanya media sosial TikTok, namun semua media sosial dan game online bisa membuat kecanduan.Saat ini berbagai macam media sosial berlomba mendapatkan image yang dapat dicontoh bahkan diingat oleh penggunanya. TikTok memberikan special effects unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah. sehingga, para pengguna dapat membuat video pendek dengan hasil yang keren serta dapat dipamerkan kepada teman-teman atau pengguna lainnya. Aplikasi sosial video pendek ini memiliki dukungan musik yang banyak sehingga penggunanya dapat melakukan performanya dengan tarian, gaya bebas, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Bukankah masih banyak konten edukasi di dalamnya apa kita nggak boleh main tiktok?
Memang di dalamnya ada banyak konten edukasi dan bermanfaat selama digunakan hal yang benar bukan menjadi sebuah masalah. Yang jadi permasalahan, ketika kita lagi asik scrolling, algoritma tiktok akan terus menyajikan konten yang serupa dengan yang kita lihat awal. Membuat pengguna sulit terlepas dan berada pada puncak tertinggi kesenangannya.
Saat ini pun semua perusahaan media sosial sedang berlomba lomba membuat penggunanya untuk betah ber jam jam di aplikasi mereka agar memperoleh keuntungan sebesar besarnya. Dengan desain seperti itu kita sangat rentan untuk kecanduan sama sosial media. Sebagai contoh, banyak perusahaan yang lagi mengejar tren tiktok dengan menyediakan video berdurasi singkat seperti instagram reels dan youtube shorts. Bukan masalah konten negatif dan positif namun desain aplikasi yang membuatmu jadi kecanduan untuk melakukan lagi "mores".
ADVERTISEMENT
Apa hubungannya kecanduan dengan isu kebangsaan?
Tentunya ada, ketika orang kecanduan mereka akan acuh dengan kondisi sekitarnya bahkan dirinya sendiri. Umumnya seorang pecandu internet menarik diri dari dunia luar. Sebagai contoh, banyaknya budaya berkembang di Indonesia dari berbagai suku, seorang yang pecandu sosial media tidak ingin mengetahui dan melestarikan budaya itu agar tidak punah oleh perkembangan zaman. Belum lagi terdapat sejumlah konten yang menawarkan hidup kebarat-baratan yang berbeda dari budaya luhur bangsa Indonesia.
Pemuda dengan jumlahnya yang cukup besar menjadi perhatian bersama, agar kondisi yang tidak diharapkan untuk kepentingan nasional dan kepentingan bangsa tetap bisa dikelola dengan baik. Sebagai bentuk dari upaya mengoptimalkan peningkatan ketahanan nasional di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pengaruh media sosial menjadi tantangan bagi kita semua untuk bertindak rasional dan mengutamakan nasionalisme,rasa peduli, dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
Apakah itu sebuah kemunduran?
Teknologi berkembang dari bentuk paling sederhana ke bentuk yang lebih kompleks seperti komputer, internet, dan ponsel sesuai zamannya. Jika, teknologi diartikan semua karya manusia yang berguna untuk hidup lebih baik di masa mendatang, maka lawan dari kata itu adalah sampah. Sampah adalah semua yang dihasilkan manusia namun tidak berguna dan cenderung merugikan.
Jadi, apabila perkembangan teknologi tidak diimbangi dengan kemampuan manusia untuk mengadaptasinya. Maka, ketidakmampuan manusia untuk mengadaptasi teknologi menciptakan suatu kondisi yang dinamakan sebagai “culture shock”. Terjadi ketidakseimbangan dalam keseharian manusia. Bisa dikatakan era semakin berkembang tapi tindakan atau perilaku manusia mengalami kemunduran.
ADVERTISEMENT