Konten dari Pengguna

Mengungkap Fakta Dibalik Mitos Tentang Parenting dengan Paket Internet Cepat

Putri Santoso
A travel blogger, ex announcer, tax specialist Dinas Lingkungan Hidup Banjarmasin
22 Februari 2023 14:25 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Fakta Dibalik Mitos Tentang Parenting (Sumber : Canva)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Fakta Dibalik Mitos Tentang Parenting (Sumber : Canva)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Halo! Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang fakta di balik mitos seputar parenting.
Bulan ini, Gendis sudah berusia 4 bulan. Artinya sudah 120 hari saya menjadi seorang ibu. Sebelum saya melahirkan, sudah banyak teman yang curhat. Bahwa hamil yang penuh dengan perjuangan, tidak sebanding dengan mengasuh anak.
Seorang ibu seakan tidak diberi waktu untuk beristirahat. Hamil selama 40 minggu, melahirkan, kemudian langsung disambut dengan mengurus bayi. Menjadi ibu itu seperti : saya terima bahagia dan lelahnya membersamai anak selama 24 jam.
Apalagi sejak awal, saya dan suami sepakat untuk mengurus anak hanya berdua. Tentu terasa sekali perjuangannya untuk orang tua baru seperti kami. Ada banyak hal yang mau tidak mau harus kami pelajari bersama. Ada ego yang harus kami bunuh, ada emosi yang naik turun karena harus begadang hampir setiap malam.
ADVERTISEMENT
Setiap hari Sabtu dan Minggu, ibu kami datang menjenguk cucu pertama mereka. Atau jika tak bisa datang berkunjung, video call menjadi sarana ampuh untuk mengobati rasa kangen pada cucu mereka. Untung saja di rumah kami sudah terpasang internet cepat. Jadi bisa video call dengan lancar.
Walaupun saya dan suami senang dikunjungi oleh orang tua kami, tapi….. ada “gap” parenting yang harus kami hadapi setiap mereka datang. Yap! Mitos seputar parenting yang masih dipercaya.

Fakta Dibalik Mitos Seputar Parenting

Kemajuan teknologi tak serta merta membuat orang memanfaatkannya dengan bijak. Ada yang sekadar untuk bermain media sosial. Hal ini juga berlaku di dunia parenting. Jika ingat, baru-baru ini ada sebuah video viral seorang ibu yang memberikan bayinya kopi susu saset. Nahas bukan? Padahal pemberian kopi untuk bayi jelas tidak direkomendasikan.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari hal tersebut, saya memutuskan untuk memanfaatkan sarana yang saya punya. Seperangkat komputer dengan spesifikasi mumpuni dan internet cepat Indihome dari Telkom Indonesia. Saya berangkat membuat sebuah blog baru dengan tagline “Setiap anak berhak tumbuh sehat dan bahagia”.
Artikel pertama yang saya tulis di blog tersebut adalah hal paling mendasar dari parenting, yaitu mengenal 1000 Hari Pertama Kelahiran. Buah dari kelas parenting yang saya ikut via Zoom.
Saya sangat bersyukur, saat suami bersedia memasang internet cepat di rumah. Hal ini sangat bermanfaat untuk saya. Bukan hanya sebagai fasilitas pekerjaan, tapi juga mendukung saya mempelajari banyak hal seputar parenting. Baik melalui kelas online, artikel dan jurnal kesehatan yang bisa saya akses online, atau pun video di YouTube.
ADVERTISEMENT
Selama 120 hari menjadi orang tua, saya menemukan ada “gap” parenting antara saya dan orang tua. Padahal kekeliruan dalam menerapkan pola asuh bisa memberikan dampak negatif pada perilaku anak di kemudian hari.
Oleh karena itu, sebagai orang tua kita dituntut untuk berpikir kritis pada setiap informasi yang kita terima. Apakah informasi yang kita terima adalah fakta atau sekadar mitos.

