Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Profil Try Sutrisno, Mantan Wakil Presiden Indonesia ke-6
9 Oktober 2024 5:42 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Profil Try Sutrisno , adalah tokoh penting dalam sejarah Indonesia, terutama pada era Orde Baru. Namanya dikenal luas di masyarakat Indonesia sebagai mantan Wakil Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat pada periode 1993-1998.
ADVERTISEMENT
Sebelum namanya dikenal sebagai Wapres RI, beliau telah dikenal sebagai sosok Panglima TNI yang tegas. Perjalanan hidupnya dari seorang prajurit hingga menjadi Wakil Presiden, menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah politik dan militer Indonesia.
Profil Try Sutrisno
Mengutip dari laman tni.mil.id, inilah profil Try Sutrisno.
Try Sutrisno merupakan Wakil Presiden Indonesia ke-6 yang termasuk dalam salah satu Wakil Presiden Indonesia yang berasal dari golongan Militer. Beliau lahir pada 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur.
Sebagai Wakil Presiden Indonesia, beliau mendampingi Presiden Soeharto, yang merupakan seorang militer.
Try Sutrisno dikenal sebagai sosok negarawan yang jujur, bersahaja, setia, ekologi tinggi dan berpendirian teguh. Putra terbaik bangsa ini bukanlah seorang yang mau menghalalkan segala cara untuk meraih jabatan tertentu dengan kata lain haus jabatan (ambisius).
ADVERTISEMENT
Perjalanan hidupnya dari seorang prajurit hingga menjadi Wakil Presiden Indonesia menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah politik Indonesia. Kontribusi dan warisannya masih terus dibahas dan diperdebatkan hingga saat ini.
Biodata Try Sutrisno
Mengutip dari laman stekom.ac.id, inilah biodata Try Sutrisno:
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Try Sutrisno
Try Sutrisno memiliki latar belakang keluarga yang sederhana. Ayahnya, Subandi, bekerja sebagai sopir ambulans, sementara ibunya, adalah seorang ibu rumah tangga, Mardiyah. Sejak kecil, hidupnya sudah diwarnai oleh situasi perang oleh penjajah.
Masa kecil Try terbilang kelam karena harus menghadapi masa kolonialisme yang membuat keluarganya kesusahan. Ketika Belanda melakukan agresi militer, keluarganya pindah ke Mojokerto, tempat ayahnya bekerja sebagai petugas medis untuk Batalyon Angkatan Darat Poncowati.
Hal ini membuat Try Sutrisno harus berhenti sekolah dan mencari nafkah untuk membantu keluarganya sebagai penjual rokok dan koran. Di usianya yang ke 13 tahun, ia mulai tertarik untuk bergabung dengan Batalyon Poncowati.
Namun, tidak ada yang menganggapnya serius, hingga akhirnya ia dipekerjakan sebagai kurir. Ia bertugas untuk mengambil obat untuk Angkatan Darat Indonesia serta mencari informasi ke daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Belanda.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1956, Sutrisno dan keluarganya kemudian mencoba kembali ke Surabaya di mana ia menyelesaikan pendidikannya di SMA. Setelah lulus dari SMA, Sutrisno mulai ingin mendaftar di ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat).
Karier Militer Try Sutrisno
Sebelum terjun ke dunia politik, Try Sutrisno merupakan seorang perwira tinggi TNI. Beliau memiliki karier militer yang cemerlang dan menjabat berbagai posisi penting dalam hierarki militer.
Pada tahun 1956, setelah mendaftar, ia diterima menjadi taruna di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad), Pengalaman Militer Try Sutrisno pertama adalah pada tahun 1957, ketika ia berperang melawan Pemberontakan PRRI.
Pada awalnya, ia sudah mengenal lebih dulu di masa Operasi Pembebasan Irian Barat tahun 1962 sebelum menjadi ajudan Soeharto.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden Suharto. Pada tahun 1978, ia diangkat ke posisi Kepala Staf Komando Daerah di KODAM XVI/Udayana hingga menjadi Panglima Daerah KODAM IV/Sriwijaya setahun kemudian.
Puncak karier militernya adalah saat beliau menjabat sebagai Panglima ABRI sejak tahun 1988 hingga tahun 1993. Pada masa kepemimpinannya, TNI terlibat dalam berbagai operasi militer, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Pada saat itu, ABRI masih terdiri dari institusi TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan POLRI. Meletusnya kembali pemberontakan GPK (Gerakan Pengacau Keamanan) di Aceh pada tahun 1989 adalah salah satu sejarah kepemimpinannya.
Sebagai Panglima ABRI, Try Sutrisno memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas keamanan negara, terutama pada masa-masa transisi politik.
ADVERTISEMENT
Karier Politik Try Sutrisno
Setelah pensiun dari militer, Try Sutrisno ditunjuk sebagai Wakil Presiden Indonesia mendampingi Presiden Soeharto. Posisi ini memberinya pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan politik nasional.
Pada tahun 1993, Ia diangkat menjadi Wakil Presiden RI melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), setelah dicalonkan oleh Fraksi ABRI. Penunjukkannya mendahului pilihan Presiden Soeharto.
Sebagai Wakil Presiden Indonesia ke-6, ia dikenal sebagai sosok yang jujur, sederhana, loyal, dan berdedikasi tinggi. Bahkan, komunikasi antara Presiden dan Wakil Presiden pada masa itu memiliki kepercayaan dan keterikatan yang sama.
Selama masa jabatannya, ia menghadapi berbagai tantangan politik dan ekonomi, terutama di penghujung masa Orde Baru yang penuh gejolak. Menjelang era Reformasi, ia tetap aktif memberikan perhatian terhadap situasi politik nasional meski berakhir pada 1998.
ADVERTISEMENT
Meskipun masa jabatannya sebagai wakil presiden telah berakhir, kontribusi dan warisannya tetap dipandang sebagai sosok yang moderat dan diharapkan dapat menjadi jembatan menuju era reformasi.
Itulah informasi tentang profil Try Sutrisno, yang merupakan mantan Wakil Presiden Indonesia ke-6. (APR)