Binta Obtusa: Model Pembelajaran Menyajikan Berita

Program PINTAR
PINTAR atau Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran adalah pogram yang dikembangkan Tanoto Foundation untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.
Konten dari Pengguna
31 Agustus 2021 22:21 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Program PINTAR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Siswa SMPN 3 Batang Hari menjadi penyiar televisi sebagai model pembelajaran dalam menyajikan berita. foto: Emiwati.
zoom-in-whitePerbesar
Siswa SMPN 3 Batang Hari menjadi penyiar televisi sebagai model pembelajaran dalam menyajikan berita. foto: Emiwati.
ADVERTISEMENT
Oleh: Emiwati, S.Pd (SMPN 3 Batang Hari, Jambi)
Guru mitra Program PINTAR Tanoto Foundation dan Gurusianer Media Guru Indonesia
ADVERTISEMENT
Tiada hari tanpa berita. Ungkapan itu sunggguh tak terbantah. Berita bagai menu utama dalam deretan konsumsi harian kita. Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berita tersaji silih berganti mengisi ruang kehidupanan kita.
Bahkan pada waktu tertentu, berita berhamburan memenuhi media informasi kita. Keberadaannya telah membuka cakrawala wawasan dan mengayakan ilmu kita. Maka ungkapan “Siapa yang meguasai berita, dialah yang akan menguasai dunia” adalah suatu keniscayaan.
Disinyalir hal itu pula yang mendasari dimasukannya “Teks Berita” sebagai salah satu KD (Kompetensi Dasar) Pembelajaran Bahasa Indonesia, kelas VIII SMP/MTs, pada Kurikulum Tahun 2013 (K13).
KD Teks Berita juga termasuk materi essensial pada Kurikulum Darurat, yang diusung Kemendikbud pada era Pandemic Covid-19. Istimewanya lagi, KD Teks Berita adalah KD pertama dalam deretan KD Bahasa Indonesia Kelas VIII.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP merupakan wahana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, kretivitas, inovatif, serta kemampuan berpikir kritis.
Semua itu dibutuhkan untuk melanjutkan pendidikan dan menyesuaikan diri dengan perubahan sosial budaya yang begitu cepat. Pendidik, dalam hal ini penulis bekerja ekstra keras mencjptakan pembelajaran yang kondusif.
Namun sejak dua tahun lalu, gelombang Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan dan pendidikan kita.
Pemerintah pun menginstruksikan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau kegiatan belajar dari rumah (BDR) sebagai upaya mencegah penularan Covid-19.
Saat itu para pendidik tergopoh-gopoh beradaptasi dengan teknologi PJJ atau BDR. Pendidik dipaksa dan dituntut zaman untuk menguasai teknologi pembelajaran sinkronus dan asingkronus.
Menyikapi itu, pendidik dalam hal ini penulis, berupaya menempa diri melalui berbagai webinar dan pelatihan, untuk mengoptimalkan pembelajaran daring, luring, blanded learning, dan penyertanya.
ADVERTISEMENT
Berbagai aktivitas pembelajaran era digital dan dunia maya menjadi hal tak terelakan.
Pembelajaran harus diadaptasi dengan waktu dan kondisi era pandemi. Karena pendidik dan peserta didik tidak bertatap muka langsung, maka pembelajaran harus dirancang dengan konsep yang menantang dan menyenangkan (joyful learning).
Pembelajaran boleh mengakses berbagai sumber, dengan berbagai media, dan diharapkan dengan pendampingan orang tua. Jika sudah demikian, pembelajaran akan terasa ringan oleh peserta didik.
Sebab proses pembelajaran yang mereka lakukan mengandung “Inner motivation”, atau dorongan untuk lebih kritis terhadap hal-hal baru.
Karena peserta didik mendapatkan tugas praktik terkait peristiwa atau hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran terasa bermakna dan menyenangkan. Maka secara mandiri dan betanggung jawab, peserta didik melakukan tugas praktik tersebut.
