Konten dari Pengguna

Biografi Martha Christina Tiahahu, Pejuang Perempuan Asal Maluku

Profil Tokoh
Menyajikan informasi profil tokoh ternama dari Indonesia maupun mancanegara.
14 Agustus 2024 21:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Biografi Martha Christina Tiahahu. Foto: Unsplash/Kajdi Szabolcs.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Biografi Martha Christina Tiahahu. Foto: Unsplash/Kajdi Szabolcs.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Martha Christina Tiahahu adalah seorang pejuang perempuan asal Maluku. Kegigihan dan keberaniannya, tentu dapat dijadikan sebagai motivasi dan inspirasi. Biografi Martha Christina Tiahahu pun menarik untuk dibahas.
ADVERTISEMENT
Martha Christina Tiahahu juga sebagai salah satu simbol dan bentuk keberanian rakyat Maluku dalam mengusir kolonial Belanda. Martha ikut serta dalam mengangkat tombak untuk melawan Belanda. Martha ikut dalam beberapa pertempuran, salah satunya di Desa Ouw, Ullath.

Biografi Martha Christina Tiahahu

Ilustrasi Biografi Martha Christina Tiahahu. Foto: Unsplash/Bimo Wicaksono.
Dikutip dari laman ditsmp.kemdikbud.go.id, Martha Christina Tiahahu lahir di desa Santiago de Abúbu di Pulau Nusalaut, dekat Maluku, pada 4 Januari 1800. Ia adalah putri dari Kapten Paulus Tiahahu, seorang pemimpin dari klan Soa Uluputi.
Setelah ibunya meninggal saat ia masih bayi, Martha dibesarkan oleh ayahnya. Sejak kecil, Martha dikenal keras kepala dan selalu mengikuti ayahnya ke mana pun ia pergi, bahkan terkadang ikut serta dalam merencanakan serangan.
Pada tahun 1817, Martha bergabung dengan ayahnya dalam perang gerilya melawan pemerintah kolonial Belanda, mendukung pasukan Pattimura.
ADVERTISEMENT
Ia turut serta dalam beberapa pertempuran, termasuk pertempuran di Pulau Saparua di mana pasukan mereka berhasil membunuh komandan Belanda, Richement, dan melukai penggantinya, Meyer.
Martha juga terlibat dalam penghancuran Benteng Duurstede, dan ketika amunisi habis, ia dikatakan melempar batu ke arah tentara Belanda, atau menggunakan tombak.
Pada Oktober 1817, setelah Vermeulen Kringer mengambil alih komando militer Belanda di Maluku, Martha, ayahnya, dan Pattimura ditangkap.
Meskipun ia ditahan di Fort Beverwijk dan menyaksikan ayahnya dieksekusi, Martha akhirnya dibebaskan karena usianya yang masih muda. Namun, ia tetap melanjutkan perjuangannya melawan Belanda.
Pada Desember 1817, Martha dan beberapa mantan pejuang lainnya kembali ditangkap dan ditempatkan di atas kapal Evertsen untuk diangkut ke Jawa, di mana mereka akan dijadikan pekerja paksa di perkebunan kopi.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam perjalanan, Martha jatuh sakit. Menolak menerima obat dan makanan, ia meninggal pada 2 Januari 1818 ketika kapal sedang menyeberangi Laut Banda, dan kemudian dimakamkan di laut pada hari yang sama.

