SBM ITB Diharap Pelopori Peningkatan Kualitas Sekolah Bisnis di Indonesia

SBM ITB
School of Business and Management ITB
Konten dari Pengguna
9 Agustus 2023 19:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SBM ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
EVP AACSB Geoff Perry saat memberikan sambutan di Kampus ITB, Bandung (9/8).
zoom-in-whitePerbesar
EVP AACSB Geoff Perry saat memberikan sambutan di Kampus ITB, Bandung (9/8).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bandung - Lembaga akreditasi sekolah bisnis internasional, Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB International) berharap Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung menjadi pelopor peningkatan kualitas sekolah bisnis di Indonesia. AACSB mendorong SBM ITB, satu dari empat sekolah yang telah terakreditasi AACSB di Indonesia, bekerjasama dengan Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi Manajemen Bisnis dan Akuntansi (LAMEMBA) dan Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) mewujudkan harapan tersebut.
ADVERTISEMENT
Harapan tersebut disampaikan oleh Geof Perry, Executive Vice President AACSB International, saat memberi sambutan dalam seminar dua hari bertajuk "Developing Quality Assurance for the Future, Opportunities and Future Directions of Business and Management Education in Indonesia" yang dihadiri oleh 200 peserta dari 50 sekolah bisnis se-Indonesia di Kampus ITB, Bandung (9/8).
“Saat ini terdapat 4 sekolah bisnis atau fakultas yang sudah terakreditasi AACSB di Indonesia. AACSB sendiri memiliki tiga tujuan utama, yaitu external validation untuk standar global, membuka koneksi internasional (network), dan framework untuk meningkatkan kualitas sekolah bisnisnya," kata Perry dalam sambutannya.
Menurut Perry, masing-masing sekolah bisnis memiliki visi dan misi serta identitasnya sendiri. AACSB tidak akan mengubah itu. AACSB hanya akan fokus pada tiga tujuan utama tersebut.
ADVERTISEMENT
Anggota Majelis Akreditasi LAMEMBA BM. Purwanto mengatakan, AACSB yang telah berusia lebih dari 100 tahun tersebut telah banyak mengakreditasi sekolah bisnis dan memiliki standar yang sangat tinggi. Penilaian yang kuat dan tinggi tersebut terdapat pada jaminan mutu pembelajaran, yang harus terukur dan detail. Mereka juga memperhatikan kualifikasi para dosen, yakni minimal telah selesai S3, sebagai salah satu kriteria pemberian akreditasi.
“Dosen juga tidak hanya cukup sampai S3, tapi juga mempunyai praktik professional dan juga melakukan kajian-kajian ilmiah pada bidang yang diajarkan. Dua hal tersebut menjadi persyaratan yang very demanding, sangat sulit," kata Purwanto. "Tetapi bukan berarti Indonesia tidak bisa. Indonesia itu negara yang sangat besar. Kita sudah mulai dipertimbangkan di banyak hal, dan pendidikan ini salah satu hal yang strategis,” ungkap Purwanto.
ADVERTISEMENT
Purwanto menambahkan, LAMEMBA saat ini mendapatkan tugas dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan bisnis, manajemen, akuntansi, dan ekonomi di Indonesia. Untuk itu mereka berkolaborasi dengan AACSB. Terdapat tiga tingkat akreditasi di LAMEMBA, yaitu baik, baik Sekali, dan unggul.
"Yang unggul ini nanti kita lihat lagi lebih spesifik, dan bisa kita dampingi untuk mendapat akreditasi dari AACSB. Tapi itu membutuhkan waktu, dan masalah kita itu adalah rasa kurang percaya diri," kata Purwanto. "Sebetulnya kebanyakan sekolah bisnis kita sudah good enough for AACSB, tapi tidak memiliki rasa kepercayaan diri. Semakin banyak sekolah di Indonesia yang terakreditasi oleh lembaga internasional, semakin berpeluang membuka kolaborasi mitra global”.
Sementara itu, Ketua AFEBI Abdul Rahman Kadir mendorong sekolah-sekolah yang telah mengantongi akreditasi unggul dari LAMEMBA untuk masuk ke standar AACSB. Dia berharap SBM ITB bersama AFEBI bisa membantu sekolah-sekolah anggota untuk terus meningkat standarnya.
ADVERTISEMENT
"Indonesia sudah berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan bisnis dengan melalui pengakuan-pengakuan internasional. Tidak hanya setelah akreditasi langsung selesai, tapi terus mempertahankan kualitasnya. Kita terus meningkatkan standar sekolah, terutama pada kapasitas individu. Jadi harus benar-benar  profesional sebagai dosen, mereka harus menjadi peneliti, sehingga bahan-bahan penelitian tersebut bisa diajarkan kepada mahasiswa,” kata Kadir.
Pelaksana Tugas Wakil Dekan Akademik SBM ITB Prof. Tjandra Anggraeni kemudian membeberkan keuntungan-keuntungan yang didapat SBM ITB setelah mendapat akreditasi dari AACSB. Menurut Prof Tjandra, ada dua hal keuntungan yang mungkin paling terlihat.
Sebagai anggota AACSB , SBM ITB berkesempatan mengikuti pertemuan-pertemuan internasional yang membuka ruang untuk diskusi. Jadi, meskipun sudah mempunyai kurikulum, sudah memiliki standar, tapi seiring berjalannya waktu, pasti ada perubahan perlu hal baru untuk dikembangkan.
ADVERTISEMENT
Kedua, memudahkan kolaborasi dengan universitas di luar negeri, terutama buat kebutuhan kelas internasionalnya dan double degree. Ketika sudah terakreditasi, diskusi dan tawaran kerjasama tersebut lebih mudah dilakukan.