Konten dari Pengguna

Mengajar Generasi Strawberry: Tantangan dan Peluang Bagi Guru Masa Kini

Leonardus Yoseph
Mahasiswa Program Manajemen Blended di Universitas Pembangunan Jaya. Guru Seni Musik di Sekolah Bunda Mulia Jakarta
6 Februari 2025 9:25 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Leonardus Yoseph tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-photo/little-girl-holding-two-delicious-stawberries_26146842.htm#fromView=search&page=1&position=44&uuid=e9ac1122-e13b-45c3-a50f-0e8757c58774&query=Strawberry+Generation
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-photo/little-girl-holding-two-delicious-stawberries_26146842.htm#fromView=search&page=1&position=44&uuid=e9ac1122-e13b-45c3-a50f-0e8757c58774&query=Strawberry+Generation
ADVERTISEMENT
Jadi, apakah Anda pernah dengar istilah "Generasi Strawberry"? Ini adalah generasi yang lahir di zaman digital, yang mungkin agak berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka punya kebiasaan yang unik, misalnya, mereka terbiasa dengan teknologi, menginginkan hasil yang cepat, dan cenderung menghindari stres. Gimana ya, sebagai guru, kita bisa lebih paham tentang mereka dan cara mengajarnya? Artikel ini bakal ngajak kita untuk mengenal lebih dalam tentang mereka, serta beberapa teknik mengajar yang bisa kita terapkan agar pembelajaran bisa lebih efektif dan menarik. Ada juga beberapa strategi berbasis teknologi yang bakal dibahas di sini.
ADVERTISEMENT
Kata Kunci: Generasi Strawberry, Digital Native, Pembelajaran Mendalam, Differensiasi, TERRA, Metode Pembelajaran
Tujuan Penulisan
Sebenarnya, artikel ini ingin sekali membantu guru-guru buat lebih memahami siapa sih generasi strawberry itu, supaya kita bisa:
Menyesuaikan strategi pengajaran yang cocok buat mereka.
Gunain teknologi dalam pembelajaran supaya lebih menarik dan menyenangkan.
Meningkatkan keterampilan mengajar yang inovatif, supaya kita bisa jadi guru yang lebih efektif.
Mengintegrasikan model pelayanan berbasis TERRA agar hasil belajar bisa lebih optimal.
Kami di Yayasan Sekolah Bunda Mulia, baru saja mendapatkan pencerahan dari belajar aktif kiat mengajar bersama Bapak Cece Sutia, Mpd, Pengawas Pendidikan di Provinsi Jawa Barat. Dalam acara pembekalan tersebut kami memiliki begitu banyak tambahan wawasan dan pembelajaran sebagai guru menghadapi murid generasi zaman now yang dikenal dengan Generasi Strawberry. Berikut ini cuplikan ceritera dan pembelajarannya.
ADVERTISEMENT
Siapa Itu Generasi Strawberry?
Istilah "Generasi Strawberry" muncul pertama kali di Asia Timur, loh! Istilah ini sering digunakan buat menyebut generasi muda yang dianggap lebih cepat menyerah dan kurang tahan banting dibandingkan generasi sebelumnya (Cheng, 2021). Mereka lahir di zaman yang serba instan dan penuh kenyamanan, jadi kadang dianggap kurang punya daya juang tinggi. Tapi, kalau kita lihat lebih dalam, sebenarnya mereka juga punya keunggulan besar, terutama dalam hal kreativitas dan kemampuan menggunakan teknologi (Lee, 2023).
Memahami Karakteristik Generasi Strawberry
Generasi ini punya beberapa ciri khas, yang kalau kita tahu, bisa bikin kita lebih paham bagaimana cara mengajar mereka:
Digital Native – Mereka sudah terbiasa dengan teknologi sejak kecil. Jadi, mereka lebih suka belajar dengan media digital daripada cara lama yang konvensional.
ADVERTISEMENT
Serba Instan – Karena sudah terbiasa hidup serba cepat, mereka cenderung menginginkan hasil yang cepat dan kurang sabar menghadapi proses yang panjang.
Tidak Menyukai Nada Tinggi – Generasi ini gampang tersinggung dan lebih suka komunikasi yang lembut, tidak terlalu keras.
Mudah Terpengaruh – Mereka sangat terbuka dengan informasi, baik yang positif ma
upun negatif, jadi kita harus hati-hati dengan informasi yang diberikan.
