Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Kisah Marketing Deterjen Dirikan Red Bull Energy, Kini Raup Triliunan
14 April 2021 13:39 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Jika bicara soal minuman berenergi, rasanya kurang jika tidak menyebut Red Bull Energy Drinks. Produk minuman berlogo dua banteng merah yang sedang saling beradu tersebut sudah begitu popular di tengah masyarakat dunia. Red Bull sendiri lahir dari tangan pengusaha asal Jerman, Dietrich Mateschitz.
ADVERTISEMENT
Lahir di Styria, Austria pada 20 Mei 1944, Mateschitz merupakan seorang keturunan keluarga Austria-Kroasia. Ayahnya merupakan orang Maribor, sementara ibunya asli Styria. Kedua orang tuanya yang merupakan guru ini bercerai saat Mateschitz masih belia.
Berlatar belakang anak seorang guru, Mateschitz justru membutuhkan waktu hingga 10 tahun lamanya untuk lulus kuliah dan memperoleh gelar di Hochschule Fur Welthandel atau lebih akrab sebagai Universitas Ekonomi dan Bisnis Vienna. Saat itu, ia mengambil jurusan marketing dan baru lulus pada 1972 sejak pertama masuk pada 1963.
Selepas lulus dari Universitas tersebut, Mateschitz melamar kerja sebagai pegawai di Unilever, salah satu raksasa di bidang consumer goods, sebagai bagian pemasaran produk deterjen. Ia kemudian pindah kerja ke perusahaan Blendax, sebuah perusahaan kosmetik di Jerman sebagai bagian pemasaran produk pasta gigi.
ADVERTISEMENT
Saat bekerja di Blendax, terdapat suatu momen di mana Mateschitz memperoleh tugas yang mengharuskannya mengunjungi Thailand pada dekade 1982. Dalam perjalanan bisnisnya ke Negeri Gajah tersebut, ia mengalami jet lag dan ingin mengonsumsi sebuah makanan atau minuman yang menyegarkan.
Akhirnya secara tak sengaja, ia menemukan sebuah minuman berenergi asli Thailand bermerek Krating Daeng yang tentunya masyarakat Indonesia tak asing dengan minuman ini. Ternyata, Mateschitz sangat menyukai rasa minuman tersebut. Maka, muncullah di benaknya untuk menciptakan produk minuman berenergi miliknya sendiri.
Untuk itu, ia berusaha mendekati pemilik minuman berenergi asli buatan Thailand tersebut, yakni Chaleo Yoovidhya guna menjalin kemitraan. Tak butuh waktu lama untuk keduanya untuk akhirnya memperoleh kesepakatan. Dengan modal bersama USD 500 ribu dan pembagian saham masing-masing 49 persen dengan 2 persen untuk anak Yoovidhya, lahirlah Red Bull pada 1984.
ADVERTISEMENT
Red Bull sendiri sebenarnya adalah pengembangan dari Krating Daeng. Bedanya, Red Bull dibuat menjadi minuman berkarbonasi dengan kadar gula yang lebih sedikit sehingga lebih masuk ke bermacam lidah konsumen.
Red Bull menjalani debut perdananya di Austria pada 1987, sebelum akhirnya memasuki pasar internasional 2 tahun kemudian dengan Hungaria dan Slovenia sebagai dua negara pertama yang menjadi pasarnya. Red Bull baru memasuki pasar Amerika Serikat pada 1997.
Seketika, Red Bull menjelma menjadi raksasa terbesar untuk produk minuman berenergi di dunia. Pada 2012 saja, Red Bull berhasil memperluas area distribusi hingga ke lebih dari 171 negara, menjadikannya sebagai minuman berenergi yang paling banyak dikonsumsi.
Saking besarnya, Red Bull bahkan masih meningkatkan branding dengan terjun ke dunia olahraga. Berbagai olahraga mulai dari Formula 1 hingga Sepak Bola. Hebatnya, tim olahraga Red Bull sukses di bidangnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Di Formula 1, Red Bull berhasil memperoleh juara dunia 4 kali berturut-turut bersama Sebastian Vettel pada 2010-2013. Sedangkan di sepak bola, RB Leipzig yang bermain di Bundesliga Jerman kini menjadi penantang baru bagi dominasi Bayern Munchen yang menjadi juara bertahan liga jerman tersebut sejak 2013.
Kini Red Bull sudah memiliki 12.239 karyawan dan berhasil menghasilkan omzet mencapai USD 6.137 miliar atau sekitar Rp 89,8 triliun per tahunnya melalui penjualan hingga miliaran kaleng setiap tahunnya. Pada 2019 saja, Red Bull berhasil 7,5 miliar kaleng ke seluruh dunia.
Berkat hal ini juga, Mateschitz tercatat sebagai salah satu orang terkaya versi majalah forbes. Pria 76 tahun ini menduduki posisi ke-56 terkaya dunia dengan kekayaan mencapai USD 26,9 miliar atau setara sekitar Rp 393,5 triliun.
ADVERTISEMENT