news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mahasiswa MBA ITB Kaji Kelayakan Valuasi Bisnis Sarang Burung Walet di Berau

SBM ITB
School of Business and Management ITB
Konten dari Pengguna
19 Mei 2021 6:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SBM ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber Infografis: Arif Widya
zoom-in-whitePerbesar
sumber Infografis: Arif Widya
ADVERTISEMENT
Bandung (19/5) Mahasiswa MBA ITB angkatan 60, Arif Widya dengan bimbingan dosen SBM ITB, Yunieta Anny Nainggolan, PhD melakukan studi kelayakan usaha dan perhitungan valuasi bisnis, dari usaha di bidang agrikultur yaitu sarang burung wallet.
ADVERTISEMENT
Dengan mengambil studi kasus di wilayah Kabupaten Berau Kalimanan Timur. kajian proyek akhir mahasiswa tersebut menggunakan metode analisis kelayakan keuangan, satu sarang burung walet diestimasi dapat bernilai lebih dari 1 Milyar Rupiah.
Di tengah kasus peningkatan COVID-19 di Indonesia, isu kesehatan dan keuangan seakan menjadi buah simalakama bagi semua pihak untuk diutamakan.
Indonesia sendiri telah masuk ke dalam jurang resesi sejak diumumkan pertumbuhan ekonominya masuk ke zona negatif selama dua kuartal berturut-turut di bulan September 2020 yang lalu. Namun berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis belakangan ini menunjukkan hal yang menarik. Sektor pertanian Indonesia menjadi segelintir sektor yang masih menunjukkan pertumbuhan positif, tepatnya 13,98% dibandingkan di tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari keterangan Menteri Perdagangan Indonesia, M. Lutfi mengatakan terdapat satu komoditas pertanian Indonesia yang berpotensi menjadi harta karun perekonomian bangsa, yaitu Sarang Burung Walet.
Jika mengacu pada data Kementerian Perdagangan RI Indonesia, pendapat tersebut dirasa tidaklah berlebihan. Menurut data tersebut, Indonesia berkontribusi 80% dari volume ekspor sarang burung wallet dunia.
Hal tersebut memantapkan posisi Indonesia sebagai eksportir terbesar sarang wallet di dunia. Sarang wallet juga menjadi salah satu komoditas yang bisa dirasakan peningkatannya di tengah COVID-19 di Indonesia.
Menurut IQFAST Badan Karantina pertanian (Barantam), jumlah ekspor sarang wallet juga telah meningkat di tahun 2020 dari 2019. Pada 2020, terjadi peningkatan 2,13% dari tahun sebelumnya yang bernilai 28,3 triliun rupiah.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan proyek akhirnya, Arif menyampaikan bahwa banyak orang memandang sarang wallet sebagai ‘superfood’ atau ‘Caviar of the East’ karena manfaat kesehatannya. Sarang wallet dipercayai sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuannya untuk mencegah peradangan, menurunkan kadar kolesterol, dan meningkat antioksidan tubuh.
Oleh sebab itu, sarang wallet menjadi salah satu komoditas yang sangat dicari oleh berbagai negara; salah satunya yaitu Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Pada November 2020, Atase perdagangan (Atdag) Indonesia dan Perwakilan China di Beijing telah menandatangani Letter of Intent (LOI) untuk pembelian sarang wallet yang akan dilakukan pada tahun 2021 senilai Rp 2,2 triliun.
Arif menambahkan, selain itu, tidak hanya sarang wallet baik untuk dikonsumsi, pengembangan sarang wallet juga membawa berbagai manfaat bagi lingkungan dan perekonomian bangsa. Pengembangan Sarang walet di Indonesia berpotensi untuk meningkatkan pendapatan petani, memajukan konservasi alam dan meningkatkan pengelolaan sumber daya alam di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah satu daerah yang cukup menarik untuk membahas topik ini adalah Kabupaten Berau. Kabupaten yang terletak diujung utara Provinsi Kalimantan Timur ini ternyata sudah tidak asing lagi dengan komoditas yang satu ini.
Walaupun perekonomian Kabupaten Berau didominasi oleh industri pertambangan Batubara, wilayah Kabupaten Berau menyimpan potensi ekonomi yang besar dari budidaya sarang burung walet.
Mengingat potensi budidaya sarang burung walet juga tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, tentunya potensi ini memerlukan intervensi dari Pemerintah seperti adanya bantuan langsung dari pihak swasta maupun pemerintah dalam penerapan kebijakan dan pengembangan teknis usaha Sarang Burung Walet. Selain itu dibutuhkan sistem permodalan yang khusus dalam pengembangan bisnis ini.
Yunieta A. Nainggolan, PhD. Pembimbing Tesis Arif Widya. Sumber Foto: SBM ITB
Dalam tesisnya, Arif menekankan perlunya kolaborasi yang baik antara pemerintah, institusi dan petani sarang burung walet agar bermanfaat dalam peningkatan produktifitas komoditi ini.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi dalam rantai usaha sarang burung walet ini juga mampu menggerakkan lapangan pekerjaan dalam jumlah besar. Sehingga usaha sarang burung walet ini benar-benar menjadi harta karun yang bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dan mampu menjadi daya ungkit pengembangan ekonomi Indonesia dalam masa pandemi Covid-19 dan setelahnya.**
Catatan redaksi:
Tulisan ini berdasarkan tesis kajian akhir mahasiswa MBA ITB, Arif Widya. Pemuatan publik sudah mendapatkan persetujuan tertulis dari mahasiswa.