Konten dari Pengguna

Budaya Sepeda di Kolombia

4 April 2019 19:46 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puji Sulastri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lleva, llévame en tu bicicleta (ajak aku naik sepedamu)
Óyeme, Carlos, llévame en tu bicicleta (Hai Carlos, ajak aku naik sepedamu)
ADVERTISEMENT
Quiero que recorramos juntos esa zona (Aku mau keliling tempat ini bersamamu)
Desde Santa Marta hasta La Arenosa (dari Santa Marta sampai La Arenosa)
Jalur sepeda di Bogota (sumber:https://en.investinbogota.org/moving-around)
Syair tersebut adalah penggalan lagu berjudul 'La Bicicleta' (Sepeda) yang booming tak hanya di Kolombia tapi juga di hampir semua negara di Benua Amerika dan Eropa pada tahun 2017. Lagu tersebut dibawakan oleh Shakira bersama Carlos Vives, dua penyanyi kelas dunia asal Kolombia.
Baik syair lagu maupun video klip lagu ini begitu mencerminkan Kolombia dengan budaya hingga alamnya. Dalam lirik di atas, disebutkan bahwa Shakira meminta Carlos untuk mengajaknya berkeliling naik sepeda dari Santa Marta, kota yang terkenal dengan pantai dan taman nasional Tayrona-nya, hingga ke La Arenosa di Baranquilla, kota asal Shakira, yang jaraknya sekitar 114 kilometer. Jarak yang sangat jauh dengan kontur jalan yang berkelok-kelok naik turun karena sebagian daerah di Kolombia memang bergunung-gunung.
ADVERTISEMENT
La Bicicleta, Solusi dan Hiburan di Tengah Kemacetan
Bagi saya yang kebetulan pernah tinggal di Kolombia, syair lagu ini memang terasa Kolombia banget dan sangat sesuai dengan konteks masyarakat di sana yang memang gemar naik sepeda. Hentakan musik dan tarian yang dibawakan Shakira dan penari latarnya juga sangat menggambarkan masyarakat Kolombia yang penuh keceriaan dan menikmati hidup. Masalah sosial seperti kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas serta polusi juga digambarkan dengan baik di video lagu tersebut.
Shakira dan Carlos Vives dalam video clip lagu 'La Bicicleta' (sumber:www.learnlanguagesthroughmusic.com)
Dalam video tersebut, diceritakan Shakira sedang melakukan perjalanan pulang kampung ke Baranquilla dengan mengendarai mobil menuju Santa Marta. Di tengah perjalanan, tiba-tiba terjadi kemacetan yang parah, sehingga ia memutuskan untuk keluar dari mobil yang ditumpanginya. Saat itulah, muncul Carlos Vives yang menawarkan sepeda untuknya. Dan jadilah, kedua penyanyi itu kemudian mengayuh sepeda dengan gembira berkeliling Santa Marta.
ADVERTISEMENT
Di masa itu, lagu ini diputar hampir setiap jam di berbagai radio maupun kafe-kafe di seluruh Kolombia. Saya pun ketika mendengarkan lagu itu langsung otomatis ikut bergoyang, mengentakkan kaki dan ujung-ujung jari. Di tengah-tengah kemacetan kota Bogota yang tak kalah dari kemacetan di Jakarta, lagu ini menjadi hiburan bagi saya dan juga semua pecinta musik latinos di Kolombia.
Lagu 'La Bicicleta' bagi orang Kolombia telah menjadi semacam soundtrack untuk berbagai acara berkaitan dengan lingkungan hidup khususnya kampanye pengurangan polusi dan membudayakan sepeda di kalangan masyarakat. Di setiap kegiatan Ciclovia (car free day-nya Bogota) lagu ini juga selalu diperdengarkan baik oleh perorangan maupun stand pemkot dan perusahaan-perusahaan yang sedang menggelar kegiatan CSR-nya.
ADVERTISEMENT
Membudayakan Sepeda di Masyarakat Kolombia
Bagi orang Kolombia, bersepeda sudah menjadi semacam budaya. Bahkan, negara ini telah mencetak atlet-atlet internasional pemenang olimpiade dan kejuaraan bersepeda internasional, seperti Mariana Pajón (pemenang medali emas olimpiade Brazil untuk BMX), Carlos Alberto Ramírez, Nelso Soto, Miguel Angel Lopez, dan masih banyak lainnya.
