Cerita Alumni ITB yang Pilih Beternak Jangkrik, Omzetnya Rp 500 Juta per Bulan

Konten dari Pengguna
10 Juli 2020 11:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bambang Setiawan (kiri). Foto : instagram/kangbambangsetiawan
zoom-in-whitePerbesar
Bambang Setiawan (kiri). Foto : instagram/kangbambangsetiawan
ADVERTISEMENT
Bila kebanyakan orang menganggap jangkrik sebagai hewan pengganggu, Bambang justru melihatnya sebagai sebuah peluang. Berbekal tekad bulat, Bambang Setiawan mencoba bisnis budidaya jangkrik. Meski tak memiliki pengalaman, omzetnya kini mencapai ratusan juta per bulan.
ADVERTISEMENT
Begitu lulus dari Fakultas Teknik ITB, Bambang langsung pulang ke Cirebon dan menjadi peternak jangkrik. Trust Jaya Jangkrik saat ini termasuk budidaya jangkrik terbesar se-Cirebon. CV Jaya Tani itu memiliki 65 karyawan dengan kapasitas produksi 200 kg jangkrik dan 8 kg telur jangkrik. Beragam penghargaan pun telah berhasil ia sabet. Seperti Wirausaha Muda Mandiri 2014 perwakilan Jawa Barat dalam bidang usaha industri, perdagangan, dan jasa.
Hasil ternaknya mencapai 100 kg jangkrik per hari yang kemudian ia pasarkan ke Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jabodetabek. 1 kg jangkriknya ia hargai sebesar Rp 45.000- Rp 50.000. Varietas jangkrik alam dibanderol dengan harga Rp 350.000 – Rp 400.000 per kg, dan untuk telur jangkrik kalung sebesar Rp 325.000 per kg.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Bambang juga memiliki produk makanan olahan jangkrik seperti kerupuk jangkrik dalam tiga rasa. Harga kerupuk rasa orisinal, keju, dan pedas itu adalah Rp 25.000 per 175 gram. Usaha budidaya dan olahan jangkriknya ini bisa mendatangkan Rp 15 juta per hari. Bambang mampu meraup omzet hingga Rp 500 juta per bulan.
Kesuksesan Bambang tidak semudah membalikkan tangan. Meski telah berbisnis sejak kuliah, dirinya tetap mengalami hambatan saat memulai bisnis budidaya jangkriknya. Modalnya pun terbatas. Saat itu dirinya menjual motor satu-satunya ditambah dengan tabungan Rp 7 juta.
Meski beragam tawaran perusahaan datang kepadanya, tapi ia menolak. Ia memilih menganggurkan ijazah Teknik Sipilnya untuk budidaya jangkrik. Ia melihat peluang pada jangkrik lantaran sering mendengar keluh kesah pedagang burung yang tidak memiliki cukup pasokan jangkrik untuk pakan.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2010, bisnisnya ia mulai dengan 2,5 kg jangkrik yang kemudian ia taruh ke dalam 50 kandang kecil. Ia pun gagal total. Dari 50 kandang tersebut, tidak ada satu kandang yang terjual. Akhirnya ia menjual ‘seadanya’ dan ia jadikan modal baru untuk usahanya. Bambang kemudian memutar otak berkolaborasi dengan para pembudidaya yang lebih berpengalaman.
Bambang juga akhirnya menjual jangkriknya ke Bandung. Mulanya, jangkrik Bambang hanya terjual 1 sampai 2 kuintal per minggu. Tetapi karena kerja keras dan konsistensinya, Bambang berhasil memasarkan 1-2 kuintal tiap hari di tahun 2012. Selain dapat meraup omzet yang besar, Bambang juga membantu meningkatkan perekonomian warga sekitar.