Konten dari Pengguna

Kedewasaan Bukanlah Soal Usia

Putri Nur Ichsan
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Program Studi Penerbitan (Jurnalistik)
16 Juli 2021 13:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Nur Ichsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. (Sumber foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. (Sumber foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit orang yang mendambakan kebebasan di saat usianya masih belia. Mereka ingin sekali beranjak dewasa agar terbebas dari kekangan orang tua. Padahal menjadi dewasa bukanlah suatu hal yang mudah. Sebab bukan hanya usia yang bertambah, melainkan juga tanggung jawab yang akan diterima.
ADVERTISEMENT
Perempuan ini bernama Fauziah Fathin. Dia tumbuh dengan didikan orangtuanya yang tegas. Sejak kecil, dia selalu diajarkan untuk bersikap dewasa, termasuk dalam mengambil keputusan. Saat dinyatakan tidak lolos dalam seleksi masuk perguruan tinggi negeri, dengan keyakinan yang kuat dia memilih untuk terjun ke dunia kerja. Hitung-hitung sekalian mengumpulkan uang buat kuliah nanti, katanya.
Fathin setuju dengan orang-orang yang mengatakan bahwa dunia kerja itu keras. Dia yang saat itu belum memiliki pengalaman yang cukup dalam bidang yang ia jalani, hanya bisa bersabar saat menghadapi para seniornya. Tak jarang pula ia makan hati karena sikap dan perkataan dari atasannya.
Dia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ibarat bulan di antara para bintang, Fathin terlahir sebagai anak perempuan satu-satunya di antara kedua saudara lelakinya. Kini sang sulung sudah memiliki keluarganya sendiri, sehingga Fathin yang harus menggantikan figur sang kakak di rumahnya. Meski usianya masih sangat muda, dialah yang bertanggung jawab atas kehidupan kedua orangtuanya, juga adik lelakinya.
ADVERTISEMENT
Setelah bekerja setahun lamanya, akhirnya Fathin bisa menggapai mimpinya yang sempat tertunda, yaitu berkuliah. Bahkan ia mampu untuk menanggung sendiri semua biaya perkuliahannya. Bekerja sambil kuliah terkadang terasa sulit bagi Fathin. Karena ia harus merelakan waktu istirahatnya di malam hari, saat rasa lelah mendominasi karena bekerja dari pagi. Walau seringkali butiran lacrima jatuh dari pelupuk matanya saat rasa penat menghampiri, tetapi dia tetap menikmati proses ini.
Menjadi mahasiswa yang merangkap sebagai pekerja menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Dia bangga karena dapat membiayai semuanya dengan usaha sendiri. Dia juga bisa belajar untuk lebih menghargai waktu setiap harinya. Rasa lelah itu wajar adanya, namun dia percaya bahwa bahagia juga akan selalu ada dan menanti di depan sana.
ADVERTISEMENT
(Putri Nur Ichsan, Mahasiswi PNJ)