Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biografi Jamaludin Al Afghani, Salah Satu Pencetus Pan-Islamisme
9 November 2024 19:09 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kisah Al-Afghani sangat menarik untuk diteladani. Ia menghabiskan hidupnya untuk mempromosikan persatuan umat Islam di tengah meningkatnya dominasi kolonialisme Barat di dunia Islam.
Ia menjadi intelektual yang berpengaruh dalam dunia Islam, utamanya melalui gagasan pembaruan dan persatuan antarnegara Islam. Pemikiran revolusionernya menginspirasi banyak pemimpin di dunia Islam dan menjadikannya salah satu tokoh reformis Islam.
Biografi Jamaludin Al-Afghani
Terdapat berebapa informasi menarik mengenai biografi Jamaludin Al Afghani. Berikut adalah biografi Jamaludin Al Afghani berdasarkan situs web islamicity dan britannica.
Jamaludin Al Afghani memiliki nama lengkap Jamāl al-Dīn al-Afghānī. Ia lahir di Asadābād, Persia (sekarang dikenal sebagai Iran) pada tahun 1838 dan meninggal pada tanggal 9 Maret 1897 di Istanbul, Kekaisaran Ottoman (sekarang dikenal sebagai Turki).
ADVERTISEMENT
Pada usia 18 tahun, al-Afghani mulai berkelana ke berbagai negara, termasuk India, Mesir, Istanbul, dan Eropa, dengan tujuan memperdalam ilmu. Ia juga berkelana dalam rangka menyebarkan pandangan-pandangannya mengenai pentingnya kebangkitan Islam.
Ia meyakini bahwa umat Islam harus belajar dari kemajuan Barat dalam bidang sains dan teknologi. Hal ini dilakukan tentu saja tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
Selama di Mesir, ia berinteraksi dengan para ulama dan tokoh lokal. Ia memulai langkah-langkah besar dalam menyebarkan gagasan pembaruan Islam yang kemudian menjadi landasan gerakan Pan-Islamisme saat berada di Mesir.
Salah satu kontribusinya yang signifikan adalah melalui jurnal al-Urwat al-Wuthqa. Jurnal tersebut ia terbitkan bersama muridnya yang bernama Muhammad Abduh.
Pada akhir hidupnya, Al-Afghani berhadapan dengan banyak tantangan politik dan sering berpindah-pindah. Tantangan merupakan akibat tekanan dari berbagai penguasa yang merasa terancam oleh gagasan-gagasannya.
ADVERTISEMENT
Ia pernah terlibat dalam gerakan protes menentang korupsi dan dominasi asing, hingga akhirnya diusir dari Iran. Al-Afghani kemudian meninggal di Istanbul pada tahun 1897 akibat kanker rahang.
Meskipun ia meninggal dalam kondisi yang relatif terasing, pengaruhnya tetap berlanjut melalui murid dan ide-idenya yang menginspirasi. Hingga kini, al-Afghani dikenang sebagai pionir dalam mengadvokasi persatuan umat Islam melawan kolonialisme.
Pendidikan Jamaludin Al Afghani
Sangat sedikit yang diketahui tentang keluarga atau pendidikan Afghānī. Sebagian besar kegiatan Afghānī berlangsung di daerah-daerah yang didominasi oleh aliran Sunni atau aliran utama Islam lainnya.
Jamaludin Al-Afghani memperoleh pendidikan yang mendalam dalam studi Islam sejak usia muda. Al-Afghani dibesarkan dalam lingkungan yang sangat religius dan terdidik. Ia mempelajari ilmu agama, filsafat, dan pemikiran Islam klasik dalam lingkungan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pendidikan awalnya membekali dia dengan pemahaman mendalam mengenai Al-Qur'an, hadis, serta karya-karya filsafat Islam yang berpengaruh. Pemahaman inilah yang kelak membentuk landasan pemikirannya.
Saat beranjak dewasa, Al-Afghani melanjutkan pendidikan di pusat-pusat Islam terkemuka seperti India dan Mesir . Di India, ia terekspos pada pengetahuan Barat, yang mempengaruhi pandangannya tentang perlunya mengadopsi ilmu pengetahuan modern.
Al-Afghani tidak hanya belajar di dunia Islam, tetapi juga berkelana ke Eropa. Ia bertemu dan berdebat dengan tokoh-tokoh filsafat Barat.
Salah satu debat terkenalnya adalah dengan filsuf Prancis, Ernest Renan, tentang hubungan antara Islam dan sains. Pertemuan ini semakin memperkaya perspektifnya tentang pentingnya perpaduan antara keilmuan Barat dan nilai-nilai Islam.
Pemikiran Jamaludin Al Afghani
Menurut Al-Afghani, ilmu pengetahuan modern dapat diperlukan untuk memperkuat umat Islam. Ketika ia pindah ke Mesir, ia semakin aktif dalam berdialog dan menyebarkan ide pembaruan Islam.
ADVERTISEMENT
Ide-idenya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, filsafat, dan kritik terhadap imperialisme. Selama di Mesir, ia juga berkenalan dengan tokoh-tokoh reformis lainnya yang berbagi semangat untuk kebangkitan Islam melalui pendidikan dan reformasi sosial.
Pemikiran Jamaludin Al-Afghani sangat berpengaruh dalam mendorong pembaruan Islam. Pemikirannya juga memperkuat umat Islam menghadapi kolonialisme Barat.
Ia melihat sains dan Islam sebagai sesuatu yang kompatibel. Ia juga berpendapat bahwa umat Islam harus menguasai ilmu pengetahuan modern agar mampu bersaing dengan kekuatan Barat dan memperoleh kemandirian politik serta sosial.
Ide Pembaharuan Jamaludin Al Afghani
Gagasan utama Al-Afghani adalah Pan-Islamisme. Ide pembaruan ini menjelaskan mengenai seruan untuk menyatukan umat Islam dari berbagai negara dan sekte agar dapat menentang imperialisme asing.
ADVERTISEMENT
Dalam pemikirannya, Al-Afghani mengkritik penjajahan Barat yang dianggap sebagai ancaman serius bagi keberlanjutan dunia Islam. Ia juga mendukung reformasi sosial dan politik dalam negara-negara Islam.
Hal ini ia lakukan agar pemerintahan lebih adil dan mampu melindungi kepentingan rakyat. Melalui karya seperti Al-Urwat Al-Wuthqa, ia menekankan pentingnya persatuan umat Islam dan penggunaan pendidikan untuk membangun masyarakat yang kuat.
Selain itu, Al-Afghani dikenal karena gagasannya yang menolak fatalisme dalam Islam. Fatalisme adalah sikap pasrah yang sering kali dijadikan alasan untuk tidak melakukan usaha dalam memperbaiki keadaan.
Menurutnya, Islam justru mengajarkan bahwa manusia harus berupaya secara aktif untuk memperbaiki nasib mereka. Pemikirannya ini mendorong umat Islam untuk tidak hanya fokus pada aspek ritual agama tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan politik.
ADVERTISEMENT
Biografi Jamaludin Al Afghani dapat dibaca untuk diteladani dalam kehidupan. Pemikirannya yang sangat progresif dapat diterapkan agar umat Islam tidak hanya fokus pada aspek ritual ibadah namun juga memperkuat ilmu pengetahuan untuk mencapai kejayaan. (Fia)