ADVERTISEMENT
Terkait pembelajaran KD Teks Berita, kali ini difokuskan pada pembelajaran “Menyajikan Berita Secara Tertulis dan Lisan”.
Pembelajaran ini telah didahului dengan menyimak berita untuk menemukan informasi dan menyimpulkan isi berita, menyimak berita untuk mengidentfikasi unsur dan struktur berita, dan menyimak berita untuk menganalisis kaidah kebahasaan teks yang terdapat pada teks berita yang dibaca atau didengarkan.
Pembelajaran ini mengusung konsep merdeka belajar. Setelah pembelajaran live/singkronus sesuai jadwal PJJ, peserta didik diberi keleluasaan belajar dari berbagai sumber, menggunakan media yang mereka suka atau mereka punya, memilih tema yang menarik perhatinnya, dan menyelesaikan pembelajaran sesuai kecepatan atau gaya belajarnya.
Pendidik, dalam hal ini penulis menyebutnya dengan model “Binta Obtusa” yang merupakan akronim dari Bincang, Tayang, Observasi, Tulis, dan Sajikan.
ADVERTISEMENT
1. Bincang
Bincang ringan via voice note (vn) di awal pembelajaran, diupayakan mengalir secara alami sehingga peserta didik merasa nyaman.
Penyampaikan tujuan pembelajaran dibungkus dengan bincang santai, yang menggiring peserta didik merumuskan sendiri tagihan atau alat ukur keberhasilan belajarnya.
Penggunaan bahasa yang sesuai dunia peserta didik dirasa dapat membangun kedekatan dan kesan tersendiri. Gunakan bahasa hati agar sampai ke hati peserta didik.
Hal ini sangat membantu dalam PJJ yang berlangsung dalam kelas tanpa batas dinding dan dalam jadwal tanpa batas waktu.
Fokus perbincangan adalah tentang apa dan bagaimana prospek keterampilan menulis dan membaca di era digital, saat ini.
Peserta didik dengan cerianya mengungkapkan hasil literasinya tentang siapa, dimana, dan bagaimana keterampilan menulis dan membaca, telah membuka jalan sukses banyak tokoh ternama.
ADVERTISEMENT
Betapa di era digital ini, lembaga pemberitaan (cetak dan elektronik) serta lembaga penyiaran tumbuh subur nyaris di seluruh dunia. Untuk itu diperlukan generasi muda yang melek keterampilan berbahasa, termasuk keterampilan menulis dan membacakan berita.
Dari bincang singkat tersebut peserta didik mengungkapkan fakta bahwa keterampilan menyajikan berita tertulis dan menyajikan berita lisan adalah keterampilan yang tergolong life skill yang sedang dibutuhkan, bisa menjadi profesi, bernilai komersial, dan finansial. Selanjutnya pendidik mengajukan pertanyaan kepada peserta didik,.
“Apa yang harus kita lakukan agar kita dinyatakan berhasil pada pembelajaran ini?”
Walaupun tidak semua peserta didik menyampaikan pendapat, namun peserta didik dapat dengan cermat memaknai pembelajaran.
“Karena pelajarannya tentang menyajikan berita tertulis dan lisan, jadi kita harus menulis berita dan membacakan berita,” ujar salah satu dari mereka.
ADVERTISEMENT
Beberapa peserta didik lainnya juga menyampaikan pendapat senada.
Bincang awal pembelajaran ditutup dengan kesepakatan, bahwa untuk menyatakan mereka berhasil dalam pembelajaran ini, setiap peserta akan menyajikan dengan baik, (minimal) satu berita tertulis (teks berita) dan satu berita lisan (video/rekaman dirinya). Dengan demikian, tujuan pembelajaran sudah tersampaikan dengan mulus.
2. Tayang
Setelah mengondisikan peserta didik melalui bincang awal pembelajaran, pendidik menayangkan video terkait penyajian berita tertulis dan berita lisan. Video ini memaparkan proses penulisan berita sampai penyajiannya, baik secara tertulis maupun lisan.
