Konten dari Pengguna

Legalisasi Ganja Thailand: Menilik Ganja yang Dilegalkan Pemerintah Thailand

pratitis nur kanariyati
Journalism enthusiast
23 Juni 2022 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari pratitis nur kanariyati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Tahun 2018 Thailand legalkan ganja untuk kepentingan medis. Kini, Kamis (9/6) lalu, Thailand resmi legalkan ganja untuk kepentingan medis dan kuliner.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Thailand, saat ini sedang menjadi perbincangan hangat di kancah internasional. Bagaimana tidak, Negeri Gajah Putih ini telah resmi melegalkan ganja pada Kamis, 9 Juni lalu. Thailand mengecualikan ganja dari daftar narkotika dan menjadi negara pertama Asia yang melegalkan ganja. Bukan tanpa sebab Thailand melegalkan ganja. Namun, aksinya itu cukup menimbulkan perdebatan yang panjang.
Kamis (9/6) lalu, Thailand resmi legalkan ganja untuk keperluan medias dan kuliner (Photo: Kindel Media/Pexels)
Keberadaan ganja di Thailand
ADVERTISEMENT
Secara historis ganja telah digunakan masyarakat Asia Tenggara sebagai bumbu makanan hingga obat-obatan. Pada zaman dulu, daun ganja digunakan sebagai bumbu masakan tradisional Thailand yakni Kway Teow Rua atau sering dikenal Mie Perahu. Menu asli masakan ini menggunakan ganja sebagai bumbu kuahnya, ditambah lengkuas, sereh, dan darah babi.
Selanjutnya ganja oleh masyarakat Thailand dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional. Masyarakat Thailand meyakini bahwa ganja bisa meringankan berbagai penyakit seperti sakit kepala, kolera, malaria, disentri, asma, pencernaan, cacingan, hingga sakit setelah melahirkan.
1934, Thailand mulai ilegalkan ganja
Tahun 1934, pemerintah Thailand mulai menerapkan larangan penggunaan ganja. Setahun kemudian, pemerintah Thailand mengesahkan Cannabis Act dan mengkriminalisasi kepemilikan, penjualan, serta penggunaan mariyuana atau ganja. Namun pada praktiknya ganja masih menjadi bagian dari masyarakat. Penerapan hukuman pun masih sangat ringan. Saat itu pelaku hanya divonis penjara kurang dari setahun dan kebanyakan lolos begitu saja.
ADVERTISEMENT
Tahun 1979 pemerintah Thailand bertindak lebih jauh lagi dengan mengesahkan Narcotics Act of B.E.2522 yang mana menempatkan ganja sebagai narkotika Kategori 5.
Tahun 1980-an, Thailand yang menjadi mitra Amerika Serikat dalam pemberantasan narkotika mulai serius menghentikan penyebaran ganja. Thailand mulai menerapkan hukuman berat yakni penjara hingga 15 tahun bagi pengedar dan denda senilai lebih dari Rp 500 juta.
Thailand mulai legalkan Ganja pada 2018
Tahun 2018, Thailand menjadi negara Asia Tenggara pertama yang melegalkan ganja untuk keperluan medis. Langkah Thailand ini diiringi dengan pengesahan Narcotics Act (No. 7) B.E. 2562.
Januari 2022, Thailand tercatat mencabut ganja dari daftar zat terlarang. Bahkan mengizinkan warganya untuk menanam ganja di pekarangan masing-masing, dengan catatan memberi tahu pemerintah daerah setempat.
ADVERTISEMENT
Selang beberapa bulan tepatnya 9 Juni 2022, Thailand resmi melegalkan penanaman dan konsumsi ganja untuk keperluan medis dan makanan/minuman dengan kadar THC tertentu.
Pemerintah Thailand kini bertekad mendiskriminasi ganja lantaran melihat ganja sebagai industri baru. Menurut Asosiasi Perdagangan Industri Rami Thailand, nilai pasar dari bisnis terkait ganja mencapai 40 miliar baht atau setara 1,13 miliar USD saat ini. Diperkirakan akan tumbuh menjadi 70 miliar baht pada tahun 2024. Ketika dilegalkan, ganja diprediksi akan mendongkrak ekonomi Negeri Gajah Putih.
Apakah tujuan pemerintah Thailand melegalkan ganja?
Setiap negara memiliki maksud tertentu dalam melegalkan suatu hal, terutama ganja. Di mana kita tahu bahwa ganja dimata publik identik dengan hal yang negatif. Lebih banyak pengaruh negatifnya dibanding manfaatnya. Namun berbeda dengan Thailand. Thailand melihat ada peluang besar di balik keputusannya melegalkan ganja.
