Konten dari Pengguna

Biografi Sunan Drajat, Asal Usul, Falsafah Hidup, dan Peninggalannya

Profil Tokoh
Menyajikan informasi profil tokoh ternama dari Indonesia maupun mancanegara.
4 September 2024 3:08 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi biografi Sunan Drajat. Foto: Pexels/Michael Burrows
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biografi Sunan Drajat. Foto: Pexels/Michael Burrows
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Biografi Sunan Drajat pada dasarnya patut diketahui oleh masyarakat, terutama bagi penganut agama Islam. Pasalnya, ia merupakan salah satu Wali Songo yang berasal dari Gresik dan diperintahkan untuk berdakwah di Pulau Jawa, tepatnya di daerah Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Sunan Drajat dikenal sebagai pendakwah Islam yang berjiwa sosial tinggi dan kebijaksanaan. Misalnya, memperhatikan fakir miskin, hingga lebih mengutamakan kesejahteraan sosial masyarakat.
Dakwah yang disampaikan oleh Sunan Drajat lebih menekankan pada prinsip agama Islam dan akulturasi budaya yang membuat Islam diterima di masyarakat Jawa. Seperti tentang etos kerja keras dan empati berupa kedermawanan, pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong royong.

Asal Usul Sunan Drajat

Ilustrasi biografi Sunan Drajat. Foto: Pexels/mohammad ramezani
Mengutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI karya Yusak Burhanudin, Ahmad Fida' (2021: 73), Sunan Drajat adalah tokoh penting dalam penyebaran ajaran agama Islam di Indonesia.
Mengutip dari buku Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah karya Agus Sunyoto, Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi, dengan nama Raden Qasim.
ADVERTISEMENT
Setidaknya terdapat lima julukan yang disematkan kepada Sunan Drajat, diantaranya Sunan Mahmud, Sunan Muryapada, Syekh Masakeh, Raden Imam, dan Sunan Mayang Madu.
Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel dengan Nyi Ageng Manila. Ayahnya adalah seorang ulama sekaligus salah satu Wali Songo. Sementara ibunya ialah putri seorang Adipati Tuban.
Sunan Drajat diketahui memiliki garis keturunan dari Sunan Bonang, yaitu berdarah Champa-Samarkand-Jawa. Menurut Babad Tjirebon, Babad Risakipun Majapahit, dan Hikayat Hasanuddin, kakeknya berasal dari Negeri Tyulen, Kazakshtan.
Sehingga, nasab Raden Qasim adalah dari Tyulen di Kazakshtan dan Samarkand di Uzbekistan Asia Tengah, yang berimigrasi ke Champa.
Babad Tanah Djawi mengungkapkan bahwa Sunan Ampel, ayah dari Sunan Drajat sebelum menikah dengan Nyai Ageng Manila, terlebih dahulu menikahi Nyai Karimah.
ADVERTISEMENT
Dari pernikahannya dengan Nyai Karimah, lahirlah Dewi Murtosiyah yang menikah dengan Sunan Giri. Sementara adiknya, Dewi Murtosimah merupakan pasangan Raden Patah.
Diketahui, ada sembilan anak dari Sunan Ampel, yakni Nyai Ageng Manyuran, Nyai Ageng Manila, Nyai Ageng Wilis, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Ki Mamat, Syaik Amat, Nyai Ageng Medarum, dan Nyai Ageng Supriyah.
Pada pernikahan pertamanya, Sunan Drajat menikah dengan Dewi Sufiyah dan menetap di Kadrajat. Sehingga, ia disebut sebagai Pangeran Kadrajat atau Pangeran Drajat.
Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai tiga orang anak, yakni Pangeran Rekyana atau Pangeran Tranggana, Pangeran Sandi, dan Dewi Wuryan.
Setelah itu, Sunan Drajat menikah kembali dengan Nyai Kemuning, putri dari Kiai Mayang Madu. Kemudian, menikah lagi dengan Nyai Retna Ayu Candra Sekar, putri dari adipati Kediri Arya Wiranatapada.
ADVERTISEMENT

Pendidikan Sunan Drajat

Ilustrasi biografi Sunan Drajat. Foto: Pexels/Sümeyye Acar
Pendidikan menjadi hal terpenting yang ditanamkan sang ayah kepada Sunan Drajat. Sejak kecil, ia telah memiliki kecerdasan yang luar biasa.
Bahkan sebelum menjadi ulama ternama, Sunan Drajat sudah dibekali dan ditempa secara teratur oleh Sunan Ampel dan beberapa ulama lainnya mengenai pemahaman agama Islam.
Diketahui, Sunan Drajat pernah mengenyam pendidikan dengan bersekolah di pesantren milik ayahnya, yakni Pondok Pesantren Ampel Denta di Surabaya.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya dengan menuntut ilmu agama kepada Sunan Gunung Jati, seorang dai kondang yang mendakwahkan agama Islam di daerah Cirebon.
Di situlah, Sunan Drajat dikenal dengan nama Syekh Syarifuddin. Ia membantu Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan Islam.
Disisi lain, Raden Qasim sejak kecil dididik dalam lingkungan keluarga ibunya yang berasal dari Jawa. Sehingga tak ayal jika Sunan Drajat dapat menguasai ilmu, bahasa, seni, budaya, sastra dan agama bercorak Jawa. Ia juga menggubah sejumlah tembang macapat langgam Pangkur.
ADVERTISEMENT

