FOMO, Memahami Ketakutan Kehilangan di Era Digital

Putri Sabrina
Mahasiswa Teknik Industri - IT Telkom Purwokerto
Konten dari Pengguna
15 Juli 2023 14:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Sabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
FOMO (Fear Of Missing Out). Foto : https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-smartphone-bermain-musik-6686443/
zoom-in-whitePerbesar
FOMO (Fear Of Missing Out). Foto : https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-smartphone-bermain-musik-6686443/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di dunia yang terhubung secara cepat dan terus-menerus seperti sekarang ini, fenomena baru muncul: ketakutan kehilangan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan FOMO (Fear Of Missing Out).
ADVERTISEMENT
FOMO merujuk pada kekhawatiran dan kecemasan yang dirasakan oleh individu ketika mereka percaya bahwa orang lain sedang mengalami pengalaman yang menarik atau menguntungkan tanpa kehadiran mereka.
Hal ini adalah perasaan yang meluas dan dapat mempengaruhi orang-orang dari segala usia, yang diperparah oleh munculnya media sosial dan konektivitas digital yang terus-menerus.
FOMO berakar pada keinginan manusia untuk interaksi sosial, validasi, dan rasa memiliki. Sebagai makhluk sosial, kita secara alami mencari hubungan dan pengalaman yang membuat kita merasa termasuk dan dihargai. Namun, dengan kemunculan platform media sosial, peluang untuk membandingkan dan meragukan diri sendiri semakin meningkat.
Ilustrasi media sosial. Foto: Shutterstock
Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter memberikan gambaran terkurasi tentang kehidupan orang lain. Orang-orang sering membagikan momen-momen terbaik mereka, menampilkan prestasi, liburan, pertemuan sosial, dan acara menarik lainnya.
ADVERTISEMENT
Ketika kita melihat postingan-postingan tersebut, kita mungkin mulai merasa bahwa kehidupan kita sendiri tidak sebanding, yang menghasilkan perasaan FOMO.
Paparan yang terus-menerus terhadap kehidupan yang tampak sempurna orang lain dapat menimbulkan perasaan ketidakcukupan, iri hati, dan kecemasan. Kita mungkin meragukan pilihan, prestasi, dan bahkan harga diri kita sendiri.
Ketakutan akan melewatkan acara, pengalaman, atau peluang yang digambarkan di media sosial dapat mendorong kita untuk terus mencari validasi dan interaksi online, yang memperpetuasi siklus kecemasan dan ketidakpuasan.
Ilustrasi self healing. Foto: U__Photo/Shutterstock
FOMO juga bisa muncul dalam situasi offline. Bayangkan mendengar teman-teman membicarakan sebuah acara atau perjalanan yang seru yang tidak bisa Anda ikuti. Ketakutan kehilangan pengalaman bersama dan perasaan diabaikan dapat menciptakan rasa hampa dan penyesalan.
ADVERTISEMENT
Ketakutan ini bisa memotivasi individu untuk mengatakan "ya" pada undangan atau keterlibatan yang sebenarnya tidak mereka inginkan, hanya untuk menghindari perasaan terasing.
Meskipun FOMO adalah masalah yang umum di masyarakat saat ini, penting untuk menyadari bahwa media sosial menampilkan versi terpilih dari realitas. Orang-orang sering membagikan momen terbaik dalam hidup mereka, dengan sengaja menghilangkan kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi.
Penting untuk mengingatkan diri sendiri bahwa tidak ada kehidupan yang sempurna, dan membandingkan kehidupan kita yang mungkin penuh dengan tantangan dengan momen terbaik orang lain adalah perbandingan yang tidak adil dan tidak realistis.
com-Ilustrasi seorang wanita sedang membuat list pengeluarannya Foto: Shutterstock
Mengatasi FOMO membutuhkan perubahan pola pikir dan upaya sadar untuk mengembangkan kesadaran diri. Berikut adalah beberapa strategi untuk membantu mengelola FOMO:
ADVERTISEMENT

1. Mengenali Pemicu

Perhatikan situasi, lingkungan, atau aktivitas yang memicu perasaan FOMO. Kesadaran adalah langkah pertama dalam mengelola emosi ini dengan efektif.

2. Batasi Konsumsi Media Sosial

Kurangi waktu yang dihabiskan di platform media sosial untuk mengurangi paparan terhadap gambaran terpilih dari kehidupan orang lain. Pertimbangkan untuk melakukan istirahat teknologi atau menetapkan batas waktu yang spesifik untuk penggunaan media sosial.

3. Latih Rasa Syukur

Fokus pada aspek positif dalam kehidupan Anda sendiri dan kembangkan rasa syukur atas apa yang Anda miliki. Rayakan prestasi dan pengalaman yang berarti bagi Anda, sekecil apa pun yang terlihat.

4. Terlibat dalam Aktivitas Berarti

Sisihkan waktu untuk aktivitas yang sesuai dengan minat, nilai, dan tujuan pribadi Anda. Dengan terlibat dalam pengalaman yang memuaskan, Anda dapat mengalihkan perhatian dari apa yang mungkin Anda lewatkan ke apa yang Anda benar-benar pedulikan.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi FOMO, penting untuk menghargai diri sendiri, menjaga keseimbangan, dan mengutamakan kepuasan pribadi. Dengan menyadari bahwa kehidupan kita sendiri adalah unik dan berharga, kita dapat menghilangkan tekanan untuk selalu membandingkan diri dengan orang lain dan menemukan kedamaian dalam menerima diri sendiri apa adanya.