Pendekatan dan Teknik Mengajar yang Efektif
Nah, sekarang kita bahas cara-cara yang bisa kita pakai supaya mereka bisa belajar lebih efektif. Beberapa pendekatan ini bisa sangat membantu!
ADVERTISEMENT
Teknik Mengajar Berbasis TERRA
1. Tangibles – Kualitas Fasilitas dan Teknologi yang Mendukung
Pernahkah kalian mendengar tentang sebuah sekolah di kota kecil yang berhasil membawa perubahan besar bagi murid-muridnya hanya dengan memanfaatkan fasilitas dan teknologi yang tepat? Di sebuah sekolah di Yogyakarta, misalnya, para guru berhasil menciptakan ruang kelas yang sangat nyaman dan teknologi yang mendukung untuk pembelajaran digital. Mereka menggunakan papan interaktif dan aplikasi pembelajaran yang membuat siswa bisa belajar dengan cara yang lebih visual dan interaktif.
Bahkan, mereka memanfaatkan sistem pembelajaran berbasis VR (Virtual Reality) untuk mempelajari sejarah Indonesia. Bayangkan, siswa yang dulunya hanya membaca buku sejarah kini bisa merasakan sensasi "berjalan" di dalam sebuah keraton atau melihat secara langsung peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Teknologi ini, yang sebelumnya dianggap mewah, kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Hasilnya, motivasi belajar siswa meningkat, dan mereka pun lebih tertarik untuk menggali topik-topik baru.
ADVERTISEMENT
Kualitas fasilitas ini, seperti yang disampaikan oleh Zeithaml (1988), memang mempengaruhi pengalaman belajar siswa. Dengan adanya fasilitas yang baik, siswa lebih mudah terlibat dalam pembelajaran dan merasakan langsung manfaat dari teknologi yang digunakan.
2. Empathy – Memahami dan Peduli Terhadap Kebutuhan Siswa
Pernahkah kita merasa kesulitan mengajar karena tidak tahu benar apa yang dibutuhkan oleh siswa kita? Ini adalah tantangan yang dialami oleh banyak guru. Namun, di sekolah internasional di Jakarta, seorang guru bahasa Inggris, Pak Adi, sukses menciptakan perubahan dengan mendengarkan kebutuhan siswanya.
Pak Adi menyadari bahwa beberapa siswanya lebih suka belajar melalui diskusi kelompok, sementara yang lain lebih memilih pendekatan individu. Dengan mendengarkan mereka, Pak Adi tidak hanya menyesuaikan metode mengajar, tetapi juga memberi ruang bagi siswa untuk berbicara tentang kesulitan yang mereka hadapi di luar kelas. Hasilnya, hubungan yang terjalin antara Pak Adi dan siswanya menjadi lebih dekat, dan siswa merasa dipahami. Mereka tidak hanya belajar bahasa Inggris, tetapi juga merasa aman dan dihargai.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diungkapkan oleh Dweck (2020), empati dalam mengajar berperan penting untuk membangun hubungan yang mendalam dengan siswa, sehingga mereka merasa diterima dan dihargai.
3. Reliability – Memberikan Layanan Pendidikan yang Konsisten
Di sebuah sekolah di Bali, Ibu Siti, seorang guru matematika, dikenal sangat konsisten dalam mengajar. Setiap minggu, beliau selalu memberikan penilaian formatif kepada siswa dan memberikan umpan balik yang jelas serta konstruktif. Hal ini membuat siswa tahu apa yang mereka butuhkan untuk berkembang dan merasa lebih siap dalam ujian besar.
Meskipun Ibu Siti selalu sibuk, ia selalu memastikan bahwa setiap materi yang diajarkan bisa diterima dengan baik oleh siswa, dengan cara memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ini bukan hanya soal memberi nilai, tetapi tentang memberikan dukungan konsisten untuk perkembangan mereka. Keandalan yang ditunjukkan oleh Ibu Siti, seperti yang dijelaskan oleh Zeithaml (1988), memberikan rasa aman bagi siswa karena mereka tahu apa yang diharapkan dan dapat diandalkan.
