Konten dari Pengguna

Profil Pahlawan Revolusi dan Biografi Selengkapnya

Profil Tokoh
Menyajikan informasi profil tokoh ternama dari Indonesia maupun mancanegara.
7 Oktober 2024 18:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Profil Pahlawan Revolusi Indonesia. Sumber: sumbarprov.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Profil Pahlawan Revolusi Indonesia. Sumber: sumbarprov.go.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pahlawan Revolusi Indonesia adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada perwira militer yang gugur dalam upaya mempertahankan negara saat terjadinya Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965. Tak heran banyak yang mencari profil Pahlawan Revolusi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Kisah Pahlawan Revolusi dan Reformasi RI, Mirnawati, 2017, disebut Pahlawan Revolusi karena kematian mereka dianggap sebagai pengorbanan untuk mempertahankan ideologi
Pancasila dari ancaman komunisme yang berusaha menggulingkan pemerintahan Indonesia melalui kudeta.
Gelar ini dianugerahkan sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan perjuangan mereka dalam mempertahankan negara dan membela Revolusi Nasional Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

Profil Pahlawan Revolusi dan Biografinya

Ilustrasi profil pahlawan revolusi. Pexels.com/Tima-Miroshnichenko
Berikut ini adalah profil Pahlawan Revolusi dan biografinya yang paling dikenang oleh sejarah bangsa karena jasanya:

1. Jenderal Ahmad Yani

Profil Jenderal Ahmad Yani. Foto: Kemdikbud
ADVERTISEMENT
Jenderal Ahmad Yani adalah salah satu pahlawan revolusi yang dibunuh oleh pasukan Gerakan 30 September di rumahnya. Yani merupakan sosok yang dihormati di kalangan militer karena keberanian, keteguhan, dan kepemimpinannya.
Selama karier militernya, Ahmad Yani memegang peran penting dalam berbagai operasi militer, termasuk memimpin Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat dari Belanda.
Karier militernya dimulai saat ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) pada masa penjajahan Jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Yani menjadi bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan aktif dalam berbagai pertempuran mempertahankan kemerdekaan Indonesia, termasuk di wilayah Ambarawa.
Pada tahun 1962, Ahmad Yani diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat, posisi yang membuatnya menjadi target utama kelompok pemberontak.
ADVERTISEMENT

2. Letnan Jenderal Suprapto

Profil Letnan Jenderal Suprapto. Foto: Kemdikbud
Letnan Jenderal Suprapto lahir di Purwokerto dan dikenal sebagai seorang perwira yang cerdas dan disiplin. Pada awalnya, ia berkarier sebagai pegawai pemerintahan, namun semangatnya untuk bergabung dengan militer membawa Suprapto ke Akademi Militer.
Setelah menyelesaikan pendidikan militernya, Suprapto aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kariernya terus menanjak hingga ia menjabat sebagai Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat. Suprapto adalah salah satu korban yang diculik oleh pasukan G30S dan dibunuh di Lubang Buaya bersama perwira-perwira lainnya.
ADVERTISEMENT

3. Mayor Jenderal Siswondo Parman

Profil Mayor Jenderal Siswondo Parman. Foto: Kemdikbud
Mayor Jenderal Siswondo Parman adalah salah satu perwira yang memiliki latar belakang di bidang intelijen militer. Setelah menyelesaikan pendidikan di akademi kepolisian, ia menjadi bagian dari Divisi Intelijen Tentara Nasional Indonesia.
Berkat kemampuannya dalam dunia intelijen, Parman dipercaya menjadi perwira intelijen utama yang bertugas dalam operasi keamanan negara.
Sebagai sosok yang ahli dalam informasi strategis, Parman sudah lama mencium bahaya dari gerakan-gerakan komunis yang menyusup di kalangan militer.
Parman, yang berada di posisi strategis, menjadi target utama G30S dan akhirnya diculik serta dibunuh di Lubang Buaya.
ADVERTISEMENT

4. Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono

Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya dan merupakan salah satu perwira yang sangat disegani di kalangan TNI.
Haryono mengawali karier militernya saat bergabung dengan tentara pada masa penjajahan Jepang dan kemudian bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia setelah kemerdekaan.
Ia dikenal sebagai perwira yang memiliki pemikiran strategis dan kemampuan diplomasi yang kuat. Pada tahun 1965, Haryono menjabat sebagai Asisten II Menteri/Panglima Angkatan Darat dan bertanggung jawab dalam bidang logistik militer.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti halnya perwira lainnya, Haryono juga menjadi korban dalam peristiwa tragis G30S dan dibunuh di Lubang Buaya.

5. Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan

Profil Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan. Foto: Kemdikbud
Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan adalah salah satu pahlawan revolusi yang lahir di Sumatra Utara. Ia adalah sosok yang religius dan teguh dalam keyakinannya.
Panjaitan aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan berperan dalam pertempuran melawan penjajah Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, Panjaitan terus aktif di TNI dan menduduki berbagai posisi strategis. Pada masa G30S, ia menjabat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat yang bertanggung jawab atas logistik.
ADVERTISEMENT
Panjaitan menjadi salah satu korban dalam peristiwa penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh pasukan G30S di Lubang Buaya.

6. Kapten Pierre Tendean

Profil Kapten Pierre Tendean. Foto: Kemdikbud
Kapten Pierre Tendean adalah perwira muda yang memiliki semangat juang tinggi. Ia merupakan lulusan Akademi Militer Nasional Magelang dan memulai karier militernya di korps zeni.
Kemampuannya di bidang teknik militer membuatnya dipercaya sebagai ajudan Jenderal A.H. Nasution.
Pada malam peristiwa G30S, Tendean berada di rumah Jenderal Nasution ketika pasukan pemberontak menyerang. Karena fisiknya yang tinggi, pasukan G30S mengira Tendean adalah Nasution dan membawanya ke Lubang Buaya, di mana ia akhirnya dieksekusi.
ADVERTISEMENT
Profil Pahlawan Revolusi Indonesia adalah contoh keberanian dan pengorbanan dalam mempertahankan negara. Mereka mengorbankan nyawanya demi keutuhan bangsa, dan pengorbanan mereka akan selalu dikenang sebagai bagian dari sejarah Indonesia. (Zen)