Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
It’s Hard To Decide Something: Mindfulness Dalam Etisnya Pengambilan Keputusan
8 Desember 2024 16:43 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari purnawanizzan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam hidup, kita sering dihadapkan pada berbagai pilihan yang memerlukan keputusan. Dari hal-hal kecil seperti memilih menu makan hingga keputusan besar seperti memilih karir atau tempat tinggal, proses pengambilan keputusan bisa menjadi sumber stres dan kebingungan. Dalam dunia yang dipenuhi dengan informasi dan pilihan yang melimpah, banyak dari kita merasa terjebak dalam siklus keraguan dan ketidakpastian. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap manusia selalu dihadapkan dengan pertimbangan yang bercabang dan tiada habisnya jika dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Dalam situasi seperti ini, tak jarang seorang manusia selalu memikirkan bagaimana efek sebuah keputusan yang dibuat terhadap hasil akhir yang diterima. Tapi apakah pernah Anda berpikir mengenai bagaimana proses pengambilan keputusan yang baik sebelum beralih berpikir mengenai hasil akhir dari keputusan tersebut?
ADVERTISEMENT
Apa Itu Mindfulness?
Konsep "mindfulness" berasal dari tradisi meditasi Timur dan dapat ditelusuri kembali ke ajaran Buddha Sakyamuni yang berusia 2500 tahun. Konsep ini telah berkembang melalui praktik meditasi dan pencerahan, menjadi satu dari delapan jalan dalam Buddhisme. Dalam bahasa Pali, mindfulness disebut Sati, dan pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1921. Makna aslinya mencakup perhatian, konsentrasi, dan pengamatan. Mindfulness didefinisikan sebagai "metode yang disengaja dan tidak menghakimi untuk memfokuskan perhatian pada saat ini," yang mengharuskan individu untuk mengamati pikiran dan perasaan mereka tanpa memberikan penilaian (Kabat, 2003).
Relevansi Mindfulness Terhadap Pengambilan Keputusan Yang Etis!
Melalui penelitian (Ruedy, N. E., dan Schweitzer, M. E., 2010), mereka membuktikan bahwasanya terdapat dua cara untuk mendorong mindfulness dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang etis.
ADVERTISEMENT
Pertama, mindfulness terkait dengan kesadaran yang lebih besar terhadap lingkungan seseorang. Kesadaran ini memiliki kualitas yang tidak menghakimi dan menerima (Kabat-Zinn, 1994), yang memungkinkan seseorang untuk mempertahankan perhatian pada ide-ide yang mungkin berpotensi mengancam diri sendiri. Mindfulness telah terbukti meningkatkan penerimaan emosional (Segal et al., 2002) dan kesediaan untuk mentolerir emosi dan sensasi yang tidak nyaman (Eifert dan Heffner, 2003; Levitt et al., 2004). Karena kualitasnya yang menerima dan tidak menghakimi, mindfulness mendorong pertimbangan semua informasi relevan untuk keputusan yang diambil. Individu yang mindful mungkin merasa kurang terdorong untuk mengabaikan, menjelaskan, atau merasionalisasi ide-ide yang mungkin berpotensi mengancam diri mereka sendiri, seperti konflik kepentingan atau potensi bias. Untuk alasan ini, (Ruedy, N. E., dan Schweitzer, M. E., 2010) memprediksi bahwa mindfulness akan membantu individu menjadi lebih sadar akan pertimbangan etis dalam suatu keputusan, sehingga meningkatkan kesadaran moral.
ADVERTISEMENT
Kedua, mindfulness mempromosikan kesadaran diri, dan kesadaran diri yang lebih besar seharusnya mengurangi perilaku tidak etis. Penelitian empiris menunjukkan bahwa ketika orang lebih sadar diri, mereka cenderung lebih jujur (Bateson et al., 2006; Haley dan Fessler, 2005). Misalnya, (Diener dan Wallbom, 1976) menemukan bahwa peserta yang menyelesaikan anagram di depan cermin, berbohong jauh lebih sedikit (7%) dibandingkan dengan mereka yang berada di samping cermin (71%). Demikian pula, hadir secara mindful dan sadar akan pikiran seseorang meningkatkan kesadaran diri. Kesadaran diri ini juga dapat meningkatkan penilaian moral. Aspek metakognitif dari mindfulness seharusnya meningkatkan kesadaran akan interpretasi kepentingan pribadi seseorang terhadap situasi yang ambigu, sehingga mengurangi kemungkinan seseorang terjebak dalam interpretasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Karena mindfulness mendorong kesadaran yang lebih besar terhadap lingkungan seseorang dan dirinya sendiri, (Ruedy, N. E., dan Schweitzer, M. E., 2010) berhipotesis bahwa terdapat hubungan negatif antara mindfulness dan frekuensi atau kemungkinan pengambilan keputusan tidak etis.
