Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Biografi Datuk Tunggang Parangan, Ulama yang Mengislamkan Raja Kutai
9 November 2024 20:25 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Datuk Tunggang Parangan adalah seorang ulama asal Minangkabau yang mengislamkan Raja Kutai Kartanegara pada abad ke-16. Biografi Datuk Tunggang Parangan pun menarik untuk dibahas.
ADVERTISEMENT
Datuk Tunggang Parangan datang ke Kutai bersama Datuk Bandang pada masa pemerintahan Raja Aji Mahkota, yang memerintah antara tahun 1525 hingga 1589. Ia dikenal dengan julukan Si Janggut Merah karena memiliki jenggot berwarna merah.
Biografi Datuk Tunggang Parangan
Dikutip dari buku Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVI sampai Abad XVII karya Ahmad M. Sewang (2005: 95), Datuk Tunggang Parangan adalah ulama yang menyebarkan Islam di daerah Kutai. Oleh karena itu, biografi Datuk Tunggang Parangan ini menarik dibahas.
Datuk Tunggang Parangan diperkirakan lahir di Pulau Sumatera pada abad ke-16. Tidak banyak yang diketahui mengenai asal-usul maupun kehidupan awalnya.
Namun, ia diketahui sebagai rekan Datuk ri Bandang, seorang ulama Minangkabau. Bersama-sama, mereka menyebarkan agama Islam di wilayah-wilayah timur Nusantara, khususnya di Sulawesi, seperti Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, serta tanah Kutai.
ADVERTISEMENT
Mereka berdua menjadi ulama pertama yang tiba di Kutai, tempat mereka diterima oleh Raja Mahkota Mulia Alam, penguasa Kutai Kartanegara antara 1525 dan 1589. Di hadapan raja, mereka menyatakan niat untuk menyebarkan ajaran Islam.
Pada saat itu, Raja Mahkota tidak mengenal Islam dan menyebut bahwa rakyatnya juga belum ada yang memeluk agama tersebut. Datuk Tunggang Parangan dan Datuk ri Bandang kemudian mulai memperkenalkan Islam kepada raja.
Raja, para menteri, dan pejabat kerajaan yang hadir terkesan dengan penjelasan yang disampaikan oleh Datuk Tunggang Parangan. Bahkan, raja mengabulkan permintaan Datuk Tunggang Parangan untuk membangun sebuah langgar (musala).
Ketika Datuk ri Bandang kembali ke Gowa, Datuk Tunggang Parangan memilih untuk menetap di Kutai. Ia berhasil meyakinkan Raja Mahkota beserta para pejabat kerajaan untuk memeluk Islam.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1575, Raja Mahkota menjadi raja Kutai Kartanegara pertama yang masuk Islam, diikuti oleh rakyatnya, sehingga agama Islam mulai menyebar di wilayah Kutai. Setiap hari, Datuk Tunggang Parangan mengajarkan dasar-dasar Islam kepada Raja Mahkota, termasuk tata cara salat.
Setelah memperkenalkan Islam kepada raja dan para bangsawan, ia juga mengajarkan agama kepada penduduk setempat, tidak hanya di sekitar istana, tetapi juga di daerah seperti Jaitan Layar, Hulu Dusun, Sembaran, Binalu, Penyawangan Sambuyutan, Sang Sangan, Pandan Sari, Kembang, Senawan, dan Dundang.
Seiring waktu, semua wilayah di bawah kekuasaan Kutai Kartanegara berhasil diislamkan.
Menurut beberapa catatan sejarah, sebelum kedatangan Datuk Tunggang Parangan, sudah ada pedagang Arab dan ulama Minangkabau yang mencoba menyebarkan Islam di Kutai, namun mereka belum berhasil mengajak Raja Mahkota memeluk agama Islam.
ADVERTISEMENT
Peninggalan Datuk Tunggang Parangan
Datuk Tunggang Parangan, seorang ulama yang menyebarkan Islam di wilayah Kutai, Kalimantan Timur, mengabdikan dirinya untuk menyebarkan agama hingga akhir hayatnya.
Setelah wafat, ia dimakamkan di Desa Kutai Lama, yang terletak di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kompleks makam ini kini dikenal sebagai Kompleks Makam Habib Hasim bin Musaiyah, yang merupakan nama lain dari Datuk Tunggang Parangan.
Kompleks makam tersebut menjadi salah satu situs penting dalam sejarah perkembangan Islam di Kutai dan menjadi destinasi ziarah yang cukup populer, baik bagi masyarakat lokal maupun peziarah dari berbagai daerah.
Peziarah yang datang umumnya ingin berdoa, menghormati jasa Datuk Tunggang Parangan, dan mengambil inspirasi dari perjuangannya dalam menyebarkan Islam di wilayah Kutai.
ADVERTISEMENT
Kompleks makam ini tidak hanya sebagai tempat ziarah tetapi juga sebagai situs sejarah yang mengingatkan masyarakat akan kontribusi ulama-ulama awal dalam penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Kalimantan Timur.
Peran Datuk Tunggang Parangan
Datuk Tunggang Parangan memainkan peran penting dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah Kutai, Kalimantan Timur. Berikut beberapa peran utama yang dijalankannya.
1. Penyebar Islam di Kutai dan Sekitarnya
Datuk Tunggang Parangan, bersama rekannya Datuk ri Bandang, merupakan salah satu ulama pertama yang memperkenalkan Islam kepada masyarakat Kutai.
Ia memperkenalkan ajaran Islam, mulai dari raja dan bangsawan hingga rakyat biasa, dengan fokus pada prinsip-prinsip dasar keislaman seperti sholat, akhlak, dan tauhid.
2. Pembimbing Spiritual Raja dan Pejabat Kerajaan
Ketika tiba di Kutai, Datuk Tunggang Parangan bertemu dengan Raja Mahkota Mulia Alam (1525–1589) dan mengajarkannya Islam.
ADVERTISEMENT
Setelah raja masuk Islam pada tahun 1575, ia menjadi pembimbing spiritual sang raja dan pejabat kerajaan, mengajarkan tata cara beribadah, nilai-nilai Islam, dan konsep moralitas yang diterapkan dalam pemerintahan.
3. Pembangunan Tempat Ibadah
Salah satu kontribusi fisik dari Datuk Tunggang Parangan adalah mendirikan langgar atau masjid kecil yang menjadi pusat dakwahnya di Kutai. Langgar ini berfungsi sebagai tempat ibadah dan pengajaran Islam pertama di wilayah tersebut.
4. Pembentukan Komunitas Muslim di Kalangan Masyarakat Kutai
Peran dakwah Datuk Tunggang Parangan tidak hanya terbatas pada bangsawan, tetapi juga merambah ke masyarakat umum.
Dengan berdakwah di berbagai daerah sekitar, seperti Jaitan Layar, Hulu Dusun, dan Pandan Sari, ia membantu terbentuknya komunitas-komunitas Muslim di Kutai yang lambat laun membentuk identitas keislaman yang kuat di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Itulah biografi Datuk Tunggang Parangan, seorang ulama yang mengislamkan Raja Kutai Kartanegara . Ia juga menyebarkan Islam di daerah Kutai bersama dengan Datuk ri Bandang. (Umi)