ADVERTISEMENT
Melansir dari berbagai sumber, Thailand ingin membuat terobosan di pasar ganja medis. Thailand berharap bisa memenangkan pasar marijuana atau ganja di sektor kesehatan. Thailand bisa menjadi sentral ganja bagi negara/tenaga medis yang mencari ganja untuk kebutuhan medis.
Ketika permintaan ganja Thailand meningkat hingga kancah internasional, secara tidak langsung perekonomian Negeri Gajah Putih membaik. Mengingat semenjak Covid-19, perekonomian Thailand sedikit memburuk. Tak kalah penting, bisa meningkatkan mata pencaharian petani kecil. Sebagaimana yang kita tahu bahwa iklim tropis Thailand sangat ideal untuk menanam ganja.
Kedua, mengurangi populasi penjara Thailand. Merujuk The World Prison Brief, total populasi penjara Thailand mencapai 285.572, termasuk tahanan pra-ajudikasi/tahanan per 1 November 2021. Sementara tingkat populasi penjara sekitar 411 per 100.000 populasi nasional. Nilai itu berdasarkan perkiraan populasi nasional 69,53 juta pada awal November 2021.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Thai Institute for Justice, sekitar 80% dari populasi penjara Thailand merupakan orang yang melakukan pelanggaran narkoba. Dikatakan 78% dari pelanggaran terkait narkoba melibatkan tablet metamfetamin dan 76% untuk kepemilikan dengan maksud menjual. Meskipun sebagian besar dalam jumlah kecil.
Akibat legalisasi ganja ini, lebih dari 4.000 nara pidana terkait kasus ganja dibebaskan dari penjara. Sebab aturan yang menghukum rakyat Thailand karena memproduksi, mengimpor, mengekspor, memiliki, menjual, atau mengonsumsi ganja tidak berlaku pada 9 Juni lalu.
Setelah dilegalkan, mungkinkah masyarakat awam di Thailand bebas mengkonsumsi ganja?
Beberapa pihak mendapat izin untuk membudidayakan, menggunakan, dan memperdagangkan ganja.
Seperti yang diberitakan beberapa media massa, kini perusahaan dan petani diizinkan untuk membudidayakan tanaman ganja di lahan pertanian dan kebun. Klinik di seluruh wilayah Thailand dapat menawarkan ganja medis untuk mengobati berbagai penyakit.
ADVERTISEMENT
Selain itu, restoran dapat menyajikan hidangan dan minuman yang mengandung ganja dengan Tetrahydrocannabinol (THC) kurang dari 0,2%. Pihak pengusaha bisa mendaftarkan resep makanan dengan kadar THC yang sesuai untuk mendapat label perizinan.
THC adalah senyawa psikoaktif yang memberi pengguna sensasi "tinggi". Senyawa ini terdapat pada daun dan ranting dengan kadar tertinggi pada pucuk tanaman betina yang sedang berbunga.
Meskipun kepemilikan ganja tidak dianggap ilegal, penggunaan ganja untuk tujuan rekreasi dan produksi apapun dengan THC lebih dari 0,2% tetap dilarang. Ekstrak ganja dengan kadar Tetrahydrocannabinol (THC) melampaui 0,2% masih masuk daftar narkotika Kategori 5 Thailand. Sehingga pihak penjual maupun pembeli ekstrak ganja dengan kadar THC di atas 0,2% harus memiliki lisensi penjualan narkotika dari pemerintah Thailand.
ADVERTISEMENT
Siapapun yang menjual tanaman ganja untuk tujuan komersial harus mengantongi izin dari pemerintah Thailand. Melansir Bloomberg, pihak yang hendak menanam ganja perlu membuat laporan ke web kementerian kesehatan negara atau aplikasi yang dikembangkan oleh Food and Drug Administration.
Pemerintah Thailand juga telah melarang warganya merokok ganja di tempat umum. Jika kedapatan merokok ganja di tempat umum, mereka akan dikenai sanksi.
Jadi, tidak serta merta masyarakat awam boleh mempergunakan hingga memperdagangkan ganja. Mereka perlu mengantongi izin dari pemerintah setempat. Tetap ada regulasi yang harus ditaati masyarakat ketika ingin menanam hingga melakukan transaksi jual beli ganja. Akan tetapi, balik lagi regulasi tidak menjamin masyarakat akan taat sepenuhnya. Perlu adanya pengawasan dan sanksi tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan.
ADVERTISEMENT