1# Mitos “Bau Tangan” Anak yang Sering Digendong Menjadi Manja

Mitos pertama datang dari mertua saya. Saat itu saya sedang asyik menimang anak saya setelah selesai direct breastfeeding. Beliau kemudian mengatakan : sudah jangan digendong terus, nanti bau tangan anaknya.
Saya pun penasaran dengan “bau tangan” yang beliau maksud. Oh ternyata anak menjadi manja dan selalu minta digendong.
Padahal faktanya, menggendong bayi mempunyai manfaat seperti membantu meningkatkan bonding antara ibu dan bayi melalui kontak skin to skin. Selain itu, saat bayi rewel dan kita menggendongnya, bayi akan lebih cepat tenang. Karena dia merasa aman berada di dekapan ibunya.
ADVERTISEMENT
Namun bukan berarti anak digendong terus-terusan ya. Ada saatnya anak harus floor time untuk menstimulasi motorik kasarnya.

2# Mitos Bayi Tidak Butuh Tummy Time

Tummy time adalah sesi berlatih tengkurap pada bayi yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pada bayi baru lahir, tummy time dapat dilakukan selama 1-5 menit setiap sesi sebanyak 2-3 kali sehari.
Tapi hal ini ditentang keras oleh ibu saya waktu itu. Beliau langsung histeris kala melihat video tummy time yang saya kirimkan. Beliau khawatir tummy time bisa memicu cedera pada leher. Faktanya, tummy time mempunyai banyak manfaat :

3# Mitos Menghukum Anak Adalah Cara Tepat Agar Anak Menurut

Beberapa waktu lalu, seorang teman saya bercerita. Bahwa suaminya dibesarkan dengan cara yang keras. Dimana setiap anak melakukan kesalahan, harus dihukum agar menurut.
ADVERTISEMENT
Dia takut sekali kalau suaminya akan melakukan hal yang sama ke anak mereka. Karena yang ia rasakan dari pola asuh yang seperti itu, menjadikan suaminya temperamen.
Ternyata pola asuh dengan memberikan hukuman saat anak melakukan kesalah adalah metode yang kurang tepat. Karena anak hanya menghindari hukuman, bukan berarti ia paham bahwa yang dilakukannya adalah kesalahan.
Lantas bagaimana metode yang tepat? Dengan memberikan contoh langsung. Contohnya saat anak selesai bermain. Dari pada kita marah-marah dan memberikan hukuman “besok nggak boleh main lagi”, sebaiknya kita ajak anak untuk membereskan mainannya bersama-sama. Saat momen membersihkan mainan bersama, kita bisa memberikan edukasi pentingnya membereskan mainan setelah bermain.

4# Mitos Sleep Training adalah Parenting yang Kejam

Mitos tentang sleep training pada bayi (Sumber : Dokumen Pribadi)
Ada banyak yang menentang saya melakukan sleep training. Baik teman-teman ataupun orang tua saya sendiri. Kata mereka saya adalah ibu yang kejam karena membiarkan anak tidur sendiri. Atau ibu mertua saya yang menganggap saya terlalu tega membiarkan anak saya tidur dalam gelap.
ADVERTISEMENT
Faktanya sleep training bisa membantu bayi memperoleh kualitas tidur yang baik. Apalagi bayi masih membutuhkan durasi tidur yang panjang, yaitu 14-17 jam per hari untuk mengoptimalkan pertumbuhan otaknya.
Eits, tapi saya tidak benar-benar membiarkan bayi saya tidur sendiri ya. Saat ini, anak saya masih berusia 4 bulan. Jadi saat malam masih bisa terbangun untuk meminta jatah ASI.
Sleep training yang saya lakukan masih di tahap awal. Yaitu mengenalkan konsep siang dan malam, membiasakan tidur malam dimulai pukul 19.30 dan bangun pukul 06.30, serta membiarkan dia tidur sendiri pada pukul 20.00 sampai 01.00 karena saya bekerja di ruangan terpisah.
Mengapa saya “tega” membiarkan anak saya melakukan latihan tidur? Saat saya bekerja entah membuat website atau menulis artikel, suara keyboard saya terlalu nyaring (maklum biasa ngetik pakai mesin ketik dulu). Jadi bisa mengganggu bayi saya yang sedang tidur. Selain itu, pantulan sinar dari layar laptop juga tentu akan mengganggu. Belum lagi saya suka mendengarkan lagu dari speaker ketimbang headset.
ADVERTISEMENT