ADVERTISEMENT
4. Responsiveness – Cepat Merespons Kebutuhan Siswa
Seorang guru di sebuah sekolah di Surabaya, Pak Rizal, baru-baru ini menghadapi situasi yang tidak biasa. Salah satu siswanya, Rina, yang biasanya aktif, tiba-tiba berhenti berpartisipasi dalam kelas. Alih-alih menunggu hingga Rina kembali ke kelas, Pak Rizal cepat tanggap. Ia mendekati Rina dengan empati, bertanya dengan lembut apakah ada masalah, dan menawarkan untuk membantu jika ada kesulitan yang dihadapi. Ternyata, Rina sedang menghadapi masalah di rumah yang membuatnya kesulitan berkonsentrasi di kelas.
Pak Rizal segera merespons dengan memberikan ruang bagi Rina untuk menyelesaikan tugas dengan tenggat waktu yang lebih fleksibel. Kecepatan dan kepekaannya dalam merespons situasi ini menunjukkan betapa pentingnya seorang guru untuk selalu siap dan fleksibel dalam menghadapi kebutuhan siswa. Responsifitas ini, seperti yang dijelaskan oleh Tomlinson (2021), sangat penting dalam menciptakan hubungan yang sehat antara guru dan siswa, serta mendukung proses pembelajaran.
ADVERTISEMENT
5. Assurance – Membangun Rasa Percaya Melalui Kompetensi dan Profesionalisme Guru
Kembali ke sekolah internasional di Jakarta, ada contoh lain yang patut dicontoh. Seorang guru fisika bernama Ibu Maria, yang telah mengajar selama lebih dari 15 tahun, selalu memberikan pengajaran yang penuh percaya diri. Setiap kali menjelaskan topik baru, Ibu Maria memastikan bahwa ia tidak hanya menguasai materi dengan baik, tetapi juga menyampaikan penjelasan dengan cara yang mudah dipahami oleh siswa. Ia juga selalu siap memberikan penjelasan tambahan kepada siswa setelah jam sekolah.
Kompetensi dan profesionalisme Ibu Maria membangun rasa percaya di antara siswa. Mereka tahu bahwa mereka bisa mengandalkan Ibu Maria untuk memberikan pembelajaran yang bermutu, serta bimbingan yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan. Seperti yang dijelaskan oleh Zeithaml (1988), rasa percaya ini sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan efektif.
ADVERTISEMENT
Melalui kisah-kisah ini, kita bisa melihat bagaimana dimensi TERRA bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pengajaran. Dari fasilitas yang mendukung, hingga cara kita berempati, responsif, dan membangun rasa percaya, semuanya memainkan peran penting dalam keberhasilan pendidikan. Dengan menerapkan nilai-nilai ini, kita bisa menciptakan lingkungan yang tidak hanya efektif dalam hal hasil, tetapi juga sehat dan menyenangkan bagi siswa.
Kolaborasi dengan Orang Tua
Satu hal yang tak kalah penting adalah komunikasi dengan orang tua. Kalau kita bisa bekerja sama dengan mereka, pendidikan anak bakal lebih maksimal. Orang tua itu adalah pihak pertama yang harus peduli, bukan cuma soal tidak memanjakan, tapi juga turut terlibat dalam perkembangan sosial dan intelektual anak. Jadi, ayo bangun kerjasama yang saling percaya antara guru, orang tua, dan sekolah!
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Mengajar generasi strawberry memang bukan hal yang gampang, tapi kalau kita tahu pendekatannya, semua jadi lebih mudah. Dengan metode yang inovatif dan berbasis teknologi, kita bisa bantu mereka jadi siswa yang cerdas, tangguh, dan siap menghadapi tantangan. Sebagai guru, mari terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan zaman, karena kita adalah inspirasi bagi generasi masa depan!
Referensi
Anderson, R., & Johnson, T. (2021). Digital Learning Strategies for 21st Century Education. Cambridge University Press.
Cheng, M. (2021). Understanding the Strawberry Generation: A Cultural Perspective. Oxford University Press.
Dweck, C. (2020). Mindset: The New Psychology of Success. Random House.
Lee, H. (2023). Youth and Digital Society: The Strengths and Challenges of the Strawberry Generation. Routledge.
ADVERTISEMENT
Nguyen, T. (2022). Modern Education and the New Generation of Learners. Springer.
Tomlinson, C. (2021). How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms. ASCD.
Vygotsky, L. (2023). Scaffolding and Inquiry-Based Learning in Modern Education. Routledge.
Zeithaml, V. (1988). Service Quality in Education: The TERRA Model. Harvard Business Review.