Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Menyongsong Kurikulum Merdeka
14 Juni 2022 13:43 WIB
Tulisan dari Leonardus Yoseph tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi pelajar masa kini - foto oleh penulis](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01815e72e7205db1ba1f4fbeb2da91cf.jpg)
ADVERTISEMENT
Oleh : Leonardus Yoseph, N. Mage
"Setiap awal baru datang dari akhir awal lainnya." – Seneca
ADVERTISEMENT
Pandemi sebentar lagi berakhir dan berganti menjadi endemi. Kita mungkin akan kembali beraktivitas normal. Presiden Jokowi beberapa waktu lalu sudah mengizinkan semua orang di luar ruangan untuk tidak mengenakan masker. Para pelajar rindu kembali ke bangku sekolah. Tenaga pendidik dan ruang-ruang kelas telah lama menanti riuh rendah suara para pelajar yang beraneka-ragam. Semua rindu belajar yang maksimal dengan beratatap muka, bertanya langsung pada guru tanpa lagi diganggu oleh sinyal. Para pelajar ingin memperdalam ilmu pengetahuan, mengembangkan praktik musik, dan mengadakan penelitian di laboratorium. Selamat datang ke dunia PTM 100 %.
Kurikulum Merdeka Belajar : Sebuah angin segar untuk pendidikan yang mulai usang
Mungkin Anda belum familiar dengan istilah Merdeka Belajar? Oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, Kurikulum Merdeka akan diterapkan di tahun ajaran baru 2022-2023. Kurikulum ini seakan menjadi angin segar bagi setiap insan pendidikan untuk menimba ilmu pengetahuan dengan keugaharian. Apakah dengan demikian setiap insan pendidikan memiliki kebebasan untuk memilih apa yang akan dipelajarinya sesuai tujuan dan cita-cita profesinya?
ADVERTISEMENT
Saya teringat akan generasi kami (tahun 1990-an) yang mengalami metode belajar tradisional. Kami saat itu diwajibkan untuk mempelajari semua mata pelajaran. Kami wajib menghafal materi, menjawab setiap pertanyaan guru sesuai dengan apa yang disampaikan oleh guru dan buku. Kami menjadi seperti robot. Kami tidak bisa menjawab keluar dari apa yang menjadi textbook. Kami harus sesuai pada apa yang telah ditentukan oleh guru dan kurikulum, bukan oleh apa yang dibutuhkan oleh kehidupan. Kami jauh dari simulasi masalah karena yang kami pelajari adalah keseragaman. Setiap orang menggambar dan melukis gunung yang sama dengan jalan raya di tengah-tengahnya dimana ada sawah, matahari, dan juga burung berterbangan sebagai pelengkapnya. Miris, bukan?
Paradigma belajar masa kini
ADVERTISEMENT
Insan belajar di masa ini diperkenalkan dengan tantangan dan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan untuk memahami masalah dan menemukan solusi. Para murid di masa ini terbiasa melihat tema-tema belajar seperti memainkan sebuah video game. Setiap pencapaian adalah hasil sebuah pengalaman melewati rintangan. Setiap pencapaian adalah sebuah inspirasi.
William Blake, seorang seniman Inggris melukiskan metode pengetahuan sebagai sebuah eksperimen untuk menghadapi masalah. Murid di zaman ini matang bukan karena oleh teori semata melainkan juga melalui pengalaman yang bisa dirasakan. Mengalami kegagalan adalah sebuah pencerahan dan rasa ingin tahu memberi dorongan untuk memahami dan menguasai sebuah pencapaian.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dilakukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.
ADVERTISEMENT
Sistem Merdeka Belajar mengacu pada proses dan membangun pemahaman siswa melalui minat belajar. Apa sebenarnya yang menjadi dasar munculnya merdeka belajar? Konsep Merdeka Belajar muncul karena kebutuhan untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu.
Kurikulum Merdeka Belajar menginspirasi siswa untuk aktif mendapatkan sumber informasi, inovatif dalam memecahkan masalah dan mencari jalan keluar. Mengapa? Sebab sumber belajar saat ini tersedia di mana-mana. Belajar tidak lagi terbatas pada satu sumber yaitu guru atau buku, melainkan juga dari sharing pengalaman, review masalah, modul-modul belajar, tutorial berbentuk multi media di platfom sosial media dan berbagai pintasan yang ada.