5# Mitos Membacakan Buku untuk Bayi Tidak Ada Manfaatnya

Membacakan buku untuk anak bermanfaat untuk melatih komunikasi (Sumber : Dokumen Pribadi)
Sejak masih hamil, saya rutin membacakan buku untuk anak saya. Jadi saat anak sudah lahir, membacakan buku adalah salah satu rutinitas setiap hari. Suatu hari, ibu mertua dan seorang teman saya mengatakan bahwa hal tersebut tidak ada manfaatnya. Karena bayi belum mengerti apa yang saya bacakan.
Waaah padahal ada banyak sekali loh manfaat dari membacakan buku untuk bayi, seperti:
Semenjak punya anak, buku yang saya beli pun lebih banyak buku anak dengan gambar yang menonjol. Kalau stok buku bacaan habis, sesekali saya bacakan buku secara online. Untung saja ada internet cepat di rumah yang membantu saya mengakses buku secara online.
ADVERTISEMENT

Pola Asuh untuk Membentuk Karakter Positif pada Anak

Pola asuh yang tepat akan membentuk karakter anak yang positif. Ada 3 prinsip pola asuh anak yang bisa kita terapkan:

1# Menjadi Panutan yang Baik

Kemarin saya tidak sengaja melihat video Nikita Willy di explore Instagram. Saat itu dia mengatakan : anak adalah peniru yang baik, jadi kita harus menunjukkan hal-hal yang positif ke anak, harus mengucapkan tutur kata yang baik.
Saya sangat setuju dengan hal ini. Dimana, kita harus menjadi panutan yang baik untuk anak. Salah satu contohnya seperti menunjukkan ke anak cara hidup yang sehat dengan mencuci tangan.

2# Family Time

Saya dan suami sepakat untuk selalu meluangkan waktu bersama membersamai si kecil setiap hari. Seperti sarapan pagi bersama, saat suami libur bekerja kami pergi piknik keluar atau makan di luar.
ADVERTISEMENT
Hal ini kami lakukan agar anak mendapatkan kedua figur orangtuanya. Bahwa tidak hanya sang ibu yang berperan dalam tumbuh kembangnya, tapi juga sang ayah yang juga turut serta membersamai tumbuh kembangnya.

3# Menentukan Peraturan di Rumah dengan Menyertakan Alasannya

Saat masih sekolah, saya sering mendengar celetukan para siswa : peraturan ada untuk dilanggar. Sekarang saya sadar mengapa ada asumsi demikian. Mungkin mereka belum paham betul alasan dari peraturan tersebut dibuat.
Dalam menjalankan pola asuh, menentukan peraturan adalah salah satu cara membentuk karakter anak yang positif. Tapi menentukan peraturan untuk anak harus disertai alasannya. Hal ini dibutuhkan agar anak bisa membedakan perilaku baik dan buruk.
Contoh pada bayi yaitu sleep training, dimana bayi diajarkan tidur mulai pukul 19.30 dan kita jelaskan dengan cara di sounding : nak, ayo tidur sudah pukul 19.30, agar pertumbuhan kamu optimal. Atau saat anak sudah mulai mengenal gadget, gunakan peraturan dalam penggunaannya. Walaupun difasilitasi dengan internet cepat, namun harus bijak dalam penggunaanya agar tidak mengganggu jam belajar dan jam istirahat.
ADVERTISEMENT

Penutup

Ilmu parenting adalah ilmu pengasuhan yang penting, yang harus dimiliki dan dipelajari oleh semua orang tua. Walaupun banyak mitos yang beredar, jangan lupa sebagai orang tua harus selalu berpikir kritis. Untungnya teknologi saat ini sudah sangat maju. Di mana kita bisa melakukan cek fakta di balik mitos seputar pola asuh dengan gawai kita.
Oh iya, sebentar lagi anak saya sudah 6 bulan. Saya jadi tidak sabar untuk menerapkan ilmu seputar MPASI yang sudah saya pelajari berkat internet cepat di rumah saya.