Langkah-Langkah Pengaplikasian Mindfulness Untuk Menghasilkan Keputusan Yang Etis
1. Membangun Kesadaran Diri
Ruedy dan Schweitzer (2010) menunjukkan bahwa mindfulness dapat meningkatkan kesadaran individu terhadap situasi yang dihadapi, memungkinkan mereka untuk lebih sadar akan pertimbangan etis. Maka luangkan waktu setiap hari untuk meditasi mindfulness, seperti fokus pada pernapasan.
2. Mengamati Pikiran dan Emosi
Liu et al. (2018) mencatat bahwa mindfulness membantu individu mengenali dan menerima emosi mereka, yang penting dalam membuat keputusan yang lebih baik. Selama proses pengambilan keputusan, amati pikiran dan emosi yang muncul tanpa menghakimi. Maka catat bagaimana perasaan Anda tentang berbagai pilihan yang ada.
ADVERTISEMENT
3. Evaluasi Pilihan Secara Etis
Ruedy dan Schweitzer (2010) menekankan bahwa dengan menjadi lebih sadar akan konteks sosial dan emosional, individu dapat membuat keputusan yang lebih etis. Setelah mengamati pikiran dan emosi, evaluasi setiap pilihan berdasarkan nilai-nilai etika pribadi. Maka pertimbangkan dampak dari setiap pilihan terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Mengambil Jeda untuk Refleksi
Liu et al. (2018) menunjukkan bahwa jeda dalam pengambilan keputusan dapat membantu individu menghindari keputusan impulsif yang tidak etis. Maka sebelum membuat keputusan akhir, ambil jeda sejenak untuk merenungkan pilihan Anda.
5. Berkolaborasi dengan Orang Lain
Ruedy dan Schweitzer (2010) menyatakan bahwa kolaborasi dapat memperkaya proses pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Maka diskusikan pilihan Anda dengan orang lain yang memiliki pandangan berbeda untuk mendapatkan perspektif tambahan.
ADVERTISEMENT
6. Refleksi Setelah Keputusan
Liu et al. (2018) menyarankan bahwa refleksi pasca-keputusan dapat meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan di masa mendatang dengan belajar dari pengalaman. Maka setelah membuat keputusan, ada baiknya luangkan waktu untuk merefleksikan hasilnya. Pertimbangkan apa yang berjalan baik dan apa yang bisa diperbaiki di masa depan.
Daftar Pustaka
Bateson, M., Nettle, D., & Roberts, G. (2006). Cues of being watched enhance cooperation in a real-world setting. Biology letters, 2(3), 412-414.
Diener, E., & Wallbom, M. (1976). Effects of self-awareness on antinormative behavior. Journal of Research in Personality, 10(1), 107-111.
Eifert, G. H., & Heffner, M. (2003). The effects of acceptance versus control contexts on avoidance of panic-related symptoms. Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 34(3-4), 293-312.
ADVERTISEMENT
Kabat-Zinn, J. (2003). Mindfulness-based interventions in context: past, present, and future.
Kabat-Zinn, J. (2023). Wherever you go, there you are: Mindfulness meditation in everyday life. Hachette UK.
Liu, S., Liu, Y., & Ni, Y. (2018). A review of mindfulness improves decision making and future prospects. Psychology, 9(2), 229-248.
Ruedy, N. E., & Schweitzer, M. E. (2010). In the moment: The effect of mindfulness on ethical decision making. Journal of Business Ethics, 95, 73-87.
Segal, Z., Williams, M., & Teasdale, J. (2012). Mindfulness-based cognitive therapy for depression. Guilford press.