Di Bogota khususnya, kehidupan sehari-hari masyarakatnya sangat dekat dengan alat transportasi ini. Jika di Jakarta dulu kita melihat tukang loper koran atau sekarang tukang-tukang kopi dengan sepedanya, di Bogota orang-orang yang bekerja sebagai pengantar barang belanjaan sehari-hari saat ini pun juga banyak menggunakan sepeda.
Tak hanya itu, di Bogota, patroli polisi juga banyak yang menggunakan sepeda. Sebaliknya, sepeda motor jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari.
ADVERTISEMENT
Lalu, setiap hari di sepanjang jalan dari apartemen tempat tinggal saya hingga kantor yang berjarak kurang lebih 7 kilometer, saya selalu jumpai orang-orang pulang-pergi kerja menggunakan sepeda. Dengan baju necis lengkap dengan sepatu kantor, dasi, dan jasnya, para karyawan maupun eksekutif muda Bogota santai mengayuh sepedanya menuju tempat kerja. Tak lupa kelengkapan pengaman seperti helm wajib digunakan oleh para pengendara sepeda tersebut.
Belajar sepeda juga masuk dalam kurikulum di playgroup. Saya masih ingat bagaimana sore-sore sepulang kerja saya harus pergi dari satu toko ke toko lain untuk mencari perlengkapan pelindung seperti helm, deker tangan dan kaki serta sarung tangan untuk anak saya yang masih berumur tiga tahun karena keesokan hari dia ada pelajaran latihan bersepeda.
ADVERTISEMENT
Concern masyarakat dan lembaga pendidikan di Bogota terhadap upaya menciptakan lingkungan yang bersih dan mengurangi polusi memang cukup tinggi. Sejak kecil, masyarakatnya sudah diperkenalkan dan dididik untuk menggunakan transportasi yang sehat dan ramah lingkungan seperti sepeda.
Bersepeda juga diklaim penting karena bisa menjadi olahraga yang murah dan sangat bermanfaat untuk jantung maupun untuk mengurangi obesitas yang juga mengancam generasi muda di Bogota. Hal ini yang mungkin bisa dicontoh oleh sekolah-sekolah di kota-kota besar di Indonesia dalam upaya menciptakan generasi yang sehat dan lingkungan yang bersih.
Kebijakan Pro-sepeda
Pemerintah Kota Bogota juga gencar melakukan kampanye bersepeda. Wali Kota Bogota, Enrique Peñalosa dikenal sangat gemar bersepeda. Dalam beberapa kesempatan acara kelas internasional yang diselenggarakan di Bogota, Peñalosa mengundang para tamu dari berbagai belahan dunia yang datang ke Bogota untuk berkeliling menikmati segarnya udara Bogota dengan sepeda. Pemerintah kota mengklaim bahwa setiap hari ada 900 orang lebih bermobilitas dengan menggunakan sepeda.
Walikota Bogota, Enrique Peñalosa bersepeda bersama anak-anak sekolah (sumber: www.bogota.gov.co)
Keberpihakan pemerintah dan upaya mendorong penggunaan sepeda juga dilakukan dengan membangun jalur khusus sepeda. Bogota merupakan kota dengan jalur sepeda terpanjang di Amerika Latin.
ADVERTISEMENT
Pada Agustus 2018, saat ulang tahun ke 480 tahun Bogota, telah diresmikan jalur-jalur sepeda baru di Bogota yang menggenapi 500 kilometer total jalur sepeda yang dimiliki Ibu Kota Kolombia tersebut. Wali Kota Bogota bahkan merencanakan untuk menambah 200 kilometer lagi jalur sepeda hingga akhir tahun 2019 nanti.
Lebar jalur sepeda di Bogota juga sangat memadai, yaitu antara 1,5-2 meter. Tak lupa, jalur sepeda ini dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas untuk menjamin keselamatan pesepeda dan pengguna jalan lainnya. Selain itu, polisi lalu lintas bersepeda juga setiap hari melakukan patroli di jalur sepeda untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para pengguna sepeda.
Untuk mendorong masyarakat membeli sepeda pemerintah menetapkan pajak pertambahan nilai sepeda hanya sebesar 5%. Nilai tersebut jauh dari pajak yang dibebankan pada produk-produk lain yang sebesar 19%. Tak heran jika setiap orang di Bogota rata-rata memiliki sepeda mulai dari sepeda yang biasa-biasa saja hingga sepeda yang berkelas dengan harga mencapai ribuan dolar amerika.
ADVERTISEMENT
Semoga saja budaya sepeda dan kepedulian Pemerintah Kota Bogota tersebut bisa ditularkan di Indonesia seperti halnya dengan Transmilenio-nya yang kita contoh menjadi Transjakarta.