Usai menyimak tayangan, peserta didik dengan arahan pendidik mengungkapan proses menulis berita (menentukan objek/tema, mendatangi sumber/obsevasi, menyusun kerangka, menulis sesuai kerangka, menyunting, dan menyajikan), kriteria teks berita yang baik (faktual, aktual, objektif, valid, unik, bermanfaat, dan menggunakan bahasa efektif), unsur-unsur berita (5W+1H), struktur berita (kepala/teras, tubuh, dan ekor), kaidah kebahasaan, dan trik menyunting teks berita.
ADVERTISEMENT
Peserta didik juga mengungkapkan kaidah kebahasaan dalam penyajian berita lisan (sikap tubuh, mimik/ekspresi, volume, artikulasi, nada, dan jeda).
Setelah bertanya jawab tentang tayangan, pendidik mengajukan satu topik atau objek berita. Pendidik dan peserta didik berdiskusi tentang tahap-tahap yang harus dilakukan agar objek/topik itu tersaji menjadi berita tertulis dan lisan (pemodelan menulis berita).
Selanjutnya pendidik menghimpun/menggali ide, gagasan, atau rencana peserta didik tentang objek/topik berita yang akan disajikannya, baik secara tertulis maupun lisan.
3. Observasi
Setelah menetapkan objek, topik, atau tema berita yang akan disajikannya, peserta didik harus melakukan observasi atau pengumpulan data terkait objek tersebut. Data tersebut terkait unsur-unsur berita yang akan ditulisnya.
Secara ideal, tahap observasi dilakukan dengan mendatangi sumber berita, mencatat unsur berita dengan melakukan pengamatan langsung, dan mewawancarai narasumber.
ADVERTISEMENT
Mengingat pembelakuan PPKM level 4 di wilayah tempat tugas penulis, maka aktivitas peserta didik ikut diperketat. Proses obsevasi dilakukan secara online, kecuali objeknya berada di sekitat tempat tinggal peserta didik. Observasi online, misalnya dengan menonton berita terbaru di youtube, tv, dan membaca berita elektronik.
Hasil observasi berupa data terkait unsur-unsur berita yang dikenal dengan 5W+1H (what, who, when, where, why, dan how) atau apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana terkait objek yang akan diberitakan.
Proses obsevasi ini dibantu dengan bagian 1, dari LKPD Daring (2) : Menyajikan Berita Tertulis.
Pada kolom kiri LKPD, peserta didik menuliskan pertanyaan terkait unsur kelengkapan berita, seperti berikut ini:
1. Pertanyaan apa berkenaan dengan hal yang diberitakan, misalnya apa yang terjadi?
ADVERTISEMENT
2. Pertanyaan siapa berkenaan dengan orang atau pelaku yang terlibat dalam peristiwa yang diberitakan, misalnya siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
3. Pertanyaan kapan berkenaan dengan waktu kejadian peristiwa yang diberitakan, misalnya kapan peristiwa itu terjadi?
4. Pertanyaan di mana berkenaan dengan tempat kejadian dari peristiwa yang diberitakan, misalnya di mana kejadian itu?
5. Pertanyaan mengapa berkenaan dengan alasan atau penyebab adanya peristiwa atau hal yang melingkupi peristiwa yang diberitakan, misalnya mengapa hal itu dapat terjadi?
6. Pertanyaan bagaimana berkenaan dengan proses kejadian, kronologi atau urutan kejadian, maupun hal-hal pendukung peristiwa yang diberitakan, misalnya bagaimanakah kejadiannya?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu dituliskan di kolom kanan LKPD yang telah disediakan pendidik. Untuk melengkapi hasil observasi, peserta didik dapat membuat catatan-catatan tambahan terkait objek yang diobservasi.
ADVERTISEMENT
4. Tulis
Pada tahap ini peserta didik menulis teks berita dengan mengembangkan pokok-pokok berita atau jawaban pertanyaan 5W+1H yang terdapat pada kolom kanan bagian 1 LKPD Daring (2).