Artinya, kemandirian belajar, rasa ingin tahu yang bersifat ilmiah dan cara berfikir logis menjadi karakter kurikulum Merdeka Belajar.
ADVERTISEMENT
Merdeka Belajar untuk perubahan
"Pendidikan seyogyanya tidak sekadar mengajarkan pengetahuan, namun semestinya juga mampu merangsang perkembangan ke arah yang lebih baik."
Kalimat bijak di atas mengingatkan saya tentang bagaimana proses belajar itu dimulai. Saya ingat ketika saya ingin mencoba untuk pertama kali pergi ke sekolah sendiri tanpa diantar oleh ayah. Saat itu saya duduk di Sekolah Dasar. Saya malu apabila saya selalu diantar oleh ayah pergi ke sekolah. Saya ingin mandiri meski saya terlalu takut pada dunia di luar rumah. Ayah saya mengajari saya untuk fokus pada niat saya untuk mandiri bukan pada ketakutan diri saya. Saya kemudian mulai merencanakan perjalanan saya pergi dan pulang sekolah sendiri. Saya mencoba menghafal rute jalan, mengingat siapa teman yang akan pulang ke arah yang sama dengan rumah. Dengan bantuan ayah, saya membangun keyakinan bahwa saya bisa melakukan rencana itu. Saya akhirnya mulai berangkat ke sekolah sendiri dengan berjalan kaki dan selamat kembali ke rumah untuk pertama kalinya. Saya mengingat pengalaman itu sebagai pengalaman yang sangat mengubah hidup saya. Ayah saya menjadi guru yang mendampingi saya sehingga saya mengalami kemandirian.
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang baik akan melahirkan kepercayaan. Saya meyakini bahwa pendidikan tidak sekedar mempelajari hal yang eksak dan teks-teks literasi saja. Di dalam pendidikan terkandung keyakinan yang melahirkan harapan untuk memahami pengetahuan yang sejati.
Saya terkesan dengan tulisan Pater Odemus Witono,SJ - Direktur Perkumpulan Strada dalam Jurnal IKAD Driyarkara. Beliau menulis pendapatnya begini:
"Dalam komunitas belajar, guru sebagai pendidik, mentor, dan fasilitator mendampingi para murid memahami dan memaknai bahan ajar sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan intelektual dan psikologis mereka. Para murid dapat mengakses pengetahuan apa saja, tetapi dalam memaknai setiap mata pelajaran, mereka membutuh pribadi dewasa yang cakap seperti guru sebagai pendamping. Guru yang cerdas dan kreatif dapat membantu memberikan alternatif solusi jika para murid menghadapi persoalan; dan pemaknaan atas subjek yang dipelajari para murid."
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka Belajar memberi bentuk interaksi yang lebih baik untuk guru dan siswa mempelajari pengetahuan. Guru dahulu berada di depan kelas dan murid menghadap satu arah kepadanya. Di dalam kurikulum Merdeka Belajar, guru dan murid berjalan bersama untuk sebuah sinergi yang lebih baik.
Penutup
Saya mendukung kurikulum Merdeka Belajar yang akan dimulai di tahun ajaran baru Juli 2022 mendatang. Bagi saya sudah saatnya model pendidikan kita berganti wajah menjadi lebih segar dan inspiratif.
Kurikulum Merdeka Belajar memberi jalan kepada pendidik dan murid mempersiapkan dirinya untuk dunia pendidikan yang lebih baik.
Tim Ferris, seorang pengusaha Amerika, investor, penulis, dan podcaster menyampaikan sebuah kiasan berikut: "Fokuslah menjadi produktif, bukan sekadar sibuk saja." Belajar bukan hanya sibuk menghafal semua teori mata pelajaran yang diajarkan guru. Belajar adalah mengusahakan pengertian akan sesuatu sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa.
ADVERTISEMENT
Selamat menyambut sistem belajar tatap muka kepada para guru dan murid. Selamat menyongsong Kurikulum Merdeka Belajar yang ditawarkan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim. Semoga semua pengalaman belajar di masa pandemi meningkatkan kualitas blended learning dan memperluas metode belajar di sekolah. Kita yakin bahwa kualitas pendidikan di sekolah akan semakin maju dan tokoh-tokoh intelektual muda semakin mendapatkan tempat untuk memajukan bangsa.
Mari, merdekakan diri dengan belajar.