Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ziarah Malam di Makam Pejuang Seroja di Atambua
18 Agustus 2018 13:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Prayoga Limantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama 73 tahun berdiri, Republik Indonesia pernah mengalami masa gelap dan terang. Di setiap masa itu selalu ada orang baik yang rela menukar nyawanya demi ibu pertiwi.
ADVERTISEMENT
Gugus bintang Pisces dan Aquarius bertebaran menaungi malam di sebuah pemakaman di Atambua, Nusa Tenggara Timur. Angin musim dingin Australia sejuk berhembus, menggoyang-goyangkan helai daun Kamboja. Lolong sendu anjing penjaga ternak terdengar saling bersahutan-sahutan.
Di tengah keheningan malam, derap hentak kaki dan dering sangkur senjata nyaring memecah kesunyian. "Kepada arwah para pahlawan, hormat senjata, grak!" salak pimpinan upacara. Serentak ratusan orang yang hadir di pemakaman itu mengangkat senjata atau tangan mereka memberi penghormatan.
Malam itu kami, 32 orang diplomat Sesdilu 61, berkesempatan menghadiri acara malam renungan yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Belu. Acara yang hanya diterangi bulan, bintang, dan cahaya obor temaram itu dipimpin langsung oleh Bupati Belu, Willybrodus Lay.
(Acara malam renungan 16 Agustus di TMP Seroja, Atambua, NTT)
ADVERTISEMENT
Seperti tradisi di daerah lain, setiap tanggal 16 Agustus diselenggarakan acara malam renungan di Belu. Acara tahun ini disleenggarakan di Taman Makam Pahlawan Seroja, Atambua. Acara renungan malam di Belu selalu terasa lebih istimewa karena wilayah ini menjadi saksi langsung gugurnya para pejuang Republik.
Kerikil dalam Sepatu
Operasi Seroja merupakan operasi perebutan wilayah Timor Leste yang saat itu sedang mengalami kekacauan politik akibat transisi dari pemerintah kolonial Portugal. Operasi yang dikenal sebagai salah satu operasi militer terbesar yang pernah digelar Pemerintah Indonesia itu, berlangsung dari1975 dan berakhir pada 1978.
Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa tidak kurang dari 972 prajurit TNI (waktu itu ABRI) dan ribuan pejuang rakyat gugur selama operasi tersebut.
(Diplomat Sesdilu 61 menaburkan bunga di makam para pahlawan)
ADVERTISEMENT
Dalam dunia diplomasi Indonesia, masalah integrasi Timor-Timur sering dianggap sebagai isu yang memberatkan. Mantan Menlu Ali Alatas bahkan mengumpamakannya bagai kerikil dalam sepatu.
Selama puluhan tahun, masyarakat internasional mengecam aneksasi Indonesia terhadap Bumi Lorosae. Isu-isu pelanggaran HAM juga senantiasa disorot tajam, terlepas dari berbagai upaya pembangunan infrastruktur yang dilakukan Pemerintah Indonesia selama seperempat abad di sana.
Bertetangga dengan Veteran
Terlepas dari pro-kontra Operasi Seroja dan masa-masa integrasi Timor Leste ke Indonesia, bagi saya acara malam renungan suci itu mempunyai makna yang dalam.
Sewaktu kecil, setiap hari saya berangkat ke sekolah melewati kompleks Perumahan Seroja. Perumahan yang dibangun di pinggir Kota Bekasi ini adalah perumahan yang khusus dibangun untuk para veteran Operasi Seroja.
ADVERTISEMENT
Deretan perumahan di kompleks ini umumnya terdiri dari bangunan-bangunan yang sederhana. Rata-rata luas rumah di perumahan tersebut tidak lebih dari 21 meter persegi. Jalanan di depan perumahan juga relatif sempit, meski masih bisa dilalui 2 mobil secara bergantian.
(Suasana di Kompleks Seroja, Bekasi. Foto: googlemaps)
Setiap kali melewati kompleks Perumahan Seroja, saya kerap menemui beberapa orang dewasa dengan anggota tubuh yang tidak lengkap. Beberapa hanya memiliki satu tangan, berwajah tidak lengkap, dan banyak juga yang berjalan dengan kaki palsu.
Waktu itu saya belum begitu paham latar belakang yang menyebabkan kondisi mereka seperti itu. Saya hanya bisa bergidik dan mempercepat kayuh sepeda setiap kali berpapasan dengan mereka.
Bukan apa-apa, bekas luka mereka yang tidak terawat sempurna tampak menakutkan bagi saya yang baru berusia belasan tahun waktu itu. Meski telah mendapatkan pelajaran mengenai integrasi Timor-Timur di kelas, saya lebih suka mengambil jalan memutar ketimbang harus berpapasan dengan para veteran.
ADVERTISEMENT
Nisan Tanpa Nama
Malam ini saya hadir di pemakaman rekan seperjuangan para veteran itu. Deretan makam di TMP Seroja tampak bersih, rapih, dan bercahaya. Lusinan lilin dan obor tradisional berjejer rapih dan syahdu.
Banyak pejuang yang tercatat di TMP tersebut yang gugur di usia muda. Banyak pula nisan yang hanya bertuliskan nama dan tanggal wafat. Tidak sedikit nisan yang anonim, yang hanya bertuliskan "pejuang rakyat," tanpa nama dan tanggal lahir.
(Deretan nisan tanpa nama banyak dijumpai di TMP Seroja, Atambua)
Tanpa terasa air mata saya meleleh. Membayangkan perjuangan dan keikhlasan mereka berjuang demi Republik. Tanpa banyak bertanya, tanpa banyak mengeluh. Mereka rela berjuang mengadu nyawa di daerah yang mungkin belum pernah mereka dengar dalam hidupnya. Semua itu mereka jalani demi berkibarnya panji merah putih.
ADVERTISEMENT
Beristirahatlah dengan tenang para pahlawan. Semoga kami bisa mengikuti keteladananmu. Memberikan yang terbaik bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Merdeka!