news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Belajar Diferensiasi, Solusi Menajamkan Potensi Siswa

Program PINTAR
PINTAR atau Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran adalah pogram yang dikembangkan Tanoto Foundation untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.
Konten dari Pengguna
24 Mei 2021 17:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Program PINTAR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu kegiatan belajar diferensiasi yang berfokus pada proses.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu kegiatan belajar diferensiasi yang berfokus pada proses.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah mendorong guru lebih kreatif ketika menyajikan materi belajar. Kreativitas ini terkadang muncul karena masalah yang ditemui ketika memberikan materi pembelajaran. Salah satunya adalah masalah siswa yang kurang menunjukkan minat pada mata pelajaran yang sedang diajarkan.
ADVERTISEMENT
Metode pembelajaran berdiferensiasi dapat jadi solusi alternatif ketika guru terhambat masalah tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut.
Fokus pada tiga hal utama
Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi. Metode ini dapat diterapkan hampir pada semua mata pelajaran. Sebagai contoh, saya pernah memberikan materi pelajaran IPS dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.
Saya menugaskan siswa untuk belajar pemanfaatan sumber daya alam di lingkungan sekitar agar dapat jadi sumber makanan. Tugas ini secara tidak langsung dapat mengarahkan siswa yang berpotensi dan belajar sesuai dengan minatnya.
Diferensiasi konten/materi
ADVERTISEMENT
Jika fokus pada konten, maka siswa punya kebebasan untuk menentukan sumber daya alam di sekitarnya untuk diolah jadi sumber makanan. Guru akan memberikan lembar kerja (LK) berisi tabel panduan dan contoh langkah-langkah yang harus dilakukan siswa ketika ingin membuat makanan berdasarkan bahan-bahan yang mereka pilih.
Contoh bentuk lembar kerja
Diferensiasi proses
Guru dapat memberikan siswa kebebasan untuk mengolah sumber daya alam yang telah dipilihnya. Siswa dapat menggoreng, mengukus, merebus atau proses lain untuk mengubahnya menjadi makanan. Setelah itu siswa harus menulis bagaimana ia menyusun rencana, jadwal pengolahan, dan mengawasi produk yang akan dihasilkan di dalam LK.
Proses mengolah sumber daya alam yang ada di sekitar siswa
Diferensiasi produk
Diferensiasi produk akan tampak dari produk yang dihasilkan siswa. Produk ini beragam jenisnya karena bahan dan proses yang digunakan juga beragam. Guru dapat meminta orangtua atau saudara untuk menilai produk yang dibuat siswa. Penilaian dapat meliputi rasa, inovasi, dan bentuk.
ADVERTISEMENT
Penjelasan produk juga tidak harus selalu dalam bentuk laporan tertulis. Siswa dapat menjelaskan produk dalam bentuk visual seperti video presentasi/foto dokumentasi ataupun dalam bentuk audio seperti voice note tergantung minat siswa.
Meskipun konten, proses, dan produk yang dihasilkan beragam, namun guru punya acuan penilaian yang seragam. Acuan penilaian dalam pembelajaran ini meliputi penilaian sikap yang dilihat dari sikap tanggung jawab, disiplin, dan kerja keras siswa.
Penilaian pengetahuan tergambar dari cara siswa menjelaskan proses menghasilkan suatu produk sedangkan penilaian keterampilan tergambar dari proses dalam menghasilkan produk makanan yang bahannya berasal dari lingkungan sekitar siswa.
Produk hasil belajar dari materi mengolah sumber daya alam menjadi makanan
Mencari tahu karakteristik siswa
Cara pertama untuk mencari tahu karakteristik masing-masing siswa adalah dengan mengamati gaya belajar mereka. Misalnya ada siswa yang lebih tertarik pada hal yang sifatnya visual, maka cara pemberian materi dan produk hasil belajar pun diharapkan akan dalam bentuk visual.
ADVERTISEMENT
Cara lainnya bisa dengan melihat dan mengamati tugas-tugas yang sudah dikerjakan siswa. Guru dapat berdiskusi dengan guru mata pelajaran lain tentang kemampuan siswa tersebut ketika menerima materi pelajaran.
Selain itu, guru juga dapat membuat pertanyaan pemantik untuk mengetahui minat dan karakteristik siswa. Misalnya pertanyaan tentang kebiasaan belajar siswa, ada siswa yang lebih senang belajar sambil mendengarkan musik, ada yang lebih senang dalam kondisi sepi, atau mungkin dan ada yang bisa belajar sambil menonton televisi, dan masih banyak lagi.
Tantangan pembelajaran berdiferensisasi
Namun menerapkan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang mudah. Guru harus dapat menyiapkan beberapa materi dan instrumen penilaian sekaligus.
Misalnya saya menggunakan diferensiasi konten/materi, berarti saya harus menyiapkan materi lebih dari satu. Sama halnya dengan diferensiasi proses dan produk, berarti harus ada lebih dari satu media pembelajaran dan alat penilaian.
ADVERTISEMENT
Tapi sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi dapat menguntungkan anak untuk memaksimalkan potensi mereka, terlebih lagi untuk anak berkebutuhan khusus yang pembelajarannya berbeda dengan siswa lain.
Saya sendiri memiliki siswa tunarungu dan mereka lebih cepat menyerap materi dengan pendekatan pembelajaran diferensiasi.
Memancing siswa lebih aktif
Melalui pembelajaran berdiferensiasi, sikap toleransi dapat muncul dengan pemberian keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan potensi. Guru tidak membatasi bahan dasar, proses, dan produk yang dihasilkan siswa. Namun, guru juga tidak membebaskan semuanya sehingga pembelajaran terkesan ambyar. Guru tetap mengontrol pembelajaran dengan memberikan isian LK yang sama bagi semua siswa.
Selain itu, siswa juga jadi lebih aktif ketika belajar. Siswa mengalami langsung apa yang sedang mereka pelajari. Mereka juga jadi lebih sering berinteraksi dengan orangtua untuk membantu dan mengevaluasi apa yang sudah mereka pelajari bersama gurunya.
ADVERTISEMENT
Oleh Diannita Ayu Kurniasih, S.Pd.SD.