Perjuangan Martha Christina Tiahahu

Ilustrasi Biografi Martha Christina Tiahahu. Foto: Unsplash/GoodLifeStudio.
Martha Christina Tiahahu dilahirkan di Abubu, Nusalaut, pada 4 Januari 1800. Sebagai anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu, pada usia 17 tahun, ia mengikuti jejak ayahnya dalam memimpin perlawanan di Pulau Nusalaut.
Pada saat yang sama, Kapitan Pattimura juga sedang memimpin perlawanan melawan Belanda di Saparua, yang akhirnya menyebar ke Nusalaut dan wilayah sekitarnya.
Saat sebagian pasukan rakyat, bersama raja dan patih, bergerak menuju Saparua untuk membantu perjuangan Kapitan Pattimura, tindakan Belanda untuk merebut Benteng Beverwijk terlewatkan.
ADVERTISEMENT
Guru Soselissa, yang berpihak pada Belanda, berkomunikasi dengan musuh atas nama rakyat dan menyatakan penyerahan diri kepada Belanda. Akibatnya, pada 10 Oktober 1817, Benteng Beverwijk jatuh ke tangan Belanda tanpa perlawanan.
Sementara itu, pertempuran di Saparua terus berlangsung, dan pasukan rakyat yang kehabisan amunisi mundur ke pegunungan Ulath-Ouw, di mana Martha Christina Tiahahu ikut serta bersama raja dan patih dari Nusalaut.
Pada 11 Oktober 1817, pasukan Belanda di bawah komando Richemont menyerang Ulath, tetapi berhasil dipukul mundur oleh pasukan rakyat. Richemont kemudian kembali dengan 100 prajurit dan bersama Meyer, mereka kembali berperang.
Pertempuran yang sengit menyebabkan banyak korban di kedua belah pihak, dan Richemont tewas tertembak. Meyer bertahan di tanjakan negeri Ouw, sementara pasukan rakyat mengepungnya dari segala penjuru dengan sorak sorai yang bersemangat.
ADVERTISEMENT
Di tengah pertempuran, seorang gadis remaja muncul menantang peluru musuh dengan gagah berani; ia adalah Martha Christina Tiahahu, yang tampil dengan rambut panjang terurai dan kain merah terikat di kepalanya.
Dengan mendampingi ayahnya, Martha Christina Tiahahu memberikan semangat kepada pasukan Nusalaut untuk melawan musuh, sekaligus menginspirasi perempuan dari Ulath dan Ouw untuk ikut bertempur bersama kaum pria.
Pertempuran semakin sengit ketika peluru rakyat mengenai leher Meyer, dan Vermeulen Kringer mengambil alih komando setelah Meyer dibawa ke kapal Eversten.
Pada 12 Oktober 1817, Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum terhadap pasukan rakyat. Saat pasukan rakyat membalas serangan dengan melempar batu, para perwira Belanda menyadari bahwa amunisi rakyat telah habis.
Kringer kemudian memerintahkan pasukannya untuk keluar dari kubu dan melancarkan serangan dengan bayonet. Pasukan rakyat akhirnya mundur ke hutan, sementara seluruh negeri Ulath dan Ouw dihancurkan, dibakar, dan dijarah habis-habisan.
ADVERTISEMENT
Martha Christina Tiahahu, ayahnya, dan beberapa tokoh pejuang lainnya akhirnya tertangkap dan dibawa ke kapal Eversten, di mana mereka bertemu dengan Kapitan Pattimura dan tawanan lainnya.
Mereka diinterogasi oleh Buyskes dan dijatuhi hukuman. Karena masih muda, Martha Christina Tiahahu dibebaskan dari hukuman, tetapi ayahnya tetap dijatuhi hukuman mati.
Martha Christina Tiahahu dengan sedih namun tegar memohonkan ampun bagi ayahnya, namun permintaannya tidak dihiraukan.
Pada 16 Oktober 1817, Martha Christina Tiahahu dan ayahnya dibawa ke Nusalaut dan ditahan di Benteng Beverwijk sambil menunggu eksekusi ayahnya.
Martha mendampingi ayahnya hingga ke tempat eksekusi, kemudian ia kembali ke benteng dan tinggal bersama Guru Soselissa.
ADVERTISEMENT

Kematian Martha Christina Tiahahu

Ilustrasi Biografi Martha Christina Tiahahu. Foto: Unsplash/Ginanjar Hutomo Bangun.
Setelah ayahnya dieksekusi, Martha Christina Tiahahu melanjutkan perjuangannya dengan bergerilya di hutan, meskipun kesehatannya mulai terganggu.
Pada Desember 1817, dalam operasi pembersihan, Martha bersama 39 orang lainnya ditangkap dan dibawa ke kapal Eversten untuk dipekerjakan paksa di perkebunan kopi di Jawa.
Selama di atas kapal, kondisi kesehatannya semakin memburuk karena ia menolak makan dan pengobatan.
Pada 2 Januari 1818, di perairan Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan napas terakhirnya dan dimakamkan di Laut Banda dengan penghormatan militer.
Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai pahlawan nasional.
ADVERTISEMENT

Julukan Martha Christina Tiahahu

Ilustrasi Biografi Martha Christina Tiahahu. Foto: Unsplash/Rawpixel.
Martha Christina Tiahahu adalah seorang pahlawan nasional wanita yang berasal dari Provinsi Maluku. Meskipun usianya masih sangat muda, ia tidak pernah gentar ataupun takut dalam menghadapi penjajah Belanda.
Keberanian dan keteguhannya dalam berjuang melawan penjajahan membuatnya dihormati dan dijuluki sebagai "Mutiara dari Nusa Laut." Semangatnya yang tak kenal menyerah menjadi inspirasi bagi banyak generasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Itulah informasi mengenai biodata Martha Christina Tiahahu, seorang pahlawan wanita asal Maluku yang penuh keberanian dan kegigihan. Hingga akhirnya, Martha dikenal dengan julukan ‘Mutiara dari Nusa Laut’. (Umi)