Konten dari Pengguna

Sejarah KKB dan Dampak Konflik KKB dengan TNI di Papua

putra reno hariyanto
Mahasiswa. Universitas Pamulang. Teknik informatika
14 November 2024 18:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari putra reno hariyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source : https://pixabay.com/photos/papua-portrait-african-new-guinea-670646/
zoom-in-whitePerbesar
source : https://pixabay.com/photos/papua-portrait-african-new-guinea-670646/
ADVERTISEMENT
Sebelum lahir dengan sebutan KKB, kelompok ini dulunya dikenal dengan nama Organisasi Papua Merdeka (OPM). OPM didirikan pada 1965 untuk mengakhiri pemerintahan Provinsi Papua dan Papua Barat, yang sebelumnya disebut Irian Jaya. Mereka berniat untuk melepaskan diri dari Indonesia. OPM pun kerap menyuarakan tentang referendum supaya bisa merdeka dari NKRI. Dalam memperjuangkan keinginan kelompok, mereka beberapa kali melakukan gerakan kriminal yang memakan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, pemerintah kemudian berinisiatif untuk membentuk Otonomi Khusus bagi Papua dengan anggaran yang besar. Namun, anggaran tersebut hanya digunakan oleh golongan elite saja, tidak sampai ke masyarakat luas. Hal itu kemudian memicu terjadinya gerakan perlawanan masif dari OPM dengan melakukan berbagai tindakan kejahatan. Salah satu aksi kriminal yang pernah dilakukan OPM adalah pada 1996. Saat mereka menawan sejumlah orang Eropa dan Indonesia yang terdiri dari grup peneliti dan kamp hutan. Dua sandra dari grup peneliti dibunuh, sementara yang lainnya dibebaskan. Karena aksinya, OPM kerap dicap sebagai Organisasi Kriminal. Oleh karena itu, istilah OPM kemudian diganti menjadi KKB atau Kelompok Kriminal Bersenjata.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab konflik KKB dengan TNI di Papua adalah ketidakpuasan sebagian masyarakat Papua terhadap pemerintah pusat, yang didasari oleh sejarah panjang ketidakpuasan terhadap pemerintahan sentral diwilayah tersebut. Isu-isu seperti Otonomi, Hak Asasi Manusia, ketimpangan ekonomi, serta akses terbatas terhadap pendidikan dan layanan kesehatan menjadi pemicu utama terjadinya konflik ini. Selain itu, faktor eksternal seperti dukungan dari pihak-pihak diluar Papua yang mendukung gerakan separtis juga turut memperkeruh situasi.
ADVERTISEMENT
Banyak warga sipil yang terpaksa mengungsi akibat kekerasan yang terjadi antara KKB dan TNI. Pengungsian ini sering kali memaksa masyarakat untuk meninggalkan rumah mereka dan hidup dalam kondisi yang terbatas. Gangguan pada aktivitas ekonomi seperti pertanian, perdagangan, dan industri yang bergantung pada sumber daya alam lokal gangguan akibat ketidaksamaan yang diakibatkan oleh konflik. Warga yang sebelumnya dapat menjalankan aktivitas ekonomi mereka dengan normal, kini terpaksa menghentikan atau memindahkan usaha mereka karena ketakutan terhadap kekerasan.
Banyaknya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukkan oleh seklompok teroris di Papua (KKB) ini tentunya membuat ketakutan tersendiri bagi warga Papua dan masyarakat Indonesia lainnya. Jika tidak dihentikan maka akan semakin banyak korban jiwa yang diakibatkan oleh seklompok tersebut. Kasus pelanggaran HAM yang dilakukkan KKB Papua ini masih saja menjadi perbincangan dikalangan masyarakat luas. Kita tahu bahwasannya peran Pemerintah, TNI, dan Polri sangat penting dalam menanggulangi konflik ini.
ADVERTISEMENT
Masalah pemberontakan yang dilakukan oleh KKB sudah menjadi masalah global yang menimbulkan keprihatinan banyak khalayak. Relasi antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat menjadi hambar karena adanya kepentingan-kepentingan egoistis.
Akibat dari konflik ini sangatlah serius. Selain mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka diantara anggota TNI, KKB, dan warga sipil, konflik ini juga mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat Papua. Pembangunan diwilayah tersebut terhambat, ketakutan dan trauma menyebar dikalangan penduduk setempat, dan perdamaian serta stabilitas menjadi terancam.
Solusi untuk menyelesaikan konflik antara KKB dan TNI di Papua memerlukan pendekatan yang komprehensif. Pertama, penting untuk memperbaiki dialog antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua serta mendengarkan aspirasi dan kebutuhan mereka dengan lebih baik. Penyediaan akses yang lebih baik terhadap pendidikan, pekerjaan dan layanan kesehatan dapat membantu mengurangi ketidakpuasan sosial yang menjadi pemicu konflik. Disamping itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan keamanan dan penegakan hukum di wilayah tersebut serta memutus rantai pasokan senjata dan dukungan finansial kepada KKB.
ADVERTISEMENT