Saatnya Inggris Pesta Pora di Piala Eropa 2020

Punta Yoga Astoni
Aparatur Sipil Negara dengan latar belakang keilmuan Magister Hukum lulusan Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
7 Juli 2021 16:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Punta Yoga Astoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
COUNTER ATTACK FANS BOLA X KUKUBIMA ENER-G!
zoom-in-whitePerbesar
COUNTER ATTACK FANS BOLA X KUKUBIMA ENER-G!
ADVERTISEMENT
Perhelatan Kejuaraan Piala Eropa sudah hampir menyentuh tahap final. Piala Eropa kali ini memang dibilang cukup spesial jika melihat dari tempat penyelanggaraan yang multinasional, kondisi ditengah pandemi covid 19 dan tentu saja aroma kental slogan Football Coming Home muncul kembali di tengah babak semifinal dikarenakan tim nasional Inggris tinggal dua langkah lagi untuk mengambil Piala Eropa dari podiumnya untuk di arak ke seluruh negara Inggris yang sepertinya sudah lama sekali tidak pernah merasakan hingar bingar perayaan juara. Inggris juara merupakan kata yang jarang didengar karena terakhir mereka mengangkat piala sambil menyanyikan lagu kemenangan pada tahun 1966 Kejuaraan Piala Dunia, sedangkan untuk Piala Eropa paling jauh hanya pernah menduduki peringkat ketiga pada 1968. Ironis memang jika dibandingkan dengan branding asal mula sepak bola dan negara sebagai role model yang mempunyai penyelenggaraan liga sepak bola terbaik di planet ini.
ADVERTISEMENT
Inggris yang pada babak semifinal ini akan berlaga melawan tim nasional denmark. Tim Dinamit pada perhelatan kejuaraan ini ternyata merupakan negara yang cukup kuat dan sejarahnya tim ini pernah sukses menjadi juara pada edisi 1992 Denmark yang pada awal babak mengalami musibah yang dialami oleh Erikssen sepertinya juga berhasil mengubah musibah tersebut menjadi modal semangat yang kuat untuk mengalahkan tim lain sampai pada tahapan perempat final. Namun yang harus diingat bahwa sepak bola tidak bermodal dengan sejarah dan semangat juang saja, Jika ada tim yang masih merasa gentar melawan Denmark maka Inggris pada kejuaraaan kali ini sepertinya harus dikeluarkan dari kelompok tim tersebut. Tim Inggris memiliki beberapa faktor lain yang menjadi senjata untuk mengalahkan Denmark saat mereka bertemu di semifinal.
ADVERTISEMENT
Pada Piala Eropa tidak menggunakan tuan rumah tunggal namun diselenggarakan di beberapa kota yang ditunjuk oleh UEFA dan siap melaksanakan pertandingan ditengah kondisi pandemi covid-19. Babak fase grup sampai perempat final memang diselenggarakan pada tempat negara yang berbeda namun sedikit berbeda dengan fase semifinal dan final yang akan diselenggarakan hanya pada satu tempat yaitu di Stadion Wembley Inggris. Stadion yang legendaris bagi masyarakat Inggris ini dipercaya menyelanggarakan dua fase ujung kompetisi dengan alasan sarana-prasarana yang memadai untuk menyelanggaran fase puncak dengan tetap memperhatikan kondisi pandemi. Penempatan laga semifinal dan final inilah salah satu factor yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh Inggris untuk membuatnya nyaman dan memotivasi diri karena mereka berlaga pada homebase mereka sendiri dan keisitimewaan ini tidak dimiliki oleh tim lain yang merasa pertandingan adalah pertandingan lawatan ke kandang lawan.
ADVERTISEMENT
Pada fase semifinal dan final kapasitas penonton yang diperbolehkan hadir di stadion Webley diperbolehkan sebesar 60.000 kursi atau setara 75 persen total kapasitas tempat duduk. Kita mengetahui bahwa hadirnya supporter merupakan kemewahan tersendiri ketika ada pertandingan sepak bola. Keriuhan suara supporter merupakan salah satu unsur menandakan bahwa pertandingan berjalan dengan seru dan supporter yang melihat pertandingan akan dengan lantang menyemangati tim yang didukungnya. Inggris sendiri merupakan salah satu negara yang sangat terkenal dengan fandom yang fanatik dengan olahraga sepak bola. Kita sudah lama mengenal istilah holigans yang merupakan julukan supporter dari Inggris maka tentu para supporter Inggris pada perhelatan piala eropa kali ini tidak akan membuang kesempatan emas untuk menciptakan teror kepada tim negara lain yang melawan tim nasional mereka. Holigans sendiri terkenal dengan sifat fanatik mereka yang cukup radikal dan keras ketika melakukan teror kepada tim lawan. Bahkan teror tersebut tidak untuk tim lawan saja namun untuk supporter lawan akan merasakan suasana intimidatif yang cukup kencang ketika harus bertemu fans Inggris di luar stadion. Salah satu faktor yang membuat fandom inggris terkenal galak adalah kebiasaan mereka yang minum beer sebelum pertandingan dan setelah pertandingan di pub/tempat minum sekitar stadion. Alcohol sendiri sepertinya merupakan pisau bermata dua bagi para fans inggris. Di sisi lain alcohol sepertinya sebagai pemacu andrenalin untuk dapat memaksimalkan dukungan namun di sisi lain terlalu banyak meminum beer akan membawa mereka pada kondisi yang tidak mampu berfikir jernih dan mengarah ketindakan criminal.
ADVERTISEMENT
Kondisi seperti ini tentu sangat merugikan tim nasional Inggris karena teriakan dukungan dibutuhkan untuk intimidasi lawan di dalam stadium dan bukan tertangkap polisi di luar stadium karena berbuat onar. Kebiasaan minum semacam ini sepertinya harus diubah oleh para fandom daripada harus minum yang mengandung alkohol tetapi tidak bisa mengontrol sebaiknya para supporter meminum minuman energi yang bisa memacu semangat untuk mendukung tim kesayangan. Pub sekitar Wembley seharusnya menjual minuman-minuman energi saja untuk mengganti minuman beralkohol seperti KukuBima buatan Indonesia. Jika perlu disetiap tempat minum ada sticker tertempel di atas pintu masuk dengan slogan “Biar kuat minum Kuku Bima, Roso!". Sticker semacam itu sebagai alat kampanye yang efektif bahwa jika mau masuk stadium daripada harus mabuk-mabukan lebih baik minum KukuBima yang lebih enak dan sehat karena ada Vitamin C di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Faktor homebase di Wembley dan adanya potensi dukungan supporter inilah yang akan menjadi pembeda tim nasional Inggris dengan tim nasional lainnya. Inggris memang belum pernah juara eropa sebelumnya yang tentu Football Coming Home untuk piala eropa agak menjadi ambigu namun Inggris dengan slogan tersebut harus membuktikan bahwa sepakbola selain sebagai sebuah olahraga juga dapat menjadi sebuah produk ekonomi yang besar dan dapat menciptakan kesejahteraan baik bagi pelaku didalamnya maupun negara yang menyelenggarakannya. Jika demikian ketika Inggris juara Piala Eropa 2020 merupakan momen pembuktian bahwa sepakbola modern sudah selayaknya pulang kerumah sang penciptanya.