Perjalanan Dakwah Sunan Drajat

Ilustrasi biografi Sunan Drajat. Foto: Pexels/Michael Burrows
Berbekal pengetahuan agama Islam dari Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat mulai menyebarkan dakwah keislamannya di daerah pesisir utara wilayah barat tepatnya di daerah pesisir Gresik.
Dalam perjalananan dakwahnya, ia menumpangi sebuah perahu yang tiba-tiba kandas ditengah perjalanan karena dihantam ombak yang cukup besar, sehingga menyebabkan perahunya tenggelam.
Ia berusaha untuk bertahan hidup dengan cara berpegangan ke dayung perahu yang dimilikinya. Sunan Drajat kemudian diselamatkan oleh dua ekor ikan yang cukup besar, yakni ikan cucut dan ikan talang.
Hingga akhirnya, ia terdampar sebuah pesisir yeng memiliki nama Desa Jelag, Banjarwati. Kedatangan Sunan Drajat di desa tersebut, disambut baik oleh sesepuh, yakni Kyai Mayang Madu dan Mbah Banjar.
ADVERTISEMENT
Di desa tersebut, ia mendirikan sebuah surau sebagai tempat mengajarkan penduduk setempat bacaan Al-Qur'an yang kemudian berkembang menjadi pondok pesantren.
Hal ini menjadikan Desa Jelag menjadi salah satu desa maju yang kemudian berganti nama menjadi Desa Banjaranyar.
Sunan Drajat tinggal di desa tersebut hanya selama lebih dari setahun, sebelum beralih mencari tempat untuk berdakwah. Ia berpindah sekitar satu kilometer ke selatan dan memulai kehidupan barunya di lahan yang pada awalnya masih liar.
Meski demikian, ia tetap meminta izin terlebih dahulu kepada Sultan Demak I. Menurutnya, wilayah yang hendak ditempatinya itu sangatlah aman dari banjir dan memiliki makna spiritual sebagai gunung yang dekat dengan Allah Swt.
Walaupun proses pembukaan lahannya terbilang tidaklah mudah karena muncul banyak cerita tentang hantu yang menakuti masyarakat, meneror warga sekitar, dan menyebarkan penyakit. Namun Sunan Drajat mampu mengatasi semua permasalahan tersebut dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Setelah lahan dibersihkan, Sunan Drajat dan para pengikutnya mulai membangun kota seluas sembilan hektare.
Sunan Drajat juga membangun masjid di sebelah barat kota. Dia menggunakannya sebagai tempat untuk menyebarkan berita tentang Islam (dakwah) dan menghabiskan sisa hidupnya di sana.

Strategi Dakwah Sunan Drajat

Ilustrasi biografi Sunan Drajat. Foto: Pexels/Alena Darmel
Dalam upaya menyebarkan ajaran agama Islam, Sunan Drajat memanfaatkan media seni seperti suluk dan tembang pangkur sebagai sarana untuk berdakwah.
Ajaran Sunan Drajat yang paling mencolok dan terkenal karena mengajarkan moral masyarakat, yakni Catur Piwulang atau memiliki makna empat ajaran yang menunjukkan bagaimana mengajak manusia untuk berbuat baik terhadap sesama. Berikut ini adalah keempat ajaran tersebut, antara lain:
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam bedakwah, Sunan Drajat menjadi pelindung bagi fakir miskin, yatim piatu, dan mereka yang terlantar. Secara tegas, ia mengajak para bangsawan untuk memberikan infak, sedekah, dan zakat sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.
Dalam keseluruhan dakwahnya, Sunan Drajat menekankan mengenai betapa pentingnya kepedulian sosial dan kemanusiaan dalam menjalankan ajaran Islam.

Falsafah Hidup Sunan Drajat

Ilustrasi biografi Sunan Drajat. Foto: Pexels/Alena Darmel
Berdasarkan dakwahnya, Sunan Drajat mengajarkan beberapa falsafah hidup manusia yang dikenal dengan sebutan pepali pitu atau tujuh dasar ajaran. Tujuh falsafah yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dalam agama Islam, diantaranya:
ADVERTISEMENT

Peninggalan Sunan Drajat

Ilustrasi biografi Sunan Drajat. Foto: Pexels/mohammad ramezani
Sepeninggalnya Sunan Drajat, didirikanlah sebuah museum yang berada di kompleks pemakamannya yang berisi berbagai macam benda peninggalan.
Peninggalan Sunan Drajat merupakan benda bersejarah yang pernah digunakannya selama berdakwah.
Museum tersebut dibangun untuk menghormati perjuangan Sunan Drajat dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Museum Sunan Drajat yang memiliki luas tanah empat hektar ini berlokasi di Jalan Sumberwudi, Paciran.
Dalam museum yang dibangun pada tahun 1991 ini tersimpan berbagai macam peninggalan Sunan Drajat.
Benda peninggalan Sunan Drajat yang paling populer dan tersimpan di museum ini, antara lain Gamelan Singo Mengkok, Batik Drajat, dan Daun lontar bertuliskan Surat Yusuf.
Demikian, itulah biografi Sunan Drajat yang perlu diketahui oleh umat Islam, mulai dari asal usul, pendidikan, perjalanan dan strategi dakwah, serta peninggalannya. (SUCI)
ADVERTISEMENT