Kisah Sukses HM Lukminto, Pendiri PT Sritex yang Produknya Mendunia

Konten dari Pengguna
18 Oktober 2022 5:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pabrik Sritex Sukoharjo. Foto: Dok. Sritex
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Sritex Sukoharjo. Foto: Dok. Sritex
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu produsen tekstil yang kualitasnya produknya mendunia adalah PT Sritex. Kesuksesan Sritex tak lepas dari kehadiran pendirinya, yakni Muhammad Lukminto yang biasa dikenal H.M. Lukminto.
ADVERTISEMENT
H.M. Lukminto adalah seorang pebisnis asal Indonesia yang berketurunan Tionghoa. Ia lahir pada 1 Juni 1946 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. Ia mengawali kariernya di bidang bisnis dengan pengalaman pahit pasca insiden G30S/PKI.
Pada awalnya, ia terpaksa putus sekolah setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melarang segala sesuatu yang berhubungan dengan etnis Tionghoa. Oleh karena itu, Lukminto yang duduk di kelas 2 SMA di SMA Chong Hua Chong Hui harus menyudahi pendidikannya.
Setelah putus sekolah, Lukminto kemudian mengikuti jejak kakaknya Ie Ay Djing atau Emilia yang telah lebih dulu berdagang di Pasar Klewer, Solo. Lukminto memulai bisnis tekstilnya pada usia 20 tahun di Pasar Klewer.
Untuk memulai bisnisnya, orang tuanya memberi modal sebanyak Rp 100 ribu dan dibelanjakan kain belaco dari Semarang dan Bandung. Ia kemudian menjualnya di Pasar Klewer, Pasar Kliwon, dan beberapa pabrik batik rumahan dengan berkeliling.
ADVERTISEMENT
Berkat hasil jualannya, ia kemudian membeli dua kios di Pasar Klewer pada tahun 1967 dan bisnisnya kemudian semakin berkembang. Barulah ia mengembangkan sebuah industri tekstil dengan mendirikan pabrik pertamanya di Semanggi Solo pada 1972.
Di tahun 1982, Lukminto mendirikan pabrik tenun pertamanya di Desa Jetis, Sukoharjo, dengan nama PT Sri Rejeki Isman atau lebih dikenal PT Sritex. Pada awalnya, luas pabrik tersebut hanya 10 hektare dan kemudian terus berkembang menjadi 100 hektare lebih hingga sekarang.
Pada 3 Maret 1992, Presiden Soeharto meresmikan pabrik tersebut bersama pabrik lainnya di daerah Surakarta dan mulai diminta untuk menggarap logistik militer untuk dalam negeri.
Dua tahun berselang, kesuksesannya dalam menciptakan seragam berkualitas tinggi di standar militer mampu menggugah benua biru untuk turut bekerja sama dengan PT Sritex untuk memproduksi seragam militer untuk NATO dan Jerman.
ADVERTISEMENT
Lukminto bersama bisnisnya dapat berkembang dengan pesat hingga kini. Lukminto mengembuskan napas terakhirnya di Singapura pada 2014 silam. Kini PT Sritex dipimpin oleh anak sulungnya, Iwan Lukminto.