Konten dari Pengguna

Pembangunan Ekonomi Sirkular untuk Solusi Kebersihan dan Kesejahteraan Pelestari

Propaganda Kemasyarakatan Kabinet KM ITB
Kanal publikasi artikel karya Kementerian Propaganda Kemasyarakatan, Kementerian Koordinator Sosial Masyarakat, Kabinet Citaraya, Kabinet KM ITB 2022/2023
30 Oktober 2022 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Propaganda Kemasyarakatan Kabinet KM ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Bagi segelintir orang, sampah merupakan hal yang kotor dan menjijikkan. Namun, bagi para pelestari (pemulung), sampah merupakan “harta karun” yang tak ternilai harganya. Dari sampah yang mereka jual, mereka bisa mencukupi kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Itu lah mengapa pelestari (pemulung) di daerah perkotaan cenderung memiliki ekonomi yang lebih baik dibanding dengan pelestari (pemulung) yang berada di pedesaan. Sampah yang lebih banyak dan variatif membuat frekuensi dan kuantitas sampah yang dijual jauh lebih besar dibandingkan dengan penjualan sampah di pedesaan.
Kita ambil contoh dari pelestari (pemulung) yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang. Mayoritas pelestari (pemulung) yang tinggal di daerah ini bukan lah warga asli Bantar Gebang, melainkan orang-orang yang melakukan urbanisasi demi mencari kehidupan yang lebih layak dari hasil penjualan sampah.
Terbukti, orang-orang ini bahkan bisa memenuhi kebutuhan tersier mereka, seperti membeli kendaraan mewah atau membeli lahan di tempat asal mereka. Mereka yang kita lihat sebagai pelestari (pemulung) biasa di kota ternyata merupakan orang yang berkecukupan di desa mereka, dan lagi-lagi hal ini karena sampah.
ADVERTISEMENT
Banyaknya pelestari (pemulung) yang menggantungkan hidup mereka dari sampah ini lah yang membuat mereka seakan-akan tidak menginginkan adanya lingkungan yang bersih dari sampah. Hilangnya sampah sama dengan hilangnya mata pencaharian mereka. Namun, banyak hal yang tidak mereka sadari dari terlalu seringnya interaksi mereka dengan sampah.
Salah satunya adalah dampak bagi kesehatan mereka. Tinggal di gunungan sampah sama halnya dengan tinggal bersama jutaan bakteri penyebab penyakit. Tentunya penyakit ini tidak akan langsung menyerang orang-orang yang tinggal di sekitar tempat yang dipenuhi oleh sampah, tetapi bukan tidak mungkin bahwa 2-3 tahun ke depan dampak ini akan dirasakan oleh masyarakat.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini?
Bagaimana cara untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan tetap memperhatikan kesejahteraan pelestari (pemulung)?
Sumber Gambar : Shutterstock.com
Ekonomi sirkular hadir untuk menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan pengertian dari Low Carbon Development Indonesia, ekonomi sirkular merupakan model pengelolaan sampah yang bertujuan untuk memperpanjang siklus hidup dari suatu produk, bahan baku, dan sumber daya yang ada agar dapat dipakai selama mungkin.
ADVERTISEMENT
Prinsip dari ekonomi sirkular ini mencakup pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk dan material terpakai selama mungkin, dan meregenerasi sistem alam. Ekonomi sirkular di Indonesia tercakup dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024, di bawah Agenda Prioritas Nasional 1: Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan, serta Agenda Prioritas Nasional 6: Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim.
Mengingat banyaknya manfaat yang didapat dari ekonomi sirkular ini, sangat penting untuk dilakukan sosialisasi lebih lanjut kepada masyarakat. Di samping itu, sektor industri (P&G) juga memegang peranan penting untuk mewujudkan ekonomi sirkular di Indonesia.
Menurut Hamish Daud, Aktor dan Co-Founder Octopus Indonesia, dalam Saturday Lesson x Studium Generale “Role of Industry to Establish Circular Economy” yang dilaksanakan oleh ITB pada Maret 2022 lalu, hal yang paling realistis untuk menyelesaikan permasalahan terkait sampah dengan optimal adalah dengan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak dan sektor.
ADVERTISEMENT
Octopus sendiri merupakan startup yang berfokus pada pengelolaan sampah plastik yang mengupayakan terealisasinya lingkungan bebas sampah dan sustainable. Saat ini, pihak Octopus sedang menjalankan kolaborasi bersama P&G Indonesia lainnya dengan nama proyek “Conscious Living”.
Proyek “Conscious Living” ini melibatkan pengepul atau bank sampah, pelestari (pemulung), pusat pengumpulan dan pemilahan sampah, industri daur ulang, dan konsumen. Proyek ini turut membangun ekonomi sirkular dengan cara membuat dan memanfaatkan setiap tahap dalam pengumpulan dan pembuatan kemasan agar tidak ada material yang terbuang dan juga menghasilkan hasil yang optimal.
Cara kerja proyek “Conscious Living” ini adalah dengan bergabung dengan aplikasi Octopus untuk menyumbangkan sampah plastik yang nantinya akan dipilah. Setelah itu, pihak pelestari akan datang ke tempat pemberi sampah untuk mengambilnya dan kemudian akan langsung diserahkan ke Octopus untuk ditimbang, dipilah, dan dikirimkan ke tempat pendauran ulang.
ADVERTISEMENT
Keuntungan yang didapat oleh pemberi sampah adalah poin yang dapat mereka tukarkan dengan berbagai hadiah. Sedangkan dari pihak pelestari, keuntungan yang akan diperoleh adalah pelatihan dan seragam yang membuat mereka bisa masuk ke beberapa kawasan perumahan untuk mengambil sampah. Hal ini diharapkan akan membuat kehidupan pelestari semakin sejahtera dengan pendapatan yang lebih baik serta dapat diterima lebih baik lagi di society.
Program “Conscious Living” Octopus Indonesia ini disinyalir telah melakukan pendauran ulang pada 15 ton sampah dengan rincian 13,5 ton sampah HDPE yang diubah menjadi plastik bernilai dan 1,5 ton sampah saset yang diolah menjadi sumber energi terbarukan sebesar 3000 kcal. Bahkan, program ini juga telah melibatkan sebanyak 16700 pelestari.
ADVERTISEMENT
Penulis : Nika Avivatus (Teknik Mesin ITB, 2021)
Pembuat Kajian : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan ITB, 2020)
Penanggung Jawab : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan ITB, 2020)
Referensi :
https://lcdi-indonesia.id/ekonomi-sirkular/
https://www.itb.ac.id/berita/detail/58491/saturday-lesson-x-studium-generale-itb-peran-industri-untuk-membangun-ekonomi-sirkular