Pokok atau unsur berita tersebut ditata dulu dalam kerangka berita yang terdiri atas teras/kepala berita terdiri atas satu paragraf singkat (memuat 5W+1H, tubuh berita berupa deskripsi, narasi, atau paparan detail tentang kondisi dan proses (menjawab mengapa dan bagaimana), dan ekor berita yang berisi informasi tambahan yang tidak terkait langusung dengan peristiwa atau objek berita.
Selanjutnya peserta didik menulis teks berita yang baik dengan mengembangkan kerangka yang telah disusun. Setelah teks berita ditulis dilanjutkan dengan menyunting/menyempurnakan teks berita dan memilihkan judul yang singkat dan menarik.
ADVERTISEMENT
Waktu melakukan obeservasi disepakati 3 selama 3 hari. Selama itu pula pendidik tetap memantau peserta didik melalui whatsapp grup dan pribadi. Penulis memotivasi peserta didik dengan pernyataan yang membangkitkan semangat.
“Menulis dan membaca bukanlah bakat Nak, tapi keterampilan yang didapat dengan berlatih. Siapa yang berlatih, dia akan terampil. Ayo kita berlatih! Kita pasti bisa.”
Pernyataan atau kalimat motivasi senada terus dilontarkan pendidik, baik pada saat pembelajaran PJJ singkronus, maupun ketika PJJ Asingkronus (dalam video pembelajaran, handout materi, dan ketika peserta didik mengeluh/mengadu melalui WhatsApp pribadi). Secara tidak langsung saat itu peserta didik juga mendapatkan Doing and Observing yaitu komunikasi dan refleksi.
5. Sajikan
Pada tahap akhir pembelajaran ini peserta didik menyajikan dua kompetensi keterampilan. Sajian pertama adalah teks berita secara tertukis.
ADVERTISEMENT
Disepakati teks yang yang ditulis dengan memperhatikan unsur, struktur, dan kebahasaan teks berita dengan baik, dikirim/dikumpulkan ke google classroom dalam waktu 1 sampai 3 hari. Pada hari pertama, yang baik (dengan memperhatikan unsur, struktur, dan kebahasaan teks berita).
Sajian kedua adalah berita lisan berupa video rekaman diri oleh siswa. Peserta didik menentukan peristiwa atau teks berita yang akan disajikan secara lisan atau yang akan dibacakan.
Siswa boleh memilih berita tertulis yang telah dikirimnya ke google classroom.
Peserta didik berlatih menyajikan atau membacakan berita, secara individu atau berkelompok 2 sampai 4 orang dengan memperhatikan aspek kebahasaan bahasa lisan dalam penyajian atau pembacaan berita.
Lalu peserta didik merekam, mengedir video, dan mengirimkannya dalam waktu 5 sampai 7 hari. Berbagai video pembacaan berita dengan memperhatikan aspek bahasa lisan (lafal. Intonasi, mimik, kinesik, dan gesture) pun terkumpul di google classroom masing-masing kelas.
ADVERTISEMENT
Setiap tugas, tertulis maupun lisan dikomentari penulis sebagai apresiasi atas kreativitas luar biasa mereka. Buka sekadar itu, video-video penyajian berita lisan tersebut juga penulis posting di grup Facebook sekolah yaitu SMPN 3 Batang Hari, agar mendapat apresiasi dari keluarga besar sekolah.
Postingan video-video kreatif peserta didik tersebut juga diharapkan menjadi motivasi bagi peserta didik yang lambat belajar atau lambat mengumpulkan tugas.
Betapa pembelajaran yang alami mampu mengeklorasi bakat atau kompetensi peserta didik.
Pembelajaran ini sungguh proses yang bermakna bagi peserta didik.
Melalui pembelajaran ini kompetensinya diakui lingkungan, terutama yang menonton video-video kreatif mereka. Hal itu akan makin memupuk rasa percaya diri peserta didik.
Belajar itu proses. Lakukan dengan sungguh-sungguh prosesnya, maka maksimal hasilnya.
ADVERTISEMENT