Konten dari Pengguna

Biografi Imam Hanafi, Pelopor Mazhab Fiqh Hanafi

Profil Tokoh
Menyajikan informasi profil tokoh ternama dari Indonesia maupun mancanegara.
8 November 2024 18:43 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Biografi Imam Hanafi. Unsplash/Hamid R.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Biografi Imam Hanafi. Unsplash/Hamid R.
ADVERTISEMENT
Biografi Imam Hanafi, sosok ulama besar yang menjadi pendiri mazhab fiqih Hanafi. Kisah hidupnya yang penuh dengan perjuangan menjadi inspirasi bagi generasi setelahnya.
ADVERTISEMENT
Mazhab Hanafi merupakan salah satu mazhab fiqih terbesar dalam Islam Sunni, memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Akar pemikiran dan metode ijtihad yang menjadi ciri khas mazhab ini tidak lepas dari sosok pendirinya, yaitu Imam Abu Hanifah.

Masa Kecil Imam Hanafi

Ilustrasi Biografi Imam Hanafi. Unsplash/Masjid MABA.
Imam Hanafi lahir di Kufah, Irak pada tahun 80 H (sekitar tahun 699 M). Ayahnya bernama Tsabit, seorang pedagang sutra yang telah memeluk Islam sejak masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.
Saat beliau dilahirkan, pemerintah Islam ada di bawah kekuasaan Abdul Malik bin Marwan (Raja Bani Umayah yang ke V). Keluarga Imam Abu Hanifah hidup dalam lingkungan yang religius, sehingga sejak kecil beliau telah terpapar dengan nilai-nilai Islam.
Imam Hanafi tumbuh seperti anak kecil pada umumnya. Namun, ia telah menunjukkan ketertarikan yang besar pada ilmu agama sejak kecil. Bahkan, ia sudah mampu menghafal Alquran dan menghabiskan waktunya untuk terus menerus memahami Alquran.
ADVERTISEMENT

Biografi Imam Hanafi

Ilustrasi Biografi Imam Hanafi. Unsplash/Masjid MABA.
Mengutip dari laman uin-suska.ac.id dan islam.nu.or.id, berikut adalah biografi Imam Hanafi, pelopor Mazhab Fiqh Hanafi.
Imam Hanafi memiliki nama asli al-Iman al-A’zham Abu Hanifah, an-Nu’man bin Tsabit bin Zuwatha al-Kufi. Dia adalah keturunan orang-orang persia yang merdeka (bukan keturunan hamba sahaya).
Ia termasuk imam mazhab kawakan di antara tiga mazhab muktabar lainnya (mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan Hanbali). Lahir di kota Kufah, Irak pada tahun 80 H bertepatan dengan tahun 699 M, dan wafat di Baghdad pada 150 H atau tahun 767 M.
Dia hidup di dua zaman pemerintahan besar, yaitu pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyas. Dia adalah generasi atba’ at-tabi’in. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Abu Hanifah termasuk kalangan tabi’in.
ADVERTISEMENT
Ia pernah bertemu dengan sahabat Anas bin Malik dan meriwayatkan hadits yang artinya, “menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap Muslim.”
Imam Abu Hanifah adalah imam ahlur ra’yu dan ahli fiqih Iraq, juga pendiri madzhab Hanafi. Assy-Syafi’i pernah berkata,”manusia memerlukan al-Imam Abu Hanifah dalam bidang fiqih.” Imam Hanafi pernah menjadi pedagang kain di Kufah.
Imam Abu Hanifah digambarkan sebagai seorang yang memiliki fisik yang menarik dan proporsional. Beliau memiliki suara yang merdu dan kemampuan berelasi yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, beliau dikenal sebagai pribadi yang memperhatikan adab dan sopan santun, serta selektif dalam memilih pergaulan.
Beliau adalah seseorang yang berani menyatakan sesuatu hal yang ada di dalam hatinya serta berani menyatakan kebenaran kepada siapa pun. Selain itu, ia tidak takut dicela ataupun dibenci dan tidak gentar menghadapi bahaya bagaimanapun keadaannya.
ADVERTISEMENT

