Selalu ada Kendala dalam PJJ

Putri Na
currently studying journalism in Padjadjaran University
Konten dari Pengguna
19 Desember 2020 14:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Na tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Pembelajaran Jarak Jauh dari rumah.
Terhitung sejak Kemendikbud menerbitkan pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah pada 29 Mei 2020, pelajar di Indonesia telah melakukan PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh setidaknya selama tujuh bulan.
ADVERTISEMENT
Tujuh bulan sendiri menurut saya bukan waktu yang sedikit, apalagi berdasarkan pemberitaan di Kompas.com dengan judul ‘PJJ Alami Banyak Kendala di Tiap Daerah’ anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah menjelaskan bahwa selama pelaksanaan PJJ ada beragam kendala yang ditemukan hampir di tiap daerah.
Menurut Ferdiansyah kendala yang ada saat PJJ menjadi sorotan bagi banyak pihak karena banyak keluhan yang terlontar.
Di tengah banyaknya kendala tersebut pelajar di Indonesia tentu tetap harus melaksanakan kewajiban mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar, terutama mengerjakan serangkaian tugas yang diberikan ibu bapak guru.
Tentu tugas tersebut diberikan dengan tujuan yang mulia agar semua peserta didik mendapatkan pembelajaran sesuai kurikulum. Namun di tengah kondisi serba sulit ini apakah tugas yang diberikan dengan jumlah yang terkadang lebih banyak dari jumlah tugas yang dikerjakan saat belajar jarak dekat dilakukan menjadi lebih efektif?
ADVERTISEMENT
Ada berbagai macam kendala yang dapat kita jumpai saat melaksanakan PJJ dari rumah. Kendala teknis adalah kendala yang paling sering dijumpai saat pelaksanaan PJJ, misalnya ketika siswa dan pengajar melakukan pertemuan jarak jauh melalui aplikasi Zoom Meeting atau Google Meet ketersediaan kuota atau sinyal sering kali tidak mendukung bagi pelajar yang tinggal di daerah yang jauh dari perkotaan sehingga akses internet bukan lah hal yang mudah.
Pada bulan Agustus silam, kita mendengar pemberitaan mengenai pelajar di daerah Temanggung, Jawa Timur yang harus pergi ke balai desa untuk melakukan PJJ karena mengalami kesulitan saat harus melaksanakan pertemuan jarak jauh atau sekadar berselancar di dunia maya untuk mencari referensi mengerjakan tugas.
ADVERTISEMENT
Saya yang tinggal dekat dengan pusat kota saja akrab sekali dengan sinyal internet yang bermasalah, koneksi yang terputus, sampai aplikasi yang tiba-tiba keluar sendiri. Saya yakin hal ini juga akrab dengan pembaca yang kerja dari rumah.
Kendala selanjutnya adalah kondisi rumah pelajar. Bukan kondisi rumah secara fisik namun apakah rumah tempat mereka tinggal merupakan tempat yang kondusif untuk melakukan Pembelajaran Jarak Jauh? Banyak pelajar yang pergi ke sekolah bukan hanya untuk menyerap ilmu dari ibu bapak guru namun juga untuk mendapatkan tempat belajar yang kondusif.
Seorang tetangga saya bercerita bahwa PJJ adalah hal sulit bagi keluarga mereka, bukan perkara ada atau tidaknya kuota internet dan sinyal namun perkara kehadirannya sebagai orang tua untuk mendampingi proses PJJ sang ananda dari rumah, karena ia harus bekerja sebagai tenaga medis dengan jam kerja yang sering kali bentrok dengan waktu PJJ sang ananda.
ADVERTISEMENT
Anda bisa bayangkan, ada berapa banyak pelajar terutama siswa siswi sekolah dasar di Indonesia yang tidak memiliki pendamping PJJ untuk mengoperasikan gadget atau sekadar menjelaskan apa maksud tugas yang diberikan ibu bapak guru mereka karena orang tua mereka juga harus bekerja.
Salah satu kendala krusial yang dapat menimpa pelajar Indonesia saat melakukan PJJ adalah cabin fever. Dikutip dari Alodokter.com, cabin fever sendiri merupakan kondisi dimana seseorang merasakan perasaan negatif akibat terisolasi terlalu lama di dalam ruangan tertentu, atau dalam kasus pandemi ini merasa terisolasi di dalam rumah kita sendiri.
Pelajar yang biasa bertemu langsung dengan teman sekelas mereka dan ibu bapak guru bukan tidak mungkin merasa terisolasi saat harus berdiam diri di rumah. Biasanya, ketika mengalami cabin fever seseorang akan merasa gelisah, sedih, dan mudah tersinggung. Kondisi tersebut bukan lah hal yang mudah apalagi jika harus ditambah dengan sejumlah tugas yang didapatkan dari proses PJJ.
ADVERTISEMENT
Kendala yang terjadi saat pelaksanaan PJJ ini biasanya membuat tugas menumpuk sehingga proses mengerjakan tugas tidak lagi untuk memahami maksud materi yang diberikan ibu bapak guru, melainkan dikerjakan dengan tujuan ‘ah yang penting tugasnya selesai’. Dari sini kita bisa melihat PJJ tidak lagi efektif karena tujuan pendidikan bukan hanya untuk menyelesaikan tugas.
Menurut Ki Hajar Dewantara yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, pendidikan memiliki fungsi untuk mengarahkan kodrat dan minat yang ada dalam diri pelajar itu sendiri agar menjadi manusia serta menjadi anggota masyarakat yang mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya.
Nah, dari sini pembaca bisa tanyakan sendiri kepada anggota keluarga atau teman yang pelajar, apakah tujuan itu sudah tercapai?
ADVERTISEMENT
Tentunya dalam setiap kendala pasti ada solusi yang menyertai. Untuk masalah pertama, Kemendikbud telah memberikan bantuan berupa kuota internet bagi pelajar dan juga pengajar yang melaksanakan PJJ dari rumah.
Namun untuk permasalahan kedua dan ketiga masih menjadi tanggung jawab kita semua untuk mencari jalan keluar yang dapat mengantarkan proses PJJ menjadi lebih efektif.
Entah sampai kapan pandemi ini akan berakhir dan entah sampai kapan pula pelajar di Indonesia akan melaksanakan PJJ dari rumah. Bukan hal yang mudah untuk kita semua bersepakat dengan segala kendala yang ada namun tanggung jawab pendidikan di Indonesia tentu masih menjadi milik kita bersama.