Pendidikan Imam Hanafi

Ilustrasi Biografi Imam Hanafi. Unsplash/Masjid MABA.
Imam Abu Hanifah, sejak usia dini, telah menunjukkan minat yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan. Kota Kufah, dengan atmosfer intelektualnya yang kaya, menyediakan akses bagi Imam Hanafi untuk bertemu para ulama dan cendekiawan terkemuka.
Minat awalnya terhadap ilmu agama, terutama Al-Qur'an dan hadis, semakin terasah seiring dengan bertambahnya usia. Beliau sering kali menemani ayahnya berdagang, namun selalu menyempatkan diri untuk belajar dan mendalami ilmu agama.
Proses pendidikan Imam Abu Hanifah tidak terpaku pada lembaga pendidikan formal seperti yang kita kenal sekarang. Beliau lebih banyak belajar secara mandiri dan berguru kepada para ulama yang dianggapnya memiliki ilmu yang luas.
ADVERTISEMENT
Salah satu guru beliau yang paling terkenal adalah Hammad bin Abu Sulaiman, seorang ulama besar pada masanya. Di bawah bimbingan beliau, Imam Abu Hanifah mempelajari berbagai cabang ilmu agama, termasuk fiqih, tafsir, hadis, dan usuluddin.
Selain Hammad bin Abu Sulaiman, Imam Abu Hanifah juga berguru kepada ulama-ulama lain yang terkenal seperti Ibrahim al-Nakha'i dan Ata' bin Abi Rabah.
Proses belajar yang beliau lakukan tidak hanya sebatas menghafal teks-teks keagamaan, tetapi juga melibatkan pemahaman mendalam tentang makna dan implikasi hukum-hukum Islam.
Seiring berjalannya waktu, Imam Abu Hanifah semakin fokus pada kajian fiqih. Beliau menyadari pentingnya memiliki pemahaman yang mendalam tentang hukum-hukum Islam untuk dapat memberikan fatwa yang akurat dan sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
ADVERTISEMENT

Pelopor Mazhab Fiqh Hana

Ilustrasi Biografi Imam Hanafi. Unsplash/Masjid MABA.
Setelah menuntut ilmu selama bertahun-tahun, Imam Abu Hanifah mulai mengembangkan pemikiran fiqihnya sendiri. Beliau dikenal sebagai seorang mujtahid yang sangat cermat dalam mengkaji dalil-dalil agama.
Metode ijtihad yang beliau gunakan dikenal dengan ra'yu, yaitu penggunaan akal dalam memahami dan menerapkan hukum Islam. Dengan menggunakan metode ijtihad ra'yu, ia berhasil merumuskan hukum-hukum Islam yang relevan dengan kondisi masyarakat.
Pemikiran-pemikiran beliau kemudian disusun dalam bentuk kitab-kitab fiqih yang menjadi rujukan bagi para pengikutnya. Mazhab Hanafi yang didirikannya kemudian menyebar dengan cepat dan menjadi salah satu mazhab fiqih yang paling berpengaruh di dunia Islam.

Wafatnya Imam Hanafi

Ilustrasi Biografi Imam Hanafi. Unsplash/Michael D.
Wafatnya Imam Abu Hanifah merupakan kehilangan besar bagi dunia Islam. Beliau wafat di Baghdad pada tahun 150 H/767 M. Banyak para ulama menyebutkan bahwa Imam Hanafi telah meninggal dunia akibat diracuni.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikaitkan dengan penolakannya untuk menjadi hakim di bawah pemerintahan Khalifah Abu Ja'far al-Mansur.
Wafatnya Imam Abu Hanifah tidak hanya menjadi kehilangan bagi umat Islam pada zamannya, tetapi juga menjadi kehilangan besar bagi seluruh umat manusia. Beliau adalah seorang ulama besar yang telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan Islam.
Demikian informasi tentang biografi Imam Hanafi, pelopor Mazhab Fiqh Hanafi untuk menambah wawasan. (APR)